Mams, banyak pasangan mengira bahwa menarik penis sebelum ejakulasi, atau yang dikenal sebagai metode “keluar di luar”, bisa mencegah kehamilan. Padahal, anggapan ini belum tentu benar secara medis.

Cara ini memang terdengar praktis dan alami, namun apakah benar-benar efektif? Pertanyaan seperti “keluar di luar apakah bisa hamil?” sering muncul. Bahkan ada juga yang bertanya, “berhubungan intim tapi sperma tidak keluar apakah bisa hamil?” Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini ternyata tidak sesederhana kelihatannya.

Bagaimana Sebenarnya Kehamilan Terjadi?

Kehamilan berawal dari pertemuan antara sperma dan sel telur. Ketika berhubungan intim, sperma yang masuk ke dalam vagina akan berenang melalui serviks, melewati rahim, dan menuju tuba falopi, tempat terjadinya pembuahan. 

Proses ini tidak sederhana. Lingkungan dalam vagina biasanya asam dan bisa membunuh sebagian besar sperma. Namun, saat masa subur, lendir serviks berubah menjadi lebih ramah, mempermudah sperma untuk bertahan hidup dan bergerak lebih jauh.

Yang menarik, sperma bisa bertahan di dalam tubuh wanita selama 3–5 hari. Artinya, meskipun hubungan intim dilakukan beberapa hari sebelum ovulasi, tetap ada peluang kehamilan jika ada sperma yang cukup kuat dan sehat. Jadi, tidak perlu menunggu ejakulasi penuh di dalam rahim, kehamilan tetap mungkin terjadi hanya dari satu sperma yang berhasil membuahi sel telur.

Apa Peran Cairan Pra-Ejakulasi dalam Kehamilan?

Mams, tahukah bahwa sebelum ejakulasi penuh, tubuh pria sebenarnya sudah mengeluarkan cairan bening bernama pre-ejakulasi atau pre-cum? Cairan ini bertugas melumasi uretra dan membantu menetralkan keasaman sisa urin. Meski awalnya dianggap tidak mengandung sperma, pre-cum ternyata bisa membawa sisa sperma dari ejakulasi sebelumnya. Penelitian medis menunjukkan bahwa sebagian sperma tersebut masih aktif dan mampu membuahi sel telur.

Human Fertility bahkan mencatat bahwa 13–41% sampel pre-cum mengandung sperma, termasuk yang motil alias mampu bergerak. Meskipun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan ejakulasi penuh, tetap saja bisa menyebabkan kehamilan. Hal ini menjadi risiko tambahan, terutama jika hubungan dilakukan di masa subur, ketika peluang terjadinya pembuahan sedang tinggi-tingginya.

Mengapa Metode ‘Keluar di Luar’ Tidak Bisa Diandalkan?

Banyak pasangan yang mengandalkan metode ini karena dianggap “alami” dan tidak memerlukan alat bantu. Namun secara medis, efektivitas metode ini tergolong rendah. Menurut data WHO, tingkat kegagalannya bisa mencapai 20–22% per tahun. Artinya, dari setiap lima wanita yang mengandalkan metode ini, satu di antaranya tetap bisa hamil.

Kesulitannya terletak pada kendali waktu. Di saat mendekati klimaks, tidak mudah bagi pria untuk selalu menarik diri tepat waktu. Belum lagi risiko cairan pra-ejakulasi yang sudah masuk terlebih dahulu tanpa disadari. 

Navila All Products

Itulah sebabnya, walaupun sperma dikeluarkan di luar, potensi kehamilan tetap ada. Dan karena sperma dapat bertahan hingga lima hari di dalam tubuh wanita, hubungan yang tampaknya “aman” pun bisa berujung kehamilan jika dilakukan di waktu yang tidak tepat.

Kontrasepsi yang Lebih Aman dan Efektif

Bila tujuan Mams dan pasangan adalah menunda kehamilan secara efektif, ada pilihan kontrasepsi yang lebih teruji. Metode seperti pil KB, suntik, implan, atau IUD memiliki tingkat keberhasilan hingga 99% jika digunakan dengan benar. Bahkan implan dan IUD bisa memberikan perlindungan jangka panjang tanpa harus repot mengingat jadwal harian atau bulanan.

Kondom juga bisa menjadi opsi, terutama karena selain mencegah kehamilan, alat ini juga melindungi dari infeksi menular seksual. Masing-masing metode tentu punya kelebihan dan pertimbangan tersendiri. Yang terpenting, pilihlah yang sesuai dengan kondisi kesehatan, kenyamanan, dan gaya hidup keluarga. Konsultasi dengan tenaga kesehatan bisa membantu menentukan pilihan yang paling tepat.

Bijak dalam Memahami dan Merencanakan!

Mams, mitos bahwa “keluar di luar” aman dari kehamilan ternyata tidak sepenuhnya benar. Fakta medis menunjukkan bahwa cairan pra-ejakulasi pun bisa mengandung sperma aktif yang cukup untuk menyebabkan kehamilan. Ditambah lagi, sperma mampu bertahan hidup beberapa hari di dalam tubuh wanita, sehingga peluang pembuahan tetap terbuka meski tidak ada ejakulasi langsung di dalam rahim.

Karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk memahami risiko dari metode yang digunakan dan tidak mengandalkan asumsi semata. Bila Mams dan pasangan sedang merencanakan kehamilan, atau justru ingin menundanya dengan lebih aman, memilih kontrasepsi yang tepat dan terbukti efektif tentu menjadi langkah bijak.

Sebagai bagian dari perencanaan yang matang, Mams juga bisa mulai dengan memahami lebih jauh tentang tanda-tanda awal kehamilan. Baca selengkapnya di sini: Hamil tapi Testpack Negatif.


References

  • Cleveland Clinic. Conception. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/11585-conception
  • UCSF. Conception: How It Works. Retrieved from https://www.ucsfhealth.org/education/conception-how-it-works
  • Medical News Today. Facts about sperm health and lifespan. Retrieved from https://www.medicalnewstoday.com/articles/319669
  • Healthline. Can You Get Pregnant from Pre-Cum? What to Expect. Retrieved from https://www.healthline.com/health/healthy-sex/can-you-get-pregnant-from-precum
  • Hello Clue. Can you get pregnant from “precum”? Retrieved from https://helloclue.com/articles/sex/can-you-get-pregnant-from-pre-cum
  • Whittaker, P. G., Merkh, R. D., Henry‐Moss, D., & Hock‐Long, L. (2010). Withdrawal attitudes and experiences: a qualitative perspective among young urban adults. Perspectives on sexual and reproductive health, 42(2), 102-109.
  • Killick, S. R., Leary, C., Trussell, J., & Guthrie, K. A. (2011). Sperm content of pre-ejaculatory fluid. Human Fertility, 14(1), 48-52.
  • Gutt Macher. Contraceptive Effectiveness in the United States. Retrieved from https://www.guttmacher.org/fact-sheet/contraceptive-effectiveness-united-states