Menjelang waktu kelahiran, posisi bayi dalam kandungan menjadi faktor krusial yang memengaruhi proses persalinan. Idealnya, kepala bayi berada di bawah untuk mempermudah jalan lahir. Namun, dalam sebagian kehamilan, posisi ini justru tidak terjadi. Bayi bisa berada dalam posisi sungsang, yaitu saat bokong atau kaki mengarah ke jalan lahir. Kondisi ini menambah kompleksitas proses melahirkan dan membutuhkan perhatian medis lebih cermat agar keselamatan Ibu dan bayi tetap terjaga.

Meskipun posisi sungsang sering menimbulkan kekhawatiran, Mams tidak perlu panik. Dengan deteksi dini dan pendekatan yang tepat, banyak Ibu tetap bisa menjalani persalinan dengan aman. Di artikel ini, Mams akan diajak memahami apa itu persalinan sungsang, jenis-jenis posisinya, pilihan penanganan medis yang tersedia, serta risiko yang perlu diperhitungkan sebelum menentukan metode persalinan. Pemahaman yang baik akan membantu Mams menyusun rencana kelahiran yang matang bersama dokter.

Apa Itu Persalinan Sungsang dan Mengapa Bisa Terjadi?

Persalinan sungsang mengacu pada kondisi ketika bayi berada dalam posisi tidak ideal menjelang kelahiran, yakni dengan bokong atau kaki menghadap ke jalan lahir alih-alih kepala. Dalam istilah medis, ini disebut breech presentation. Kondisi ini dapat memengaruhi strategi persalinan dan sering kali memerlukan pertimbangan medis tambahan agar proses kelahiran berlangsung aman.

Ada beberapa jenis posisi sungsang yang umum terjadi. Frank breech adalah yang paling sering dijumpai, di mana bokong berada di bawah dan kaki lurus ke atas. Pada complete breech, bayi tampak seperti duduk dengan lutut menekuk. Sedangkan footling breech ditandai dengan satu atau dua kaki berada di bawah, berisiko keluar lebih dulu saat persalinan. Semua posisi ini bisa dikenali melalui pemeriksaan USG dan akan menjadi pertimbangan penting dalam menentukan metode kelahiran.

Lalu, mengapa posisi sungsang bisa terjadi? Beberapa penyebabnya meliputi bentuk rahim yang tidak simetris, posisi plasenta yang menutupi jalan lahir (plasenta previa), jumlah air ketuban yang tidak normal, atau kehamilan kembar yang membatasi ruang gerak janin. Bayi yang lahir prematur juga lebih sering berada dalam posisi ini karena belum sempat berputar ke arah kepala bawah. Berdasarkan data WHO, RCOG dan ACOG, sekitar 3–4% kehamilan cukup bulan mengalami posisi sungsang. Inilah alasan pentingnya pemeriksaan USG pada trimester akhir untuk memantau posisi janin secara akurat.

Teknik Penanganan Persalinan Sungsang yang Diakui Medis

Menghadapi persalinan sungsang membutuhkan penanganan yang tepat agar proses kelahiran tetap aman bagi Ibu dan bayi. Berikut ini beberapa teknik yang diakui secara medis dan dapat menjadi pilihan sesuai kondisi kehamilan Mams.

1. Versi Eksternal Cephalic (ECV)

Salah satu prosedur medis yang bisa membantu mengubah posisi janin adalah ECV (External Cephalic Version). Teknik ini dilakukan dengan menekan perut Mams secara hati-hati dari luar oleh dokter terlatih, dengan tujuan memutar posisi janin agar kepala mengarah ke bawah. Umumnya dilakukan pada usia kehamilan 36–37 minggu saat janin cukup besar namun belum terlalu turun ke panggul. Dengan keberhasilan sekitar 58–65%, ECV dapat meningkatkan kemungkinan persalinan normal.

Namun, ECV juga memiliki risiko, seperti ketuban pecah dini atau perubahan denyut jantung bayi. Maka dari itu, prosedur ini hanya boleh dilakukan di fasilitas medis dengan kesiapan penanganan darurat. Beberapa kondisi seperti plasenta previa atau air ketuban yang terlalu sedikit menjadi kontraindikasi untuk tindakan ini. Oleh karena itu, penting bagi Mams berkonsultasi terlebih dahulu untuk mengevaluasi kelayakan prosedur sesuai kondisi kehamilan masing-masing.

2. Persalinan Normal Pervaginam pada Posisi Sungsang

Dalam situasi tertentu, persalinan normal tetap dapat dilakukan meskipun bayi sungsang. Namun, syaratnya cukup ketat. Jenis sungsang yang memungkinkan adalah frank breech, dengan janin cukup bulan dan berat ideal. Kepala bayi juga harus dalam posisi menunduk agar dapat melewati jalan lahir dengan aman. Selain itu, panggul Ibu harus dinyatakan cukup luas oleh dokter untuk mendukung kelahiran secara pervaginam.

Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada kesiapan rumah sakit dan pengalaman tenaga medis. Risiko seperti terjepitnya kepala bayi atau turunnya tali pusat tetap harus diwaspadai. Karena itu, WHO dan ACOG menekankan bahwa pilihan ini hanya boleh diambil jika semua kriteria terpenuhi dan ada pemantauan ketat selama proses persalinan. Diskusi terbuka dengan dokter sangat diperlukan untuk menentukan apakah metode ini aman bagi Mams dan bayi.

