Setiap orang tua tentu berharap anaknya tidak hanya unggul dalam nilai akademik, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, memiliki rasa ingin tahu tinggi, serta mampu menjalin hubungan sosial yang sehat. Namun, pencapaian tersebut tidak cukup hanya dengan menekankan hafalan atau nilai ujian. Diperlukan pendekatan belajar yang lebih menyentuh sisi kemanusiaan dan perkembangan menyeluruh anak. Nah, salah satu pendekatan yang bisa Mams kenali lebih dalam adalah teori belajar humanistik.

Teori ini berbeda dari metode belajar tradisional yang biasanya menitikberatkan pada hukuman atau penghargaan. Sebaliknya, teori humanistik menempatkan anak sebagai individu yang unik, yang tumbuh lewat pengalaman pribadi, kebebasan mengekspresikan diri, dan dorongan alami untuk berkembang. Artikel ini akan mengajak Mams memahami lebih jauh tentang apa itu teori belajar humanistik, mulai dari pengertian teori belajar ini, prinsip utama, manfaat nyata, hingga contoh teori belajar humanistik yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Apa Itu Teori Belajar Humanistik?

Teori belajar humanistik adalah pendekatan pendidikan yang menempatkan proses belajar sebagai sarana untuk membentuk manusia seutuhnya, bukan sekadar pencapaian akademik. Pendekatan ini memandang bahwa anak berkembang secara menyeluruh (baik dari sisi kognitif, emosional, maupun sosial) jika dia merasa dihargai dan didukung sesuai kebutuhannya.

Tokoh-tokoh penting seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers menggarisbawahi bahwa belajar akan lebih efektif ketika anak berada dalam kondisi psikologis yang sehat dan merasa dimengerti oleh lingkungannya.

Teori humanistik menekankan empati, kebebasan, dan pengalaman nyata dalam belajar. Ini berbeda dari behavioristik yang fokus pada hukuman-hadiah, atau kognitif yang menitikberatkan pada proses berpikir. Anak tidak hanya diajak memahami materi, tetapi juga menemukan makna di balik pelajaran tersebut. Dengan demikian, belajar tidak sekadar untuk “lulus ujian”, tapi menjadi jalan menuju aktualisasi diri, yakni berkembang menjadi versi terbaik dari dirinya.

Prinsip Utama Teori Humanistik dalam Proses Belajar

Salah satu landasan pengertian teori humanistik berasal dari hierarki kebutuhan Maslow. Menurut Maslow, anak tidak akan bisa belajar secara optimal jika kebutuhan dasarnya, seperti rasa aman, kenyamanan fisik, dan kasih sayang, belum terpenuhi. Misalnya, anak yang sedang lapar atau merasa cemas tentu sulit untuk fokus di kelas. Oleh karena itu, lingkungan belajar yang hangat, aman, dan suportif menjadi fondasi utama agar proses belajar bisa berjalan efektif.

Melengkapi hal tersebut, Carl Rogers menekankan pentingnya pendekatan yang berpusat pada anak. Bagi Rogers, setiap anak berhak untuk diterima tanpa syarat, bukan hanya ketika dia “berhasil”, tetapi juga saat dia sedang berproses. Ketika anak merasa dihargai dan tidak takut salah, mereka akan lebih berani mencoba, bertanya, dan mengekspresikan diri. Dalam suasana seperti ini, belajar tidak lagi terasa menekan, tapi justru memotivasi dari dalam diri anak itu sendiri.

Manfaat Teori Belajar Humanistik untuk Anak

Mams, penerapan teori belajar humanistik ternyata membawa banyak dampak positif bagi tumbuh kembang si kecil. Berikut beberapa manfaat yang bisa dirasakan anak ketika belajar dengan pendekatan ini.

1. Anak Merasa Dihargai dan Percaya Diri

Pendekatan humanistik menempatkan anak sebagai individu yang memiliki potensi unik. Anak tidak lagi dipaksa mengikuti standar seragam, melainkan diberi ruang untuk berkembang sesuai kekuatan dan minatnya. Hal ini membuat anak merasa dihargai sebagai pribadi, bukan hanya sebagai “murid yang harus berprestasi”. Dampaknya, kepercayaan diri anak tumbuh lebih kuat, dan mereka menjadi lebih siap menghadapi tantangan belajar berikutnya.

2. Anak Lebih Berani Bereksperimen dan Bertanya

Dalam suasana belajar yang bebas dari rasa takut, anak merasa aman untuk bereksperimen dan mengemukakan pendapat. Peran orang tua dan guru di sini lebih sebagai pendamping dan fasilitator, bukan sebagai penilai yang terus mengoreksi. Anak jadi terbiasa mencari solusi sendiri, berani bertanya, dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Kebebasan ini melatih keberanian sekaligus membentuk tanggung jawab terhadap proses belajarnya.

3. Belajar Jadi Menyenangkan dan Sesuai Minat

Teori ini menekankan pentingnya ketertarikan anak dalam proses belajar. Ketika anak diperbolehkan memilih cara belajar yang sesuai dengan kesukaannya, proses tersebut akan terasa jauh lebih menyenangkan. Misalnya, anak yang menyukai seni bisa diajak berhitung lewat menggambar atau membuat cerita. Pendekatan ini membuat materi pelajaran terasa relevan dan lebih mudah diserap.

4. Perkembangan Kognitif, Sosial, dan Emosional Lebih Seimbang

Teori humanistik tidak hanya menekankan kecerdasan intelektual, tetapi juga mengembangkan aspek emosional dan sosial anak. Anak belajar mengenal dirinya, memahami perasaan orang lain, serta berinteraksi secara sehat dengan teman sebaya. Ini penting, Mams, karena anak yang matang secara emosi akan lebih mudah bekerja sama, menyelesaikan konflik, dan beradaptasi di lingkungan sosialnya.

