Menjelang usia 6 bulan, banyak Mams mulai merasakan adanya perubahan saat menyusui. Volume ASI terasa berkurang, waktu menyusu menjadi lebih singkat, dan si kecil tampak lebih tertarik pada hal-hal baru, terutama makanan padat. Wajar jika muncul kekhawatiran, “Apakah ASI-ku mulai tidak cukup lagi?” atau bahkan “Apakah menyusui masih perlu dilanjutkan?”. Sebenarnya, perubahan ini bukan pertanda kegagalan menyusui, melainkan bagian dari proses adaptasi alami antara tubuh ibu dan perkembangan si kecil yang mulai bersiap memasuki masa MPASI.

Fenomena produksi ASI menurun saat MPASI ini berkaitan erat dengan berbagai perubahan fisik, hormonal, dan perilaku, baik dari sisi ibu maupun si kecil. Misalnya, frekuensi menyusu mulai berkurang karena si kecil semakin aktif mengeksplorasi sekelilingnya, sementara tubuh ibu pun mulai merespons dengan mengurangi produksi ASI secara alami. Dengan memahami mekanisme ini, Mams bisa lebih tenang dan mengambil langkah tepat agar proses menyusui tetap berjalan harmonis selama masa transisi ini.

Kebutuhan Energi Si Kecil Mulai Berubah

Di usia sekitar 6 bulan, laju pertumbuhan si kecil mulai melambat dibanding bulan-bulan awal. Tubuhnya sudah tidak memerlukan ASI dalam volume sebanyak sebelumnya, karena dia mulai membutuhkan sumber energi tambahan dari makanan padat. Ini adalah proses perkembangan yang normal. Penurunan kebutuhan ASI bukan berarti kualitasnya menurun, tapi tubuh si kecil memang sedang bersiap menerima jenis asupan yang lebih beragam.

Tubuh ibu secara cerdas mengikuti perubahan ini melalui prinsip supply and demand. Ketika frekuensi menyusu menurun, tubuh pun akan menyesuaikan jumlah produksi ASI secara alami. Beberapa penelitian, salah satunya dari The Journal of Nutrition, menunjukkan bahwa saat bayi mulai rutin mengonsumsi makanan padat, asupan ASI memang bisa sedikit berkurang. Ini menjadi sinyal bagi tubuh ibu untuk menyesuaikan suplai sesuai kebutuhan. Maka dari itu, ketika produksi ASI menurun saat MPASI, Mams tidak perlu panik. Hal ini adalah respons tubuh yang wajar, menyesuaikan kebutuhan si kecil yang mulai berubah.

Perubahan ini juga turut dipengaruhi oleh hormon. Setelah beberapa bulan pascamelahirkan, banyak ibu mulai kembali mengalami siklus menstruasi. Ini menandai naiknya hormon estrogen dan progesteron yang dapat menekan kerja prolaktin, hormon utama penghasil ASI. Kombinasi antara perubahan hormonal, turunnya frekuensi menyusu, dan meningkatnya minat si kecil terhadap makanan padat, menjadi faktor utama yang membuat produksi ASI menurun saat MPASI berlangsung.

Navila All Products

Pengaruh Siklus Menstruasi dan Stres

Tidak hanya dari sisi fisik, faktor hormonal dan emosional juga memiliki dampak besar terhadap produksi ASI. Ketika menstruasi pertama kembali datang, kadar hormon estrogen dan progesteron meningkat, yang bisa menurunkan kemampuan tubuh dalam mempertahankan volume ASI. Ini adalah hal yang normal, dan bukan tanda bahwa produksi ASI benar-benar berhenti.

Selain itu, stres dan kelelahan menjadi tantangan tersendiri yang kerap dialami ibu menyusui, terutama ketika menghadapi transisi ke MPASI. Hormon oksitosin, yang bertugas melancarkan aliran ASI, sangat sensitif terhadap kondisi psikologis ibu. Saat tubuh memproduksi hormon stres seperti adrenalin, aliran ASI bisa terhambat meski produksinya tetap berlangsung. Kondisi ini sering membuat Mams merasa seolah-olah produksi ASI menurun saat MPASI, padahal bisa jadi yang terjadi adalah aliran ASI melambat sementara akibat stres.

Kekhawatiran berlebih tentang apakah ASI masih cukup, justru bisa memperburuk situasi. Untuk itu, penting bagi Mams untuk menjaga ketenangan pikiran, istirahat yang cukup, dan mendapatkan dukungan yang positif, baik dari keluarga maupun konselor laktasi. Dengan begitu, proses menyusui bisa tetap nyaman dan produksi ASI tetap terjaga selama masa perkenalan MPASI.

