Menjadi orang tua berarti selalu memperhatikan setiap perubahan pada bayi, termasuk yang terlihat kecil sekalipun. Salah satu kondisi yang bisa membuat khawatir adalah hidrosefalus adalah penumpukan cairan di otak yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan si kecil. 

Banyak Mams bertanya-tanya tentang penyebab hidrosefalus, cara mengenali gejalanya, dan apakah kondisi ini bisa disembuhkan. Pertanyaan ini wajar, karena penanganan yang tepat waktu sangat menentukan kualitas hidup bayi ke depannya.

Gejala hidrosefalus kadang sulit dikenali, terutama pada tahap awal yang tampak sangat halus. Namun, deteksi dini sangat penting agar tekanan di otak tidak menimbulkan kerusakan permanen. Dalam artikel ini, Mams akan mendapatkan informasi lengkap mengenai hidrosefalus, mulai dari penyebab hingga ciri-ciri yang perlu diwaspadai. Yuk, simak sampai akhir!

Penyebab Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah kondisi yang terjadi ketika cairan serebrospinal (CSS) menumpuk di rongga otak, menimbulkan tekanan yang dapat merusak jaringan otak. Padahal, cairan ini berfungsi melindungi otak dan membuang limbah metabolik. Jika berlebihan, pertumbuhan saraf dan fisik bayi bisa terganggu. Kondisi ini bisa muncul sejak lahir maupun setelahnya, dan hampir selalu memerlukan penanganan medis cepat. Tanpa intervensi, risiko komplikasi termasuk keterlambatan perkembangan, gangguan motorik, hingga masalah serius pada sistem saraf pusat.

Penyebab hidrosefalus terbagi menjadi dua: kongenital dan didapat. Hidrosefalus kongenital muncul akibat kelainan bawaan, misalnya stenosis akueduktus, spina bifida, malformasi Arnold-Chiari, atau sindrom Dandy-Walker. Sementara hidrosefalus didapat berkembang setelah lahir akibat perdarahan otak pada bayi prematur, infeksi seperti meningitis, tumor, atau cedera kepala. Semua faktor ini mengganggu aliran CSS, baik karena sumbatan, produksi berlebih, atau gangguan penyerapan.

Navila All Products

Aliran CSS normal bergerak dari ventrikel otak melalui saluran khusus dan diserap kembali ke darah. Jika saluran tersumbat, produksi cairan berlebih, atau penyerapan tidak efisien, cairan menumpuk, meningkatkan tekanan intrakranial, dan menekan jaringan otak di sekitarnya. Memahami mekanisme ini membantu Mams mengenali risiko sejak dini, melakukan pemeriksaan tepat waktu, dan menentukan strategi penanganan yang sesuai.

Ciri-Ciri Hidrosefalus pada Bayi

Mams, hidrosefalus dapat muncul dengan tanda yang kadang sulit dikenali. Beberapa ciri khas yang bisa diperhatikan antara lain:

  • Kepala membesar cepat dan lingkar kepala melebihi kurva pertumbuhan normal.
  • Ubun-ubun menonjol dan terasa tegang saat disentuh.
  • Kulit kepala terlihat tipis dengan pembuluh darah menonjol.
  • Mata menunduk terus-menerus (sun-setting sign).
  • Bayi sering muntah, rewel, atau tampak sangat lesu.
  • Kejang dapat muncul pada kasus yang lebih parah.

Pemantauan rutin pertumbuhan bayi, termasuk pengukuran lingkar kepala dan observasi perilaku sehari-hari, sangat penting. Jika Mams melihat salah satu tanda tersebut, segera konsultasikan dengan dokter anak atau spesialis saraf. Diagnosis dini dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan medis dapat menentukan langkah penanganan, seperti pemasangan shunt atau prosedur endoskopik, yang sangat meningkatkan peluang bayi tumbuh sehat.

