Menjadi orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Tapi, jika harapan itu berubah jadi tuntutan agar anak selalu sempurna, justru bisa jadi beban berat. Perfectionist parenting seperti ini sering membuat anak takut gagal dan merasa tidak pernah cukup baik. Padahal, anak butuh ruang untuk belajar dari kesalahan, bukan hanya hasil sempurna.

Pola asuh perfeksionis biasanya muncul tanpa disadari. Banyak orang tua ingin memotivasi, tapi cara ini malah menimbulkan tekanan emosional bagi anak. Di artikel ini, Mams akan tahu ciri-ciri pola asuh perfeksionis, dampaknya pada anak, dan cara bijak mengubahnya jadi lebih sehat. Dengan langkah sederhana, anak bisa tumbuh percaya diri dan bahagia.

Apa Itu Perfectionist Parenting?

Perfectionist parenting adalah gaya pengasuhan yang menuntut anak untuk selalu tampil sempurna. Dalam pola ini, orang tua menetapkan standar yang sangat tinggi dan sulit dicapai. Fokusnya bukan pada proses belajar anak, tapi pada hasil akhir yang dianggap ideal. Sayangnya, cara ini sering membuat anak merasa tertekan dan takut gagal.

Banyak orang tua mengira mereka hanya sedang memberi motivasi. Padahal, beda antara tegas, ambisius, dan perfeksionis cukup jelas. Orang tua tegas memberi batasan tapi tetap menghargai proses dan usaha anak. Sementara perfeksionis cenderung mengontrol semua hal, tidak toleran terhadap kesalahan, dan melihat kegagalan sebagai sesuatu yang memalukan.

Anak yang harus ikut berbagai les tanpa waktu istirahat adalah contoh nyata. Begitu juga saat orang tua marah besar hanya karena nilai anak turun sedikit. Bahkan, tidak jarang anak dibandingkan dengan teman yang lebih unggul, padahal tiap anak punya potensi berbeda. Jika dibiarkan, pola ini bisa berdampak buruk pada rasa percaya diri dan kesehatan mental anak.

Penyebab Orang Tua Menjadi Perfeksionis

Banyak orang tua menjadi perfeksionis karena pengalaman masa lalu yang belum selesai. Mereka mungkin dibesarkan di lingkungan yang menuntut kesempurnaan atau kurang kasih sayang tanpa syarat. Akibatnya, muncul kebutuhan untuk selalu “sempurna” agar diterima dan tidak dikritik. Menurut Psychology Today, perfeksionisme bisa muncul sebagai respons atas trauma masa kecil dan rasa malu yang belum sembuh.

Di sisi lain, kecemasan sosial dan tekanan budaya makin memperkuat perfectionist parenting. Banyak orang tua takut kegagalan anak akan mencerminkan kegagalan mereka sebagai orang tua. Gambaran parenting yang ideal di media sosial juga menambah tekanan. Demi terlihat sempurna, orang tua sering tanpa sadar menetapkan ekspektasi tinggi yang justru bisa membebani anak secara emosional.

Dampak Perfectionist Parenting pada Anak

Pola asuh perfeksionis dapat membuat anak tumbuh dengan rasa takut gagal dan kurang percaya diri. Anak merasa bahwa dia hanya dicintai jika bisa tampil sempurna atau memenuhi standar tinggi orang tua. Akibatnya, anak cenderung menghindari tantangan karena takut membuat kesalahan. Hal ini bisa menyebabkan kecemasan, stres, dan rasa tidak berharga yang terbawa hingga remaja atau dewasa.

Selain itu, anak yang dibesarkan dengan tekanan perfeksionis juga cenderung sulit mandiri dan bingung saat harus mengambil keputusan sendiri. Mereka terbiasa diarahkan terus-menerus, sehingga tidak terbiasa mempercayai penilaian diri sendiri. Lama-kelamaan, anak bisa mengembangkan sifat perfeksionis juga, membebani dirinya dengan standar yang tak realistis. Jika dibiarkan, pola ini bisa menurun dari generasi ke generasi dan berdampak buruk pada kesehatan mental.

