Tahukah Mams, astragalus adalah akar herbal yang sudah digunakan selama lebih dari 2.000 tahun dalam pengobatan Tiongkok? Dikenal juga sebagai Huang Qi, tanaman ini dipercaya bisa memperkuat daya tahan tubuh dan memulihkan energi yang menurun. Dulu, astragalus diseduh dalam ramuan tradisional bersama akar herbal lain. Tapi kini, ia tampil dalam bentuk modern seperti kapsul, cairan, hingga krim.

Meski tampilannya berubah, astragalus tetap digemari banyak orang karena manfaat kesehatannya. Tapi, apakah tetap aman digunakan, terutama untuk ibu hamil? Di artikel ini, kita akan menelusuri asal-usul astragalus, manfaatnya di masa kini, hingga panduan bijak dalam memilih produk yang mengandung bahan herbal ini.

Apa Itu Astragalus dan Bagaimana Awalnya Digunakan?

Astragalus berasal dari tanaman Astragalus membranaceus, yang dalam TCM dikenal sebagai Huang Qi, secara harfiah berarti “energi kuning.” Nama ini menggambarkan warna khas akarnya sekaligus posisinya sebagai tonik penting dalam pengobatan klasik Tiongkok. Selama ribuan tahun, astragalus digunakan untuk memperkuat sistem imun, memperbaiki pencernaan, hingga mendukung fungsi paru-paru.

Biasanya, akar astragalus dikeringkan lalu direbus bersama herbal lain seperti ginseng atau angelica. Rebusan ini sering dikonsumsi saat tubuh sedang dalam masa pemulihan. Khasiatnya diyakini berasal dari senyawa aktif seperti polisakarida dan flavonoid yang bekerja sebagai imunostimulan alami.

Dalam praktik tradisional, dosis harian astragalus bisa mencapai 9–30 gram, tergantung kondisi pasien. Rebusan tersebut diminum seperti teh atau dimasukkan ke dalam sup. Tidak heran kalau astragalus menjadi salah satu herbal yang paling sering digunakan dalam sejarah pengobatan Tiongkok.

Evolusi Astragalus Menjadi Suplemen Modern

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, cara pengolahan astragalus pun ikut berubah. Kini, senyawa aktif seperti astragaloside IV dan polisakarida bisa diekstrak lebih murni menggunakan teknik modern seperti ekstraksi ultrasonik atau enzimatik. Hasilnya, produk berbasis astragalus menjadi lebih higienis, konsisten, dan mudah ditakar dosisnya.

Jika dulu hanya tersedia dalam bentuk rebusan, sekarang astragalus hadir dalam berbagai sediaan: kapsul, ekstrak cair, serbuk, hingga produk perawatan kulit. Bentuk ini jelas lebih praktis, terutama bagi mereka yang ingin menikmati manfaat herbal tanpa repot merebus setiap hari.

Menariknya, berkat bentuknya yang lebih stabil dan standar, astragalus juga semakin banyak diteliti dalam dunia medis. Beberapa studi menunjukkan potensinya sebagai imunomodulator, antioksidan, hingga pelengkap terapi kanker. Meski begitu, penting diingat bahwa tidak semua orang cocok mengonsumsi suplemen herbal ini secara sembarangan.

Apakah Manfaat Astragalus di Masa Lalu Masih Relevan untuk Sekarang?

Manfaat astragalus tentu masih sangat relevan hingga sekarang. Manfaat utama astragalus dalam memperkuat sistem imun terus dibuktikan melalui penelitian modern. Senyawa aktifnya seperti astragaloside IV diketahui membantu meningkatkan aktivitas sel imun, mengurangi peradangan, serta menangkal efek radikal bebas.

Beberapa studi juga menunjukkan bahwa astragalus bisa menjadi terapi pendamping dalam pengobatan kanker, terutama kanker paru dan usus besar. Herbal ini dipercaya mampu meningkatkan efektivitas kemoterapi sekaligus membantu mengurangi efek samping seperti kelelahan dan mual.

