Dermatitis kontak adalah jenis peradangan kulit yang muncul ketika kulit bersentuhan dengan zat tertentu yang memicu reaksi alergi, seperti bahan kosmetik, logam di perhiasan, atau obat topikal.
Ketika kulit terpapar alergen ini, tubuh merespons dengan memunculkan ruam kemerahan, gatal, dan bahkan bengkak pada area yang terdampak. Kondisi ini sering disebut juga sebagai “alergi kontak.”
Dermatitis kontak terbagi menjadi dua jenis utama: dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergi (DKA).
DKI muncul ketika kulit terpapar zat-zat iritan yang langsung merusak lapisan pelindungnya, sementara DKA disebabkan oleh kontak kulit dengan alergen yang memicu reaksi sistem kekebalan tubuh.
Di masyarakat umum, sekitar 20% mengalami reaksi alergi saat terpapar alergen lingkungan, dan pada anak serta remaja (usia di bawah 18 tahun), angka prevalensi DKA mencapai 16,5%.
Mengenali gejala awal dermatitis kontak sangatlah penting untuk pencegahan lebih dini.
Lalu, bagaimana tanda dan gejala dermatitis kontak yang perlu diketahui? Mari simak informasi berikut untuk lebih jelasnya.
Gejala-Gejala Dermatitis Kontak yang Sering Diabaikan
Ada banyak sekali gejala-gejala dermatitis kontak yang muncul setelah berkontak dengan zat alergen. Tetapi, beberapa gejala ini sering diabaikan, yaitu:
1. Gatal atau Sensasi Panas Ringan yang Sering Dianggap Sepele
Di tahap awal dermatitis kontak, kulit sering terasa sedikit gatal atau hangat, namun banyak orang mengabaikannya, mengira itu hanya iritasi ringan atau efek cuaca panas dan kering.
Padahal, sensasi ini bisa menjadi tanda awal dermatitis yang mungkin berkembang, terutama jika kulit telah bersentuhan dengan zat-zat iritan atau alergen.
2. Kulit Terasa Kencang Sebelum Ruam Muncul
Beberapa orang merasakan kulit yang seperti mengencang atau tegang sebelum munculnya ruam atau bercak merah.
Ini terjadi karena kulit mulai kehilangan kelembapan akibat paparan iritan atau alergen, membuatnya terasa kering dan kurang elastis.
Karena gejalanya tidak terlihat, sering kali hal ini diabaikan, padahal ini bisa menjadi pertanda bahwa kulit sedang berusaha melawan iritasi.
3. Bercak Merah yang Tidak Sakit tapi Bisa Menjadi Ruam
Kadang-kadang, muncul bercak merah pada kulit yang tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga mudah dianggap sepele.
Bercak ini sebenarnya reaksi awal kulit terhadap zat iritan atau alergen. Jika terus terpapar, bercak ini bisa berkembang menjadi ruam yang lebih parah.
Ini adalah tanda adanya peradangan dalam lapisan kulit yang dapat berubah menjadi dermatitis yang serius jika tidak segera ditangani.
Lalu, gejala dermatitis kontak secara umum, di antaranya:
- Ruam yang terasa gatal
- Kulit yang tampak lebih gelap atau terasa kasar, biasanya pada kulit yang berwarna cokelat atau hitam
- Kulit kering, pecah-pecah, atau bersisik, yang lebih sering terlihat pada kulit putih
- Benjolan atau lepuhan yang terkadang mengeluarkan cairan atau berkerak
- Pembengkakan, rasa terbakar, atau nyeri di area yang terkena
Dermatitis kontak muncul di kulit yang langsung terpapar zat pemicu reaksi.
Contohnya, ruam bisa timbul di kaki setelah bersentuhan dengan tanaman beracun seperti poison ivy.
Ruam ini biasanya berkembang dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah kontak dan dapat bertahan antara 2 hingga 4 minggu.
Tanda-Tanda Dermatitis Kontak Awal Berdasarkan Jenis Kulit
Pada kulit terang, ruam yang muncul biasanya berwarna merah dan sering kali tanpa batas tepi yang jelas.
Sedangkan pada kulit gelap, area yang terkena cenderung berubah warna menjadi ungu tua atau abu-abu gelap, sering disertai benjolan kecil (papula). Kulit di area ini biasanya akan terasa lebih tebal dan kasar.
Mengutip dari NLM, jika reaksi alergi cukup parah, kulit bisa terasa nyeri dan kencang. Lepuhan mungkin terbentuk, dan jika lepuhan ini pecah, cairan bisa keluar, membentuk kerak yang kemudian akan mengering dan mengelupas.
Biasanya, tanda-tanda ini pertama kali muncul di area yang langsung bersentuhan dengan pemicu alergi, seperti tangan (terutama jari dan punggung tangan).
Area lain yang sering terpengaruh adalah wajah (khususnya kelopak mata dan bibir), leher, kaki bagian bawah, dan telapak kaki.
Seberapa parah reaksi alergi pada kulit akan sangat tergantung pada jenis zat yang bersentuhan dengan kulit dan lamanya paparan.
Pada dermatitis kontak, reaksi bisa juga muncul di area tubuh lain yang tidak langsung terkena zat pemicunya.