Contoh Penerapan Teori Humanistik dalam Kehidupan Sehari-hari

Setelah memahami manfaat teori belajar humanistik, Mams mungkin bertanya-tanya, bagaimana cara menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari bersama si kecil? 

Tenang, penerapannya bisa dimulai dari hal-hal sederhana, baik di rumah, di sekolah, maupun dalam interaksi harian. Berikut contoh teori belajar humanistik yang bisa diterapkan:

Di Rumah (Memberi Pilihan Sesuai Minat Anak)

Salah satu cara paling sederhana menerapkan teori humanistik di rumah adalah dengan memberi anak kebebasan memilih cara belajarnya. Misalnya, anak boleh memilih belajar lewat membaca buku cerita, menonton video edukatif, atau bermain puzzle yang sesuai usianya. 

Ketika anak diberi ruang untuk menentukan caranya sendiri, mereka akan merasa memiliki kendali dan tanggung jawab atas proses belajarnya. Ini bisa meningkatkan motivasi belajar secara alami.

Di Sekolah (Project-Based Learning dan Diskusi Kelompok)

Di lingkungan sekolah, teori humanistik dapat diterapkan melalui metode project-based learning (PBL), di mana anak belajar lewat proyek nyata seperti membuat karya seni atau meneliti lingkungan sekitar. PBL mendorong anak berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan bekerja sama dalam kelompok. 

Selain itu, kegiatan diskusi kelompok membantu anak melatih kemampuan komunikasi dan empati. Pendekatan ini membuat proses belajar terasa lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam Interaksi Sehari-hari (Apresiasi Usaha, Bukan Hanya Hasil)

Pujian yang diberikan tidak harus selalu pada hasil akhir, Mams. Justru, menghargai proses dan usaha anak, seperti keberanian mencoba atau ketekunan menyelesaikan tugas, akan membangun rasa percaya diri yang lebih kuat. Anak belajar bahwa gagal itu wajar dan merupakan bagian dari proses tumbuh. Pendekatan ini membantu mereka memiliki mentalitas tangguh dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan.

Dampak Belajar yang Memanusiakan Anak

Ketika teori belajar humanistik diterapkan secara konsisten, baik di rumah, sekolah, maupun dalam interaksi sehari-hari, hasilnya bisa sangat positif. Anak menjadi lebih mandiri, terbiasa membuat keputusan kecil, dan lebih percaya diri menghadapi tantangan baru. Mereka juga tumbuh menjadi individu yang kreatif, karena terbiasa berpikir bebas dan menemukan solusi sendiri.

Lebih penting lagi, anak belajar bahwa kegiatan belajar bukanlah beban, melainkan bagian alami dari kehidupan. Penelitian menunjukkan bahwa pendekatan yang berpusat pada anak membuat mereka lebih terlibat secara emosional dan termotivasi dari dalam diri. Inilah esensi dari teori belajar humanistik, yaitu membantu anak berkembang secara utuh, cerdas, emosionalnya matang, dan siap bersosialisasi di dunia nyata.

A Word From Navila

Teori belajar humanistik mengingatkan bahwa proses belajar seharusnya tidak hanya menuntut hasil, tetapi juga mendampingi perjalanan tumbuh anak sebagai manusia. Dengan menghargai keunikan setiap anak, memberi ruang untuk berekspresi, serta mengapresiasi setiap usaha mereka, Mams bisa membantu si kecil berkembang menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dan kreatif. Belajar pun bukan lagi kewajiban yang menekan, tetapi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna.

Jika Mams merasa si kecil mulai kehilangan semangat belajar, mungkin ini saat yang tepat untuk mengevaluasi pendekatan yang digunakan. Yuk, kenali lebih dalam apa saja yang bisa menjadi penyebab anak malas belajar dan bagaimana cara mengatasinya secara tepat di artikel berikut: Penyebab Anak Malas Belajar dan Solusi Atasinya.


References

  • Bailey, A. (2025, July 22). Maslow’s hierarchy of needs: Purpose and examples. Retrieved from www.verywellhealth.com/hierarchy-of-needs-maslow-s-five-categories-of-needs-5220468
  • Rasmussen University. Understanding Maslow’s hierarchy of needs in education. Retrieved from www.rasmussen.edu/degrees/education/blog/understanding-maslows-hierarchy-of-needs-in-education/
  • The Voice of Early Childhood. Carl Rogers. Retrieved from thevoiceofearlychildhood.com/early-childhood-pioneers/carl-rogers/
  • Cherry, K. (2025, March 25). A biography psychologist of Carl Rogers. Retrieved from www.verywellmind.com/carl-rogers-biography-1902-1987-2795542
  • Ali Putri, F. K., Husna, M. J., & Nihayah, S. A. (2023). Implementasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran dan pembentukan karakter anak. Tinta Emas: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(1), 33–40. https://doi.org/10.35878/tintaemas.v2i1.772
  • Scott, P. Understand humanistic learning theory and its benefits. Retrieved from thestudyjournal.com/understand-humanistic-learning-theory-and-its-benefits/ 
  • Haryanto, S. (2024). Democratic and humanistic learning models and strategies. Education Studies and Teaching Journal (EDUTECH), 1(1), 229–240. https://doi.org/10.62207/mbfen135
  • Bulkis, B., Arismunandar, A., Herman, H., & Mustofa, M. (2025). The effect of the application of the project-based learning model on early childhood social-emotional skills. International Journal of Multidisciplinary Approach Research and Science, 3(01), 254–262. https://doi.org/10.59653/ijmars.v3i01.1394
  • Beisel, K. (2021). Project-Based Learning: Helping students thrive socially and emotionally. Childhood Education, 97(5), 6-13.