Si Kecil Mulai Mengeksplorasi Dunia

Memasuki usia 5 hingga 6 bulan, rasa ingin tahu si kecil terhadap lingkungan sekitar mulai berkembang pesat. Dia menjadi lebih mudah terdistraksi saat menyusu, karena perhatian mudah teralihkan oleh suara, cahaya, atau gerakan di sekitarnya. Sesi menyusu pun cenderung menjadi lebih singkat dan tidak seintens sebelumnya. Hal ini sangat normal dan menunjukkan bahwa perkembangan motorik dan sensoriknya sedang berlangsung dengan baik.

Perubahan pola menyusu ini tentu memengaruhi sinyal yang diterima tubuh ibu dalam memproduksi ASI. Ketika payudara tidak dikosongkan secara konsisten, produksi pun akan ikut menurun. La Leche League International menyebutkan bahwa penurunan frekuensi menyusu sebanyak 2–3 kali dalam sehari dapat menurunkan volume ASI hingga 20%. Ini menjelaskan mengapa produksi ASI menurun saat MPASI kerap terjadi secara bertahap, karena stimulasi terhadap payudara memang berkurang.

Di masa ini pula, beberapa bayi mulai tumbuh gigi, yang membuat gusi mereka lebih sensitif. Ini kadang menyebabkan si kecil enggan menyusu atau menjadi lebih rewel saat berada di posisi menyusui. Mams bisa menyiasatinya dengan mencari posisi menyusui yang nyaman dan tetap menjaga rutinitas menyusui harian. Dengan memahami bahwa perubahan ini adalah bagian dari proses tumbuh kembang, Mams bisa lebih tenang dan tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa ASI sudah “habis”.

Strategi Menjaga Produksi ASI Tetap Optimal Saat MPASI Dimulai

Meski si kecil sudah mulai mengenal makanan padat, ASI tetap menjadi sumber gizi utama hingga usia 1 tahun. Oleh karena itu, menjaga produksi ASI tetap optimal tetap menjadi prioritas. Salah satu cara paling efektif adalah dengan tetap menyusui secara rutin, termasuk pada malam hari, atau memompa ASI saat si kecil tidak menyusu langsung. Semakin sering payudara distimulasi, semakin kuat sinyal yang dikirimkan ke tubuh untuk terus memproduksi ASI.

Nutrisi dan hidrasi juga memainkan peran penting. Pastikan Mams mengonsumsi makanan bergizi seimbang, cukup protein, lemak baik, karbohidrat kompleks, serta sayur dan buah. Minum air putih yang cukup juga membantu tubuh tetap terhidrasi dan mendukung proses produksi ASI. Kementerian Kesehatan RI juga menekankan pentingnya pemenuhan gizi ibu menyusui, terutama saat memasuki fase MPASI, agar si kecil tetap mendapatkan asupan berkualitas dari ASI.

Mams juga perlu menciptakan suasana menyusui yang tenang dan nyaman. Kontak kulit-ke-kulit serta momen menyusui malam hari bisa membantu memperkuat kerja hormon prolaktin. Dan meski produksi ASI menurun saat MPASI adalah hal yang lumrah, bukan berarti suplai tidak bisa dijaga. Dengan stimulasi yang konsisten dan dukungan nutrisi yang cukup, ASI tetap bisa menjadi sumber nutrisi utama bagi si kecil.

ASI Deres dengan ASI Booster Navila

Sebagai tambahan dukungan, Mams juga bisa mempertimbangkan bantuan alami seperti Navila ASI Booster, yang diformulasikan untuk membantu menjaga produksi dan kualitas ASI tetap optimal selama masa MPASI. Dengan kandungan yang mendukung laktasi dan nutrisi ibu, Navila bisa menjadi teman setia Mams di masa transisi ini. Yuk, terus dukung si kecil tumbuh sehat dengan ASI yang tetap lancar dan berkualitas.


References

  • Cleveland Clinic. Lactation. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/body/22201-lactation
  • Galpin, L., Thakwalakwa, C., Phuka, J., Ashorn, P., Maleta, K., Wong, W. W., & Manary, M. J. (2007). Breast Milk Intake Is Not Reduced More by the Introduction of Energy Dense Complementary Food than by Typical Infant Porridge12. The Journal of nutrition, 137(7), 1828-1833.
  • Rahmaniasari, W. A., & Zhafirah, H. D. (2024). Hubungan tingkat stress dengan frekuensi kelancaran produksi ASI pada ibu menyusui. Jurnal Kesehatan Tambusai, 5(3), 9358-9364.
  • LLLI. INCREASING BREASTMILK SUPPLY. Retrieved from https://llli.org/news/increasing-breastmilk-supply/
  • Kemenkes. Moms, Konsumsi Makanan Ini Agar ASI Melimpah. Retrieved from https://ayosehat.kemkes.go.id/moms-konsumsi-makanan-ini-agar-asi-melimpah