Faktor Risiko yang Sering Tidak Diketahui
Dermatitis kontak dipicu oleh zat yang mengiritasi atau menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
Zat pemicu bisa berupa ribuan jenis alergen atau iritan yang umum. Beberapa zat bahkan dapat menjadi faktor risiko baik dermatitis kontak iritan maupun dermatitis kontak alergi, di antaranya:
1. Dermatitis Kontak Iritan
Ini adalah jenis yang paling sering terjadi dan merupakan reaksi kulit non-alergi yang muncul ketika zat tertentu merusak lapisan pelindung luar kulit.
Contoh zat yang bisa mengiritasi kulit meliputi pelarut, spiritus, pemutih, deterjen, sampo, debu wol, serbuk gergaji, tanaman, pupuk, dan pestisida.
2. Dermatitis Kontak Alergi
Jenis ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap alergen tertentu pada kulit.
Biasanya, reaksi ini hanya muncul di area yang bersentuhan langsung dengan alergen, namun ada juga yang terpicu oleh zat yang masuk ke tubuh melalui makanan, obat, atau prosedur medis.
Contoh alergen yang umum faktor risiko dermatitis kontak alergi yaitu:
- Nikel (biasanya di perhiasan atau gesper)
- Beberapa obat topikal dan oral
- Formaldehida (dalam pengawet dan disinfektan)
- Produk perawatan diri (seperti deodoran dan kosmetik)
- Tanaman seperti poison ivy
- Serbuk dari insektisida
- Produk yang menyebabkan reaksi ketika terkena sinar matahari, seperti tabir surya tertentu.
Anak-anak juga bisa mengalami dermatitis kontak dari produk seperti popok, tisu bayi, tabir surya, atau pakaian yang mengandung kancing atau pewarna. Jadi, selalu waspada ya, Bunda!
Beberapa jenis pekerjaan dan hobi bisa meningkatkan risiko seseorang terkena dermatitis kontak, seperti:
- Tenaga medis dan perawat gigi
- Pekerja konstruksi
- Pekerja logam
- Penata rambut dan ahli rias, yang sering terpapar air sehingga rentan terhadap dermatitis kontak pada tangan
- Mekanik
- Penyelam atau perenang, karena terpapar karet dari masker atau kacamata renang
- Petugas kebersihan
- Tukang kebun dan petani
- Koki dan pekerja lain yang sering berinteraksi dengan bahan makanan
Langkah Penanganan dan Pencegahan Dermatitis Kontak
Untuk mencegah dermatitis kontak, Bunda bisa mencoba beberapa cara berikut:
- Hindari paparan iritan dan alergen. Cari tahu dan hindari pemicu ruam pada kulit. Gunakan perhiasan berbahan hipoalergenik, seperti baja bedah atau emas, terutama untuk tindik.
- Bersihkan kulit setelah kontak. Jika terkontak dengan zat alergen, segera cuci kulit untuk menghilangkan zat tersebut. Gunakan sabun lembut tanpa pewangi dan air hangat, lalu bilas hingga bersih. Jangan lupa juga untuk mencuci pakaian atau barang yang mungkin terkena tanaman alergen ini.
- Pakai perlengkapan pelindung. Masker, kacamata, sarung tangan, atau pelindung lain bisa melindungi dari zat yang mengiritasi, termasuk bahan pembersih rumah tangga.
- Tambahkan lapisan pelindung pada logam yang menyentuh kulit. Misalnya, beri penutup pada logam celana jeans untuk mencegah iritasi.
- Gunakan krim atau gel pelindung kulit.
- Rajin pakai pelembap. Rutin memakai pelembap dapat memperbaiki lapisan pelindung kulit dan menjaga kelembapannya. Tahukan Bunda? Minyak telon Navila juga mengandung pelembap alami untuk kulit, seperti minyak kelapa dan minyak zaitun, ketahui selengkapnya di: Minyak Telon Terwangi Navila, Berikan 5 Varian Harum yang Menenangkan.
- Perhatikan hewan peliharaan. Tanaman alergen bisa menempel pada bulu hewan peliharaan dan menular ke kulit Bunda. Jika hewan peliharaan terkena tanaman alergen, segera mandikan, ya.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera konsultasikan dengan tenaga kesehatan jika:
- Ruam terasa sangat gatal hingga mengganggu tidur atau aktivitas sehari-hari
- Ruam terlihat parah atau menyebar ke area yang lebih luas
- Merasa khawatir dengan tampilan ruam pada kulit
- Ruam tidak kunjung sembuh dalam waktu tiga minggu
- Ruam muncul di area sensitif seperti mata, mulut, wajah, atau alat kelamin
Segera cari bantuan medis jika mengalami hal berikut:
- Kulit terasa terinfeksi, ditandai dengan demam atau nanah yang keluar dari lepuhan
- Kesulitan bernapas setelah menghirup asap dari tanaman yang terbakar
- Merasa ada zat tertelan yang mungkin merusak lapisan mulut atau saluran pencernaan
A Word From Navila
Bunda, sangat penting untuk waspada terhadap gejala dermatitis kontak dan segera mendapatkan perawatan medis jika kondisi kulit semakin memburuk atau muncul komplikasi.
Dengan konsultasi dokter, Bunda dapat menerima perawatan yang sesuai dan mencegah masalah kesehatan yang lebih serius.
Bunda mau informasi seputar kesehatan keluarga, moms and baby lainnya? Ayo kunjungi media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Sehat selalu Bunda dan keluarga!
2 comments