Apakah seseorang benar-benar bisa hidup kembali setelah dinyatakan meninggal? Pertanyaan ini terdengar seperti kisah fiksi atau cerita mistis, namun dalam dunia medis, fenomena ini dikenal sebagai Lazarus Syndrome. Kondisi ini terjadi ketika detak jantung seseorang kembali secara spontan setelah usaha resusitasi (CPR) dihentikan dan pasien sempat dinyatakan meninggal. Meski sangat langka, sejumlah kasus telah dilaporkan secara medis dari berbagai belahan dunia.
Di masyarakat, istilah ini sering disamakan dengan mati suri, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Mati suri lebih banyak dikaitkan dengan pengalaman spiritual atau kesadaran transenden, sedangkan Lazarus Syndrome punya penjelasan fisiologis yang bisa diterangkan secara ilmiah. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang apa itu Lazarus Syndrome, bagaimana mekanismenya bekerja dalam tubuh, mengapa bisa terjadi, dan mengapa kondisi ini menjadi sumber perdebatan di ranah medis, hukum, maupun etika.
Apa Itu Lazarus Syndrome dan Bagaimana Itu Bisa Terjadi?
Lazarus Syndrome adalah kondisi medis yang sangat langka di mana seseorang kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Terutama detak jantung, setelah upaya CPR dianggap gagal dan dihentikan. Dalam istilah medis, ini disebut sebagai Return of Spontaneous Circulation (ROSC) pasca-CPR. Hingga kini, hanya puluhan kasus yang tercatat secara ilmiah di seluruh dunia, menjadikannya fenomena yang luar biasa langka di praktik kedokteran darurat.
Meski belum sepenuhnya dipahami, para ahli telah mengajukan beberapa teori untuk menjelaskan mekanismenya. Salah satunya adalah fenomena auto-PEEP (Positive End-Expiratory Pressure), yaitu tekanan udara yang terperangkap dalam paru-paru selama CPR. Setelah CPR dihentikan, tekanan ini bisa menurun secara tiba-tiba dan memungkinkan darah mengalir kembali ke jantung, sehingga jantung pun dapat kembali berdetak.
Selain itu, obat-obatan seperti epinefrin (adrenalin) yang diberikan selama CPR kadang bereaksi terlambat dan baru bekerja setelah prosedur dihentikan. Dalam beberapa kasus lain, aktivitas listrik jantung yang sangat lemah bisa tak terdeteksi oleh monitor, padahal sebenarnya masih ada kehidupan.
Yang penting untuk dipahami, Lazarus Syndrome tidak terjadi begitu saja. Fenomena ini selalu diawali dengan intervensi medis berupa CPR yang intensif. Karena itu, protokol medis internasional menyarankan agar dokter menunggu minimal 5–10 menit setelah CPR dihentikan sebelum benar-benar menyatakan kematian. Penundaan ini memberi waktu bagi kemungkinan ROSC spontan yang sangat jarang tapi nyata.
Kisah Nyata Pasien Lazarus Syndrome, Apa Kata Medis?
Fenomena Lazarus Syndrome bukan hanya teori. Beberapa kasus nyata telah didokumentasikan dalam jurnal medis, seperti Medical News Today dan menarik perhatian dunia. Contohnya, seorang pria berusia 66 tahun di Inggris yang kembali memiliki detak jantung 10 menit setelah dinyatakan meninggal. Di India, seorang wanita lansia kembali bernapas setelah 30 menit tidak menunjukkan tanda-tanda vital. Di Finlandia, studi mencatat lima pasien mengalami ROSC spontan beberapa menit setelah CPR dihentikan.
Dalam hampir semua kasus tersebut, faktor-faktor fisiologis seperti auto-PEEP dan keterlambatan kerja obat menjadi penyebab utama. Seringkali, aktivitas jantung yang sangat lemah tidak terdeteksi oleh alat monitor standar seperti ECG atau pulse oximeter, sehingga pasien disangka sudah meninggal. Karena itulah, observasi lanjutan menjadi hal yang sangat krusial untuk memastikan status pasien secara menyeluruh.
Rekomendasi terbaru dari dunia medis mendorong dokter agar tidak langsung menyatakan kematian setelah CPR gagal, melainkan menunggu dan melakukan pemantauan ketat selama 5–10 menit. Selama masa jeda ini, penggunaan alat pemantauan tambahan sangat disarankan. Di samping itu, keluarga pasien juga perlu diberi penjelasan yang memadai agar memahami bahwa kematian klinis belum tentu bersifat final dalam hitungan menit.
Seberapa Langka Lazarus Syndrome dan Mengapa Banyak Tidak Dilaporkan?
Secara statistik, Lazarus Syndrome terjadi pada sekitar 0,6% dari semua upaya CPR. Ini berarti, dari 1.000 pasien yang mendapat CPR, hanya sekitar 6 orang yang mungkin mengalami ROSC spontan setelah tindakan dihentikan. Meski angka ini sangat kecil, ada kemungkinan besar banyak kasus yang luput dari dokumentasi.
Alasannya, standar observasi setelah CPR tidak selalu dijalankan secara konsisten di seluruh dunia. Di beberapa tempat, dokter bisa langsung menyatakan kematian karena keterbatasan alat atau tekanan situasional. Padahal, alat seperti ECG dan pulse oximeter sangat penting untuk mendeteksi sinyal vital tersembunyi yang mungkin muncul beberapa menit kemudian.
