Setiap orang tua pasti sampai pada momen ketika si kecil mulai belajar melepas popok. Sekilas terlihat sederhana, tetapi kenyataannya toilet training sering jadi tantangan tersendiri. Ada anak yang cepat beradaptasi, namun ada juga yang butuh waktu lebih panjang hingga benar-benar terbiasa.

Toilet training bukan sekadar soal kebersihan, melainkan bagian penting menuju kemandirian anak. Agar proses berjalan lancar, Mams perlu tahu toilet training mulai usia berapa, bagaimana membangun rutinitas, serta strategi apa saja yang bisa membuat anak lebih nyaman. Artikel ini akan membahas tanda kesiapan anak, cara toilet training yang efektif, trik menyenangkan, hingga red flag yang perlu diwaspadai.

Mengenali Usia dan Tanda Anak Siap Toilet Training

Tidak ada usia baku kapan toilet training harus dimulai. Penelitian di Çukurova University menemukan, rata-rata anak mulai belajar sekitar 26,8 bulan atau mendekati 2 tahun 3 bulan. Sementara itu, American Academy of Pediatrics menyarankan latihan dimulai setelah usia 18 bulan dan biasanya tuntas pada 24–36 bulan. Maka, wajar bila banyak orang tua bertanya, “toilet training umur berapa sebaiknya dimulai?”

Jawabannya, tanda kesiapan lebih penting dibanding sekadar usia. Menurut Mayo Clinic dan Zero to Three, anak dianggap siap ketika dia sudah mampu berjalan ke toilet, duduk di potty, serta mulai bisa melepas dan memakai celana sendiri. Biasanya, anak juga dapat menahan pipis selama dua jam, memberi sinyal saat ingin buang air, atau bersembunyi ketika BAB. Antusiasme untuk mencoba potty dan kemampuan mengikuti instruksi sederhana juga merupakan indikator kuat kesiapan.

Memaksakan toilet training sebelum waktunya tidak disarankan. Studi prospektif menunjukkan, memulai lebih awal dari 27 bulan tidak mempercepat proses, malah membuatnya lebih lama. Karena itu, salah satu tips toilet training terpenting adalah menunggu tanda kesiapan muncul dan mendampingi anak dengan konsisten, tanpa paksaan.

Membuat Rutinitas Toilet Training Sehari-hari

Rutinitas menjadi kunci utama keberhasilan toilet training. Latihan perlu dilakukan konsisten setidaknya tiga bulan agar anak terbiasa dengan pola baru dan mampu mengenali dorongan buang air. Dengan jadwal teratur, anak belajar bahwa potty bukan aktivitas insidental, melainkan bagian dari keseharian.

Mams bisa memanfaatkan momen ketika anak tampak menahan pipis, berdiri jongkok, atau berhenti bermain sebagai kesempatan mengajaknya duduk di potty. Bahkan tanpa tanda, Nationwide Children’s Hospital menyarankan anak tetap dibiasakan duduk di potty setiap dua jam, terutama setelah bangun tidur atau setelah tidur siang. Kebiasaan ini termasuk cara toilet training yang sederhana tetapi efektif.

Agar lebih ramah untuk anak, gunakan pakaian longgar yang mudah dilepas. Menurut Healthline, metode berbasis waktu (time-based training) akan semakin efektif bila disertai dukungan positif. Pujian sederhana setiap kali anak berhasil adalah salah satu tips toilet training yang bisa meningkatkan rasa percaya diri anak sekaligus mengurangi rasa cemas.

Trik yang Membantu Anak Lebih Mudah Belajar

Salah satu metode yang sering dipilih adalah 3-Day Potty Training. Selama tiga hari penuh, anak dibiarkan tanpa popok dan diarahkan segera ke potty saat ada tanda ingin buang air. The Bump mencatat, sebagian besar anak mulai menunjukkan kemajuan di hari pertama, meski masih sering terjadi kecelakaan. Namun, metode ini hanyalah fondasi awal; anak tetap butuh konsistensi setelahnya.

Selain itu, reward chart atau sticker chart dapat menjadi motivasi visual yang efektif. Menurut Parents, stiker yang ditempel setelah setiap keberhasilan bisa ditukar hadiah kecil ketika mencapai target tertentu. Mams bisa menempel chart di tempat yang mudah dijangkau anak agar ia ikut terlibat langsung. Cara ini membuat belajar terasa menyenangkan sekaligus memperkuat tips toilet training yang berbasis motivasi positif.