Penanganan dan Diagnosa

Hidrosefalus adalah kondisi yang tidak akan hilang sendiri, tetapi bisa ditangani dengan terapi medis dan prosedur bedah untuk mengurangi tekanan dan mencegah kerusakan otak. Salah satu penanganan paling umum adalah pemasangan shunt ventriculoperitoneal (VP shunt), yaitu tabung fleksibel yang mengalirkan cairan dari otak ke rongga perut, di mana cairan diserap kembali tubuh. Shunt ini efektif namun membutuhkan pemantauan jangka panjang untuk mencegah infeksi atau penyumbatan.

Alternatif lain adalah Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV), prosedur minimal invasif yang membuat saluran baru bagi aliran CSS. ETV biasanya dipilih untuk hidrosefalus obstruktif, misalnya akibat stenosis akueduktus, dengan risiko infeksi lebih rendah dibanding shunt. Meski demikian, tidak semua kasus cocok untuk ETV, sehingga evaluasi medis tetap penting. Dengan pengawasan dan intervensi yang tepat, bayi dengan hidrosefalus memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang optimal.

Hidrosefalus Mulai Umur Berapa dan Siapa yang Berisiko?

Hidrosefalus bisa muncul sejak bayi baru lahir hingga masa kanak-kanak. Pada bayi baru lahir, kondisi ini biasanya berkaitan dengan kelainan bawaan atau komplikasi persalinan. Lingkar kepala bisa membesar lebih cepat dari normal, menandakan hidrosefalus kongenital, yang memerlukan perhatian medis segera.

Beberapa bayi berisiko lebih tinggi, termasuk bayi prematur, bayi dengan spina bifida atau cacat tabung saraf, serta bayi yang mengalami trauma kepala atau infeksi otak pada masa awal kehidupan. Hydrocephalus Association menjelaskan bahwa pemantauan lingkar kepala bayi secara rutin merupakan langkah paling efektif untuk deteksi dini hidrosefalus. Pemeriksaan lanjutan seperti USG, CT scan, atau MRI dapat memastikan diagnosis, sehingga prosedur shunt atau ETV dapat dilakukan sebelum kerusakan otak permanen terjadi.

A Word From Navila

Mams, mengenali tanda hidrosefalus sejak dini adalah langkah penting untuk melindungi pertumbuhan dan perkembangan si kecil. Jika Mams memperhatikan gejala seperti kepala membesar cepat, fontanel menonjol, atau mata menunduk, segera periksakan bayi ke dokter anak atau spesialis saraf. Deteksi dan penanganan tepat waktu sangat menentukan kualitas hidupnya.

Minyak Telon untuk Bayi Kulit Sensitif: Minyak Telon Terwangi Navila

Selain itu, menjaga kenyamanan sehari-hari bayi juga tidak kalah penting. Minyak Telon Navila bisa menjadi pilihan untuk membantu bayi tetap hangat, meredakan perut kembung, dan membuatnya lebih tenang saat tidur. Dengan bayi yang nyaman, Mams bisa lebih leluasa mengamati tumbuh kembangnya dan memastikan kesehatannya selalu terjaga.


References

  • Mayo Clinic. (2023). Hydrocephalus – Symptoms and causes. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hydrocephalus/symptoms-causes/syc-20373604
  • Hydrocephalus Association. (2023). Hydrocephalus in infants and children: Diagnosis & treatment. Retrieved from https://www.hydroassoc.org/hydrocephalus-in-infants-and-children/
  • Baik, T. J., & Lee, C. K. (1987). Clinical study of normal pressure hydrocephalus. Journal of Korean Neurosurgical Society, 16(3), 771-780. Retrieved from https://www.jkns.or.kr/journal/view.php?number=7596
  • Lee, S. H., & Lee, J. H. (2023). Hydrocephalus: A review of etiology-driven treatment strategies. European Journal of Neuroscience, 45(1), 1-10. Retrieved from https://ejns.springeropen.com/articles/10.1186/s41984-019-0057-4
  • Medscape. (2023). Hydrocephalus treatment & management. Retrieved from https://emedicine.medscape.com/article/937979-treatment
  • National Center for Biotechnology Information. (2023). Hydrocephalus: Pathophysiology and management. StatPearls. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560875/