Faktor-faktor klinis seperti hipotermia, gangguan metabolik, atau kondisi syok juga berkontribusi pada risiko terjadinya Lazarus Syndrome. Sayangnya, fenomena ini tidak umum dibahas dalam pelatihan medis dasar, sehingga banyak tenaga kesehatan tidak mengenali atau melaporkannya. Akibatnya, masyarakat pun lebih mudah mengaitkannya dengan hal-hal mistis ketimbang memahami bahwa ini bisa dijelaskan secara biologis.
Implikasi Etika dan Medis Fenomena Lazarus Syndrome
Lazarus Syndrome membuka diskusi yang cukup rumit dalam aspek etika, hukum, dan definisi kematian. Secara hukum, seseorang dinyatakan meninggal jika tidak ada lagi aktivitas jantung dan napas yang bisa dipulihkan. Tapi ketika pasien yang sudah “mati” tiba-tiba hidup kembali, muncul pertanyaan besar: apakah status kematian bisa dibatalkan?
Di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, protokol menyarankan adanya fase observasi post-resusitasi selama minimal 5–10 menit. Fase ini menjadi kunci untuk memastikan benar-benar tidak ada aktivitas kehidupan. Sayangnya, di Indonesia, belum ada pedoman nasional yang baku soal ini. Akibatnya, ada potensi misdiagnosis kematian, yang bisa berdampak besar baik secara medis maupun psikologis bagi keluarga.
Fenomena ini juga mengubah cara pandang masyarakat. Banyak yang melihat Lazarus Syndrome sebagai mukjizat atau keajaiban gaib. Padahal, jika ditelusuri lebih dalam, yang terjadi adalah respons biologis tubuh manusia yang kompleks. Justru dari sinilah kita bisa melihat betapa menakjubkannya sistem tubuh manusia, bukan karena kekuatan gaib, tapi karena ilmu pengetahuan yang belum sepenuhnya terungkap.
A Word From Navila
Lazarus Syndrome adalah bukti bahwa tubuh manusia bisa bereaksi dengan cara yang tak terduga, bahkan setelah dinyatakan tak bernyawa. Meski langka, fenomena ini nyata dan memiliki dasar ilmiah yang bisa dijelaskan. Memahami hal ini membantu kita bersikap lebih tenang, tidak terburu-buru menarik kesimpulan, dan tetap mengutamakan logika medis.
Edukasi yang tepat juga bisa menghindarkan kita dari mitos yang menyesatkan. Karena pada akhirnya, empati dan pengetahuan adalah bekal terbaik dalam menghadapi situasi penuh ketidakpastian.
Bila Mams ingin memperluas wawasan tentang kondisi medis lain yang juga penuh tantangan dan sering terjadi pada bayi, Ibu bisa lanjut membaca artikel kami tentang Trisomy 18 dan 13 di sini: Kenali Trisomy 18 dan 13 Risiko dari Gejala dan Penanganannya.
References
- Hannig, K. E., Hauritz, R. W., & Grove, E. L. (2015). Autoresuscitation: a case and discussion of the Lazarus phenomenon. Case reports in medicine, 2015(1), 724174. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1155/2015/724174
- Rzeźniczek, P., Gaczkowska, A. D., Kluzik, A., Cybulski, M., Bartkowska-Śniatkowska, A., & Grześkowiak, M. (2023). Lazarus Phenomenon or the Return from the Afterlife—What We Know about Auto Resuscitation. Journal of Clinical Medicine, 12(14), 4704. https://www.mdpi.com/2077-0383/12/14/4704
- Medical News Today. The Lazarus phenomenon: When the ‘dead’ come back to life. Retrieved from https://www.medicalnewstoday.com/articles/317645
- Fujiuchi, B., Miyashita, A., Hirao, Y., & Benavente, K. (2025). The Lazarus phenomenon-a remarkable case of spontaneous recovery from cardiac arrest in a do-not-resuscitate patient. European Journal of Case Reports in Internal Medicine, 12(5), 005308. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC12061207/
- Krarup, N. H., Kaltoft, A., & Lenler-Petersen, P. (2010). Risen from the dead: A case of the Lazarus phenomenon—With considerations on the termination of treatment following cardiac arrest in a prehospital setting. Resuscitation, 81(11), 1598-1599. https://www.resuscitationjournal.com/article/S0300-9572(10)00356-4/abstract
- Kuisma, M., Salo, A., Puolakka, J., Nurmi, J., Kirves, H., Väyrynen, T., & Boyd, J. (2017). Delayed return of spontaneous circulation (the Lazarus phenomenon) after cessation of out-of-hospital cardiopulmonary resuscitation. Resuscitation, 118, 107-111. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0300957217303039
- Adhiyaman, V., Adhiyaman, S., & Sundaram, R. (2007). The lazarus phenomenon. Journal of the Royal Society of Medicine, 100(12), 552-557. https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0141076807100012013
- Eurac. The Lazarus Phenomenon. Retrieved from https://www.eurac.edu/en/magazine/the-lazarus-phenomenon-the-spontaneous-return-from-the-dead
- Kuisma, M., Salo, A., Puolakka, J., Nurmi, J., Kirves, H., Väyrynen, T., & Boyd, J. (2017). Delayed return of spontaneous circulation (the Lazarus phenomenon) after cessation of out-of-hospital cardiopulmonary resuscitation. Resuscitation, 118, 107-111. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0300957217303039
- News Medical. What is Lazarus Syndrome (Autoresuscitation)? Retrieved from https://www.news-medical.net/health/What-is-Lazarus-SyndromeAutoresuscitation.aspx
- NYU. From Death to the Rise of Cardiopulmonary Resuscitation. Retrieved from https://med.nyu.edu/research/parnia-lab/cardiac-arrest-death/from-death-to-the-rise-cpr
- Teach Me Surgery. How to Certify Death. Retrieved from https://teachmesurgery.com/examinations/misc/confirmation-of-death/