Navila All Products

Di samping hadiah, pujian verbal juga penting. Dr. Mona Amin menyebutkan, kata-kata spesifik seperti, “Wah, hebat sudah duduk di potty sendiri!” membantu membangun motivasi intrinsik anak. American Academy of Pediatrics pun mengingatkan, jangan bolak-balik antara popok dan potty karena bisa membingungkan. Jadi, konsistensi dan dukungan penuh adalah cara toilet training yang terbukti berhasil.

Waspadai Red Flag Toilet Training

Jika anak menolak ekstrem saat diarahkan ke potty, hal ini bisa menandakan adanya konstipasi kronis. Dr. Steve Hodges menjelaskan, rektum yang membesar akibat tinja membuat anak kehilangan sinyal alami untuk buang air. Studi Motherly menunjukkan, 93% anak yang menolak toilet training ternyata mengalami konstipasi. Dalam kondisi ini, Mams sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Red flag lain adalah enuresis, yaitu ketidakmampuan menahan kencing pada anak di atas 4 tahun yang seharusnya sudah bisa mandiri. Kondisi ini bisa mengindikasikan adanya masalah pada kandung kemih, bukan sekadar keterlambatan perkembangan. Konsultasi medis diperlukan untuk memastikan penyebab dan memberikan penanganan yang tepat.

Selain itu, waspadai bila anak mengeluh nyeri saat pipis atau BAB. Rasa sakit dapat menandakan infeksi saluran kemih, konstipasi berat, atau gangguan otot panggul. Jika dibiarkan, anak bisa merasa trauma dan toilet training semakin sulit dilakukan.

A Word From Navila

Toilet training bukan sekadar melepas popok, melainkan perjalanan penting menuju kemandirian si kecil. Dengan mengenali tanda kesiapan, membangun rutinitas konsisten, serta menambahkan trik yang menyenangkan, Mams dapat membantu anak menghadapi fase ini dengan percaya diri.

Minyak Telon untuk Bayi Kulit Sensitif: Minyak Telon Terwangi Navila

Untuk membuat proses lebih nyaman, Mams bisa menambahkan sentuhan relaksasi setelah aktivitas harian. Pijatan hangat dengan Navila Telon Oil membantu tubuh anak tetap rileks, segar, dan terlindungi, sehingga ia lebih mudah beradaptasi dengan rutinitas baru tanpa rewel.

Dengan kesabaran, cinta, serta dukungan alami dari Navila Telon Oil, toilet training bisa menjadi pengalaman berharga menuju tumbuh kembang anak yang lebih mandiri.


References

  • Barutçu, A., Mete, B., Demirhindi, H., Barutçu, S., Kıdı, A., & Evliyaoğlu, N. (2024). Toilet Training Readiness Scale for 0–5-Year-Old Children: A New Measurement Tool Based on a Child-Centred Approach. Children, 11(9), 1149.
  • Choby, B. A., & George, S. (2008). Toilet training. American Family Physician, 78(9), 1059-1064.
  • Mayo Clinic. Potty training: How to get the job done. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/potty-training/art-20045230
  • Zero to Three. Potty Training: Learning to the Use the Toilet. Retrieved from https://www.zerotothree.org/resource/potty-training-learning-to-the-use-the-toilet/
  • Blum, N. J., Taubman, B., & Nemeth, N. (2003). Relationship between age at initiation of toilet training and duration of training: a prospective study. Pediatrics, 111(4), 810-814.
  • Nationwide Children’s. Toilet Training. Retrieved from https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/health-wellness-and-safety-resources/helping-hands/toilet-training
  • Healthline. What’s the Best Potty Training Schedule? Retrieved from https://www.healthline.com/health/parenting/potty-training-schedule
  • The Bump. I Tried 3-Day Potty Training—Here’s the Messy Truth. Retrieved from https://www.thebump.com/a/i-tried-3-day-potty-training
  • Parents. 3 Free Printable Potty Training Charts That Actually Work. Retrieved from https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/potty-training/basics/everything-you-need-to-know-about-potty-training-charts/
  • Motherly. What it means when your toddler refuses to potty train, according to a pediatric urologist. Retrieved from https://www.mother.ly/child/child-milestones/toddler-refuses-to-potty-train/
  • Chilren’s Health. What to do if your potty-trained child keeps having accidents. Retrieved from https://www.childrens.com/health-wellness/what-to-do-if-your-potty-trained-child-keeps-having-accidents