Cara Mengubah Pola Asuh Perfeksionis Menjadi Lebih Sehat

Ada beberapa usahan yang bisa Mams lakukan untuk mengubah pola asuh Mams yang perfeksionis menjadi pola asuh yang sehat, yaitu:

1. Terapkan Growth Mindset

Growth mindset adalah keyakinan bahwa kemampuan bisa berkembang lewat usaha dan belajar. Dengan menerapkan mindset ini, orang tua mengajarkan anak untuk melihat tantangan sebagai peluang. Anak jadi lebih berani mencoba dan tidak takut gagal. Studi Frontiers in Education menunjukkan anak dengan orang tua yang menerapkan growth mindset cenderung lebih gigih dan percaya diri.

Orang tua bisa mulai fokus memuji usaha, bukan hasil akhir saja. Misalnya, pujian seperti “Kamu sudah bekerja keras, bagus!” lebih efektif daripada “Kamu pintar sekali.” Ajarkan anak bahwa kesalahan adalah bagian proses belajar. Dengan begitu, anak tumbuh dengan mental yang sehat dan tidak mudah putus asa.

2. Praktikkan Self-Compassion

Orang tua perfeksionis sering merasa stres dan terbebani karena menuntut kesempurnaan. Self-compassion membantu orang tua lebih lembut pada diri sendiri. Ini mengurangi kecemasan dan rasa bersalah saat menghadapi kesulitan. Penelitian internasional membuktikan bahwa self-compassion meningkatkan kesehatan mental orang tua.

Cara praktisnya, ingatkan diri bahwa tidak ada orang tua yang sempurna. Luangkan waktu untuk istirahat dan lakukan hal-hal yang menyenangkan. Gunakan kalimat positif seperti “Saya sudah berusaha sebaik mungkin hari ini.” Ini membantu orang tua lebih tenang dan fokus pada hal yang penting.

3. Libatkan Anak dalam Pengambilan Keputusan

Memberi anak kesempatan ikut memilih meningkatkan kemandiriannya. Anak belajar bertanggung jawab dan merasa dihargai. Studi menunjukkan anak yang dilibatkan dalam keputusan keluarga punya fungsi otak yang lebih baik untuk pengendalian diri dan emosi.

Mulailah dengan pilihan sederhana, misalnya pakaian atau makanan favorit. Ajak anak berdiskusi tentang keputusan yang keluarga buat. Dengarkan pendapat anak dengan serius. Cara ini membuat anak percaya diri dan belajar mengambil keputusan yang baik.

4. Perbaiki Cara Memberi Pujian

Pujian yang tepat dapat membangun motivasi anak. Fokuslah pada usaha, bukan hanya bakat bawaan. Penelitian menunjukkan pujian yang menekankan kerja keras membuat anak lebih gigih dan percaya diri.

Gunakan pujian spesifik seperti “Mama bangga dengan kerja kerasmu.” Hindari pujian berlebihan atau tidak tulus. Pujian yang realistis membantu anak merasa dihargai dan termotivasi belajar. Dengan pujian yang tepat, anak berkembang dengan rasa percaya diri yang sehat.

Healing dari Orang Tua Perfeksionis

Banyak orang dewasa yang mengalami kecemasan dan rasa tidak cukup baik karena tekanan masa kecil dari orang tua yang selalu menuntut kesempurnaan. Terapi inner child membantu kita berhubungan kembali dengan diri kecil yang pernah terluka dan memberikan kasih sayang yang dulu kurang didapat. Cara ini bisa dilakukan lewat teknik sederhana seperti meditasi atau journaling yang mendorong refleksi dan pemahaman diri.

Untuk generasi sandwich yang harus merawat anak sekaligus orang tua, proses healing ini perlu disesuaikan agar tidak menambah stres. Menulis jurnal atau surat untuk diri kecil maupun orang tua dapat membantu mengeluarkan perasaan yang terpendam dan memulai proses penyembuhan. Psikolog juga menyarankan agar kita belajar menerima ketidaksempurnaan dan memberi kasih sayang pada diri sendiri sebagai langkah awal melepas pola perfeksionis.

