Ketika melihat benjolan putih kecil di wajah bayi, pasti rasanya campur aduk ya, Mams? Panik, cemas, atau takut itu gejala penyakit. Apakah itu alergi, ruam, atau mungkin jerawat? Tapi, tenang dulu, Mams. Bisa jadi yang Mams lihat adalah milia, kondisi kulit yang sangat umum dialami bayi baru lahir.
Milia bukanlah masalah serius, Mams. Bintik putih mungil ini biasanya muncul tanpa rasa sakit dan akan hilang dengan sendirinya. Agar Mams lebih tenang dan paham, yuk kita bahas tuntas apa itu milia, penyebabnya, dan bagaimana cara menghadapinya dengan tenang serta penuh kasih sayang.
Apa Itu Milia pada Bayi?
Milia pada bayi adalah bintik kecil berwarna putih atau kekuningan yang biasanya muncul di wajah, terutama hidung, pipi, dan dagu. Kondisi ini sangat umum, bahkan dialami sekitar 40–50% bayi baru lahir. Milia terbentuk akibat penumpukan keratin, protein alami kulit, yang terperangkap di bawah permukaan kulit bayi. Meskipun mirip jerawat, milia bukan tanda infeksi, alergi, atau masalah serius, sehingga tidak perlu panik.
Perbedaan utama milia dengan jerawat bayi (baby acne) terletak pada penyebabnya. Baby acne umumnya dipicu oleh hormon ibu, sedangkan milia tidak berkaitan dengan hormon atau bakteri. Milia juga tidak menimbulkan rasa sakit, gatal, atau peradangan. Bintik ini lebih merupakan proses adaptasi alami kulit yang masih belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar kandungan.
Kabar baiknya, milia bersifat sementara dan akan hilang sendiri dalam beberapa minggu tanpa perawatan khusus. Kulit bayi secara perlahan akan membersihkan keratin yang terjebak sehingga bintik putih memudar. Orang tua cukup menjaga kebersihan kulit bayi dengan lembut agar proses penyembuhan alami berjalan optimal.
Ciri-Ciri dan Penyebab Milia pada Bayi
Milia pada bayi biasanya tampak sebagai bintik kecil berwarna putih atau kekuningan dengan ukuran sekitar 1–2 mm. Bintik ini dapat muncul tunggal maupun bergerombol, paling sering terlihat di hidung, pipi, dagu, atau dahi. Berbeda dengan jerawat atau ruam kulit, milia tidak menimbulkan kemerahan, pembengkakan, rasa gatal, maupun nyeri, dan kulit di sekitarnya tetap normal.
Penyebab utama milia adalah penumpukan keratin, protein yang melindungi kulit, rambut, dan kuku. Pada bayi, kondisi ini wajar karena kelenjar minyak dan saluran kulit belum matang, sehingga keratin mudah terjebak di bawah lapisan kulit. Penting dipahami, milia bukan disebabkan alergi, infeksi, atau kurang bersih, maupun efek produk perawatan tertentu.
Menurut American Academy of Ophthalmology (AAO), milia pada bayi baru lahir merupakan kondisi normal, bersifat sementara, dan tidak memerlukan pengobatan khusus. Seiring bertambahnya usia dan semakin matangnya fungsi kulit, milia akan hilang sendiri. Orang tua cukup menjaga kebersihan kulit bayi secara lembut tanpa tindakan agresif seperti memencet atau menggaruk bintik tersebut.
Jenis Milia pada Bayi
Milia pada bayi umumnya muncul dalam bentuk milia neonatal, yakni jenis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Namun, mengutip dari Cleveland Clinic, ada beberapa jenis milia lain yang bisa saja dialami bayi. Berikut adalah penjelasan singkatnya:
1. Milia Neonatal
Milia neonatal adalah jenis yang paling umum ditemukan pada bayi baru lahir. Ciri khasnya berupa bintik putih kecil di wajah, terutama di hidung, pipi, dagu, dahi, atau sekitar mata. Penyebab utamanya adalah pori-pori kulit bayi yang masih sangat halus dan mudah tersumbat oleh sel kulit mati. Karena sistem regenerasi kulit bayi masih beradaptasi, wajar bila kondisi ini muncul di minggu-minggu awal kehidupannya.
Kabar baiknya, milia neonatal tidak berbahaya dan tidak menimbulkan rasa sakit maupun gatal. Biasanya, bintik putih ini akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu hingga bulan tanpa perlu obat atau salep khusus.
2. Milia Primer
Jenis milia ini sebenarnya bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Pada bayi, milia primer dapat muncul di area kelopak mata, pipi, dahi, bahkan bagian tubuh lain termasuk area genital. Bentuknya tetap berupa bintik putih kecil, hampir sama dengan milia neonatal.
Perbedaannya, milia primer tidak selalu muncul sejak lahir, tetapi bisa timbul setelah kulit mengalami proses alami tertentu. Meski begitu, pola hilangnya tetap sama: bintik putih akan menghilang sendiri dalam beberapa minggu hingga bulan, tanpa meninggalkan bekas dan tanpa membutuhkan pengobatan medis.
3. Milia Traumatik
Berbeda dengan dua jenis sebelumnya, milia traumatik terbentuk akibat adanya kerusakan pada kulit, misalnya luka bakar, lecet, atau gesekan berulang. Pada bayi, kondisi ini jarang terjadi karena kulit mereka umumnya belum banyak terpapar trauma serius. Namun, bila muncul, milia traumatik biasanya lebih lama bertahan dibandingkan jenis lain, bahkan bisa menjadi permanen pada sebagian kasus.