Selain itu, astragalus berpotensi mempercepat pemulihan tubuh setelah sakit atau terapi imunosupresif, karena kemampuannya menjaga fungsi usus dan mikrobiota. Namun, manfaat ini tetap harus ditakar dengan bijak, karena efeknya bisa berbeda-beda pada setiap individu. Dosis yang tidak tepat atau konsumsi bersamaan dengan obat lain bisa menimbulkan interaksi yang tidak diinginkan.

Bolehkah Ibu Hamil Mengonsumsi Produk dengan Kandungan Astragalus?

Inilah pertanyaan penting, terutama bagi Mams yang sedang mengandung. Meski astragalus termasuk herbal yang sering digunakan, belum ada bukti kuat yang menjamin keamanannya untuk ibu hamil. Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa senyawa aktifnya bisa merangsang sistem imun dan memicu kontraksi rahim.

Karena minimnya data klinis, organisasi seperti NCCIH dan WebMD menyarankan agar astragalus dihindari selama kehamilan. Studi BioMedicine yang meneliti astragalus pada hewan menunjukkan adanya potensi toksisitas terhadap janin. Oleh sebab itu, banyak produsen produk bumil, mulai dari suplemen hingga skincare, sengaja tidak memasukkan astragalus dalam formulanya.

Jadi, bila Mams menemukan produk berbahan herbal dan sedang hamil, penting untuk membaca label dengan teliti. Jika ragu, selalu konsultasikan dengan dokter atau bidan sebelum menggunakannya.

A Word From Navila

Astragalus adalah salah satu contoh bagaimana bahan alami bisa bertahan dan terus digunakan hingga kini. Dari warisan pengobatan kuno, kini hadir dalam bentuk yang lebih praktis dan modern. Tapi untuk Ibu hamil, penting untuk tetap selektif sebelum menggunakan produk berbahan herbal.

Tak semua yang alami otomatis aman, Mams. Maka, memahami kandungan produk adalah langkah awal menjaga kesehatan Ibu dan bayi. Selain astragalus, skincare juga perlu dipertimbangkan. Ingin tahu apa saja bahan skincare yang sebaiknya dihindari selama kehamilan? Yuk, ketahui selengkapnya di: Kandungan Skincare yang Tidak Boleh untuk Ibu Hamil.


References

  • Wang, P., Wang, Z., Zhang, Z., Cao, H., Kong, L., Ma, W., & Ren, W. (2023). A review of the botany, phytochemistry, traditional uses, pharmacology, toxicology, and quality control of the Astragalus memeranaceus. Frontiers in Pharmacology, 14, 1242318. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fphar.2023.1242318/full
  • Chang, X., Chen, X., Guo, Y., Gong, P., Pei, S., Wang, D., … & Chen, F. (2022). Advances in chemical composition, extraction techniques, analytical methods, and biological activity of astragali radix. Molecules, 27(3), 1058. https://www.mdpi.com/1420-3049/27/3/1058
  • Yan, X., Miao, J., Zhang, B., Liu, H., Ma, H., Sun, Y., … & Wu, Q. (2023). Study on semi-bionic extraction of Astragalus polysaccharide and its anti-aging activity in vivo. Frontiers in Nutrition, 10, 1201919. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnut.2023.1201919/full
  • Szabo, K., Ranga, F., Elemer, S., Varvara, R. A., Diaconeasa, Z., Dulf, F. V., & Vodnar, D. C. (2022). Evaluation of the Astragalus Exscapus L. subsp. transsilvanicus roots’ chemical profile, phenolic composition and biological activities. International Journal of Molecular Sciences, 23(23), 15161. https://www.mdpi.com/1422-0067/23/23/15161
  • Frenkel, M., Abrams, D. I., Ladas, E. J., Deng, G., Hardy, M., Capodice, J. L., … & Block, K. I. (2013). Integrating dietary supplements into cancer care. Integrative cancer therapies, 12(5), 369-384. https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1534735412473642
  • Shahrani, M., Asgharzadeh, N., Kheiri, S., Karimi, R., Sadeghimanesh, A., Asgharian, S., & Lorigooini, Z. (2020). Astragalus fascicolifolius manna abortifacient risk and effects on sex hormones in BALB/c mice. BioMedicine, 10(4), 11. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7735977/