Memahami perbedaan antara mental illness (penyakit mental) dan mental disorder (gangguan mental) sangat penting untuk mengenali dan menangani masalah kesehatan mental dengan tepat.

Meskipun kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. 

Menurut WHO, sekitar 1 dari 4 orang di dunia akan mengalami gangguan mental atau neurologis pada suatu saat dalam hidup mereka, Bun.

Selain itu, data dari Kemenkes RI menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 9,8%.

Ini artinya usia remaja menjadi masa yang cukup rentan mengalami masalah kesehatan mental.

Penelitian menunjukkan bahwa intervensi dini dan dukungan keluarga dapat secara signifikan meningkatkan hasil bagi individu dengan penyakit atau gangguan mental.

Itulah mengapa peran Bunda dan Ayah sebagai orang tua sangat penting dalam menjaga kestabilan kesehatan mental anak.

Lantas apa perbedaan mental illness dan mental disorder? Yuk, simak informasi berikut!

Apa itu Mental Illness dan Mental Disorder?

Apa itu Mental Illness dan Mental Disorder?

Mental illness maupun mental disorder sering digunakan oleh medis pada konteks kesehatan mental namun pada nuansa dan konotasi yang berbeda.

Keduanya sama-sama digunakan untuk kondisi yang menyebabkan perubahan perasaan, emosi, kepribadian dan perilaku.

Berikut penjelasan lengkapnya!

Mental Illness

Mental Illness adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai kondisi kesehatan mental yang mempengaruhi suasana hati, pikiran, dan perilaku seseorang.

Secara umum, mental illness mencakup berbagai gangguan mental seperti depresi, kecemasan, bipolar disorder, dan lainnya.

Istilah ini lebih sering digunakan dalam konteks klinis dan masyarakat umum untuk menggambarkan kondisi yang memerlukan perhatian dan penanganan medis.

Beberapa contoh dari mental illness adalah Depresi (Major Depressive Disorder), Gangguan, Kecemasan (Anxiety Disorders), Bipolar Disorder dan Schizophrenia. 

Data prevalensi yang dimuat oleh WHO regional Asia Pasifik (WHO SEARO) menunjukkan bahwa jumlah kasus gangguan depresi terbanyak ada di India dengan 56.675.969 kasus atau 4,5% dari jumlah populasi.

Sedangkan, di Maldives, jumlah kasus gangguan depresi merupakan yang terendah dengan 12.739 kasus atau 3,7% dari populasi.

Sementara di Indonesia, terdapat 9.162.886 kasus gangguan depresi atau sekitar 3,7% dari populasi.

Mental Disorder

Mental Disorder adalah istilah yang lebih spesifik dan digunakan dalam diagnosis medis.

Ini merujuk pada gangguan yang diidentifikasi berdasarkan kriteria diagnostik yang ketat seperti yang terdapat dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) atau ICD-10 (International Classification of Diseases).

Mental disorder mencakup gangguan yang memiliki pola gejala yang konsisten dan berdampak signifikan pada fungsi kehidupan sehari-hari.

Beberapa contoh dari mental disorder adalah Schizophrenia, Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Autism Spectrum Disorder (ASD).

Menurut data National Institute of Mental Health (NIMH), sekitar 1% populasi dunia mengalami schizophrenia.

Ini berarti jika kita memiliki 100 orang di satu ruangan, kemungkinan ada satu orang yang menderita schizophrenia.

Sedangkan OCD sekitar 2-3% populasi dunia terpengaruh oleh OCD. Ini berarti dari setiap 100 orang, ada 2 hingga 3 orang yang mungkin mengalami gangguan ini.

Gejala dan Penanganan Mental Illness dan Mental Disorder

Mental illness dan mental disorder sama-sama permasalahan mental, namun memiliki perbedaan dalam diagnosa.

Menurut Dr. John Smith, mental illness dan mental disorder sering digunakan secara bergantian, tetapi penting untuk memahami perbedaan di antara keduanya agar dapat memberikan diagnosis dan perawatan yang tepat.

Melalui pemahaman yang jelas tentang perbedaan ini akan membantu dalam pengembangan rencana perawatan yang lebih efektif dan personal.

Gejala dari Mental Illness dan Mental Disorder

Gejala mental illness bisa sangat bervariasi tergantung pada jenis penyakitnya.

Misalnya, pada depresi, gejala dapat mencakup perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, perubahan nafsu makan, dan gangguan tidur.

Pada skizofrenia, gejala bisa berupa halusinasi, delusi, dan gangguan berpikir. Sedangkan gejala pada mental disorder juga bervariasi sesuai dengan jenis gangguan.

Misalnya, gangguan makan seperti anoreksia nervosa dapat menyebabkan penurunan berat badan yang ekstrem, citra tubuh yang terganggu, dan perilaku makan yang tidak normal.

Penanganan dari Mental Illness dan Mental Disorder

Penanganan mental illness biasanya melibatkan kombinasi terapi psikologis, obat-obatan, dan dukungan sosial.

Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dapat membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku yang bermasalah.

Obat-obatan seperti antidepresan atau antipsikotik mungkin diperlukan untuk mengelola gejala.

Sementara penanganan mental disorder juga mencakup terapi dan obat-obatan. Namun, pendekatannya bisa lebih spesifik tergantung pada jenis gangguan.

Misalnya, pada gangguan obsesif-kompulsif (OCD), Exposure and Response Prevention (ERP) adalah bentuk terapi yang efektif.

Dukungan dari keluarga dan komunitas juga memainkan peran penting dalam pemulihan.

Mengapa Penting Bagi Kita untuk Memahami Perbedaan Mental Illness dan Mental Disorder

Memahami perbedaan antara mental illness dan mental disorder sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Diagnosis yang akurat membantu tenaga kesehatan menentukan perawatan yang sesuai.

Misalnya, penyakit mental seperti depresi mungkin memerlukan terapi dan obat-obatan khusus, sementara gangguan mental seperti ADHD mungkin membutuhkan pendekatan berbeda, termasuk intervensi perilaku.

Dengan mengetahui perbedaan ini, keluarga dapat memastikan anggota yang mengalami kondisi tersebut mendapatkan perawatan terbaik.

Mengapa Penting Bagi Kita untuk Memahami Perbedaan Mental Illness dan Mental Disorder

Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi masalah kesehatan mental adalah stigma.

Dengan memahami perbedaan antara mental illness dan mental disorder, keluarga dapat lebih memahami kondisi yang dihadapi dan mengurangi stigma yang mungkin muncul.

Ini bisa menciptakan lingkungan yang positif serta memberikan dukungan emosional yang tepat bagi individu yang mengalami kondisi tersebut.

Misalnya, seseorang dengan gangguan kecemasan mungkin membutuhkan dukungan yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang mengalami gangguan bipolar.

Untuk itu, berikut beberapa tips untuk Bunda dan keluarga dalam mendukung anggota yang mengalami Mental Illness atau Mental Disorder.

1. Edukasi Diri Sendiri

Penting untuk mengetahui lebih banyak tentang mental illness atau mental disorder yang dihadapi.

Membaca buku, artikel, dan sumber daya online dapat memberikan pengetahuan yang lebih dalam.

Dengan mempelajari kondisi ini, keluarga bisa lebih siap memberikan dukungan yang tepat.

2. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung

Buatlah rumah menjadi tempat yang aman dan nyaman. Kurangi situasi yang dapat memicu stres atau kecemasan, seperti konflik yang tidak perlu atau lingkungan yang berisik.

Melalui lingkungan yang positif dan mendukung akan dapat membantu pemulihan kondisi mental seseorang.

3. Beri Dukungan Emosional

Cobalah mendengarkan keluh kesah tanpa menghakimi, ini akan bisa sangat membantu. Tunjukkan empati dan pengertian terhadap perasaan dan pengalaman mereka.

Dukungan emosional dari keluarga bisa meningkatkan kualitas hidup individu dengan masalah kesehatan mental.

4. Jaga Kesehatan Diri Sendiri

Mendukung anggota keluarga dengan kondisi mental bisa melelahkan.

Pastikan Bunda dan keluarga juga menjaga kesehatan fisik dan mental sendiri dengan cara berolahraga, makan sehat, dan cukup istirahat.

5. Terlibat dalam Perawatan

Jika memungkinkan, ikut serta dalam sesi terapi atau konseling. Ini dapat membantu Bunda dan keluarga lebih memahami kondisi yang dihadapi dan cara terbaik untuk memberikan dukungan.

Selain itu, melalui komunikasi yang baik dengan profesional kesehatan mental dapat memberikan wawasan dan strategi dalam mendukung anggota keluarga.

6. Cari Bantuan Profesional

Jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental, seperti psikolog atau psikiater.

Mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan.

WHO merekomendasikan intervensi awal dalam penanganan masalah kesehatan mental untuk mencegah kondisi memburuk.

Kesimpulannya, memahami perbedaan antara mental illness dan mental disorder sangat krusial untuk memastikan penanganan dan perawatan yang tepat.

Apalagi Bunda dan Ayah adalah orang tua, sudah sepantasnya kita menjaga si kecil dari kesehatan fisik maupun psikis, karena mental anak yang sehat bergantung pada parenting orang tua.

Mental illness maupun mental disorder memerlukan perhatian dan dukungan yang berbeda.

Pengenalan yang jelas tentang kedua hal ini dapat membantu dalam menentukan metode perawatan yang lebih efektif. 

Dengan pengetahuan ini, secara tidak langsung akan membuat kita dapat lebih baik mendukung orang yang mengalami masalah kesehatan mental, mengurangi stigma, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pemulihan.

Setelah mengetahui informasi di atas, diharapkan Bunda dan keluarga jadi lebih paham. Mau informasi seputar ibu dan bayi lainnya?

Yuk, kunjungi akun Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Semoga bermanfaat!