Orang tua perlu mewaspadai bila bintik putih ini muncul setelah bayi mengalami cedera kulit. Walaupun tetap tidak berbahaya, sebaiknya konsultasikan ke dokter agar memastikan penyebab dan mendapatkan saran perawatan yang tepat.
Perbedaan Milia dan Jerawat Bayi
Milia dan jerawat bayi sama-sama menimbulkan bintik pada kulit, tapi berbeda. Milia berbentuk bintik putih atau kekuningan, kecil, keras, dan tidak disertai kemerahan atau peradangan. Sebaliknya, jerawat bayi tampak sebagai benjolan merah, kadang berisi nanah, dan kulit sekitar terlihat meradang.
Dari segi lokasi, milia biasanya muncul di hidung, pipi, dahi, dagu, atau sekitar mata. Jerawat bayi pun sering di wajah, terutama pipi, dahi, dan dagu, tapi bisa menyebar ke dada atau punggung. Penyebabnya juga berbeda: milia akibat penumpukan keratin, jerawat bayi dipicu hormon ibu. Keduanya tidak berbahaya dan akan hilang sendiri; milia 2–4 minggu, jerawat bayi 3–6 minggu hingga beberapa bulan.
Apakah Milia Berbahaya?
Milia pada bayi tidak berbahaya dan termasuk kondisi kulit yang sangat umum, terutama di beberapa minggu pertama setelah lahir. Bintik-bintik putih kecil ini muncul akibat penumpukan keratin yang terperangkap di bawah permukaan kulit, bukan karena infeksi, alergi, atau kebersihan yang buruk.
Kondisi ini biasanya tidak menimbulkan rasa sakit atau gatal, dan merupakan bagian dari adaptasi kulit bayi yang baru lahir. Bayi memiliki lapisan kulit yang tipis dan kelenjar kulit yang belum matang sepenuhnya, sehingga keratin lebih mudah terperangkap dan membentuk bintik-bintik putih.
Apa itu milia jelas adalah kondisi kulit normal yang akan hilang sendiri dalam beberapa minggu tanpa obat atau perawatan khusus. Orang tua disarankan untuk menjaga kebersihan kulit bayi dengan lembut, dan waspada jika muncul tanda infeksi seperti kemerahan parah, bengkak, atau bernanah, yang memerlukan pemeriksaan dokter.
Cara Menghilangkan Milia Bayi Secara Alami
Berbicara tentang cara mengatasi milia pada bayi, sebenarnya cukup sederhana. Kondisi ini tidak memerlukan obat khusus karena akan hilang seiring waktu. Langkah terbaik yang bisa dilakukan orang tua adalah menjaga kulit bayi tetap bersih dan sehat.
Berikut cara alami menghilangkan milia bayi:
- Cukup bersihkan wajah bayi dengan air hangat dan sabun yang lembut, tanpa menggosok terlalu keras.
- Hindari kebiasaan memencet atau mengutak-atik bintik putih ini, karena justru bisa memicu iritasi atau infeksi kulit.
- Sebaiknya tidak menggunakan produk perawatan kulit yang terlalu berat atau berminyak, karena bisa membuat pori-pori tersumbat dan memperparah kondisi.
Intinya, kunci mengatasi milia sebenarnya cukup sederhana, biarkan kulit bayi menjalani proses alaminya sambil tetap menjaga kebersihan dan kelembutan perawatannya.
Kapan Harus Waspada dan Konsultasi ke Dokter?
Meskipun milia dan jerawat bayi umumnya tidak berbahaya dan bisa hilang dengan sendirinya, ada beberapa kondisi yang perlu diwaspadai oleh orang tua. Jika benjolan putih atau merah di kulit bayi tidak kunjung menghilang setelah 2 hingga 3 bulan, muncul tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, nanah, atau disertai demam, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Selain itu, jika bintik-bintik tersebut membuat bayi tampak tidak nyaman, sering menggaruk, atau muncul di area yang tidak biasa, pemeriksaan lebih lanjut penting dilakukan untuk memastikan tidak ada masalah lain pada kulitnya. Milia yang muncul setelah cedera kulit, seperti lecet atau ruam, juga sebaiknya diperiksa oleh dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.
A Word From Navila
Jadi, Mams, sekarang sudah lebih paham kan apa itu milia pada bayi? Meski tampak mengkhawatirkan di awal, milia sebenarnya kondisi normal yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Dengan mengetahui ciri-ciri milia pada bayi dan cara mengatasi milia pada bayi, Mams bisa merawat si kecil dengan lebih tenang.
Selain milia, ada satu lagi kondisi kulit bayi yang sering bikin orang tua khawatir, yaitu jerawat bayi. Penasaran bedanya dan bagaimana cara menanganinya? Yuk, lanjut baca selengkapnya di: Penyebab Jerawat Bayi serta Tips Perawatan yang Aman.
References
- Cleveland Clinic. Milia. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17868-milia
- AAO. What Are Milia? Retrieved from https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-are-milia
- Medline Plus. Milia. Retrieved from https://medlineplus.gov/ency/article/001367.htm
- Verywell Health. How to Get Rid of Milia: 8 Ways. Retrieved from https://www.verywellhealth.com/how-to-treat-milia-15668