Kapan Harus Konsultasi ke Ahli?

Anak yang dibesarkan dengan perfectionist parenting bisa mengalami stres berat yang memengaruhi kesehatan mentalnya. Jika anak menunjukkan tanda seperti susah tidur, takut gagal, menarik diri dari teman, atau bahkan perilaku menyakiti diri sendiri, sebaiknya segera konsultasi ke psikolog. 

Memilih psikolog anak yang tepat penting agar terapi efektif, jadi pastikan psikolog tersebut berpengalaman menangani masalah anak dan membuat anak merasa nyaman. Libatkan juga anak saat memilih agar hubungan dengan psikolog berjalan baik dan proses penyembuhan lebih optimal.

A Word From Navila

Perfectionist parenting lahir dari niat baik orang tua untuk memberikan yang terbaik. Namun, jika berlebihan, justru bisa menjadi beban berat bagi anak. Dengan mengenali ciri dan dampaknya, kita bisa mengubah pola ini menjadi lebih sehat dan penuh kesadaran. 

Dengan menerapkan mindful parenting, kita belajar hadir sepenuhnya, menerima ketidaksempurnaan, dan membimbing anak dengan penuh kasih. Anak pun akan tumbuh dengan percaya diri, berani menghadapi kegagalan, dan bahagia.

Yuk, mulai praktik mindful parenting untuk menciptakan ikatan yang lebih kuat dan tumbuh kembang anak yang optimal. Pelajari pola asuh mindful yang efektif di: Apa Itu Mindfulness Parenting? Bagaimana Contoh Penerapannya?


References

  • Verywell Mind. Perfectionism: 10 Signs of Perfectionist Traits. Retrieved from https://www.verywellmind.com/signs-you-may-be-a-perfectionist-3145233
  • Psychology Today. Perfectionism: A Common Result of Childhood Trauma. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/invisible-bruises/202403/perfectionism-a-common-result-of-childhood-trauma
  • Shumaker, E. A., & Rodebaugh, T. L. (2009). Perfectionism and social anxiety: Rethinking the role of high standards. Journal of behavior therapy and experimental psychiatry, 40(3), 423-433. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0005791609000251
  • Additude. “I’m an OK Mom — and That’s OK”. Retrieved from https://www.additudemag.com/motherhood-perfectionism-acceptance-social-media-appearances/
  • Soenens, B., Elliot, A. J., Goossens, L., Vansteenkiste, M., Luyten, P., & Duriez, B. (2005). The intergenerational transmission of perfectionism: parents’ psychological control as an intervening variable. Journal of family psychology, 19(3), 358. https://psycnet.apa.org/journals/fam/19/3/358/
  • Liu, P., Liu, J., Li, Y., & Lu, J. (2024). Effect of Parenting Style, attachment to parents and self-compassion on the occurrence and recovery motivation for non-suicidal self-injury in adolescents. Frontiers in Psychology, 15, 1408396. https://www.frontiersin.org/journals/psychology/articles/10.3389/fpsyg.2024.1408396/full
  • Jefferson, F. A., Shires, A., & McAloon, J. (2020). Parenting self-compassion: A systematic review and meta-analysis. Mindfulness, 11(9), 2067-2088. https://link.springer.com/article/10.1007/s12671-020-01401-x
  • Xiao, L., Bechara, A., Palmer, P. H., Trinidad, D. R., Wei, Y., Jia, Y., & Johnson, C. A. (2011). Parent–child engagement in decision-making and the development of adolescent affective decision capacity and binge-drinking. Personality and individual differences, 51(3), 285-292. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S019188691000231X
  • Psychology Today. Perfectionism: A Common Result of Childhood Trauma. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/invisible-bruises/202403/perfectionism-a-common-result-of-childhood-trauma
  • Verywell Mind. Inner Child Work: How Your Past Shapes Your Present. Retrieved from https://www.verywellmind.com/inner-child-work-how-your-past-shapes-your-present-7152929
  • Choosing Therapy. How to Find & Choose the Right Therapist for Your Child. Retrieved from https://www.choosingtherapy.com/how-to-find-a-therapist-for-my-child/