3. Operasi Caesar (SC) untuk Posisi Sungsang

Dalam banyak kasus, operasi caesar menjadi pilihan yang paling aman, terutama jika janin berada dalam posisi complete breech atau footling breech. Risiko komplikasi, seperti tali pusat yang keluar lebih dulu, lebih tinggi pada jenis posisi ini. Caesar juga disarankan jika janin berukuran terlalu besar atau terlalu kecil, bayi prematur, atau Mams memiliki kondisi medis tertentu seperti tekanan darah tinggi atau kelainan letak plasenta.

Penelitian Term Breech Trial menunjukkan bahwa bayi yang lahir dengan prosedur caesar terencana memiliki angka keselamatan lebih tinggi dibandingkan dengan kelahiran pervaginam dalam posisi sungsang. Meski begitu, operasi ini tetap memiliki efek samping, seperti waktu pemulihan lebih lama dan potensi infeksi. Oleh karena itu, tindakan caesar harus didasarkan pada pertimbangan medis yang matang serta kesiapan mental dan fisik dari Ibu.

Apa Risiko Persalinan Sungsang bagi Ibu dan Bayi?

Posisi sungsang membawa risiko yang tidak bisa diabaikan, terutama jika proses kelahiran tidak ditangani dengan tepat. Salah satu risiko terbesar bagi bayi adalah kekurangan oksigen (asfiksia), terutama karena kepala bayi, yang merupakan bagian terbesar, keluar paling akhir dan bisa terjebak di jalan lahir. Gangguan pernapasan serta cedera pada leher, kepala, atau tulang belakang juga menjadi kemungkinan yang harus diperhitungkan, khususnya jika persalinan berlangsung tergesa-gesa.

Dari sisi Ibu, proses melahirkan bayi sungsang, apalagi tanpa perencanaan, bisa menimbulkan komplikasi seperti perdarahan pascapersalinan atau trauma psikologis. Operasi caesar yang dilakukan secara mendadak pun cenderung memiliki risiko lebih tinggi dibanding yang terencana, termasuk masa pemulihan yang lebih lama. Situasi ini bisa memengaruhi awal masa menyusui dan ikatan emosional Ibu dengan bayi.

Namun, risiko-risiko ini bukan berarti tak bisa dikendalikan. Pemeriksaan rutin terutama menjelang akhir kehamilan sangat penting agar dokter bisa menyusun strategi persalinan yang sesuai. Mulai dari tindakan ECV hingga caesar terencana, semua opsi dapat dipertimbangkan berdasarkan kondisi individual Mams dan bayi. Yang terpenting adalah keterbukaan komunikasi dengan dokter serta kesiapan menyusun birth plan sejak dini.

Kapan Ibu Harus Waspada dan Apa yang Bisa Dilakukan Sejak Dini?

Saat memasuki trimester ketiga, periksa posisi janin secara rutin melalui USG menjadi langkah penting. Idealnya, kepala bayi sudah berada di bawah menjelang usia kehamilan 36 minggu. Jika bayi masih berada dalam posisi sungsang, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur ECV untuk membantu membalikkan posisinya. Tingkat keberhasilan cukup tinggi jika dilakukan pada waktu yang tepat dan di fasilitas medis yang memadai.

Selain prosedur medis, Mams juga bisa melakukan beberapa upaya alami yang diyakini dapat membantu bayi berputar ke posisi kepala bawah. Misalnya, dengan melakukan posisi lutut ke dada (knee-chest position), berenang secara rutin, atau tidur miring ke kiri. Teknik dari metode Spinning Babies juga banyak digunakan dalam program prenatal. Meskipun demikian, semua aktivitas ini sebaiknya dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter atau instruktur senam hamil profesional.

Jika hingga mendekati waktu persalinan bayi tetap dalam posisi sungsang, penting bagi Mams untuk menyusun rencana kelahiran bersama dokter. Dengan pendekatan yang tepat, baik persalinan normal maupun caesar bisa menjadi pilihan yang aman. Kuncinya adalah keterlibatan aktif Mams dalam setiap proses pengambilan keputusan bersama tenaga medis.

A Word From Navila

Mams, menghadapi kemungkinan persalinan sungsang memang menantang, tapi bukan berarti harus menakutkan. Dengan pemeriksaan rutin, pemahaman yang baik, dan komunikasi terbuka dengan dokter, Mams tetap bisa menjalani persalinan yang aman dan penuh makna.

Baik melalui ECV, kelahiran normal yang dipantau ketat, maupun caesar terencana, setiap pilihan punya nilai masing-masing selama sesuai dengan kondisi Mams dan si kecil. Jangan lupa, sikap tenang dan informasi yang lengkap akan membantu Mams membuat keputusan terbaik.

Mams juga bisa mulai mempraktikkan posisi tidur tertentu sejak trimester ketiga untuk membantu janin berada dalam posisi optimal. Yuk, pelajari posisi tidur yang bisa membantu janin kembali ke posisi ideal di: Agar Janin Tidak Sungsang, Ini Posisi Tidur yang Disarankan Ahli.


References

  • Alves, Á. L. L., Nozaki, A. M., Polido, C. B. A., Silva, L. B. D., & Knobel, R. (2024). Breech birth care: Number 1–2024. Revista Brasileira de Ginecologia e Obstetrícia, 46, e-rbgofps1. https://www.scielo.br/j/rbgo/a/SQ6WtW9qkgjkwNSWNPQqC5w/?lang=en
  • Evidence Based Birth. The Evidence on: Breech Version. Retrieved from https://evidencebasedbirth.com/what-is-the-evidence-for-using-an-external-cephalic-version-to-turn-a-breech-baby/
  • RCOG. Management of Breech Presentation (Green-top Guideline No. 20b). Retrieved from https://www.rcog.org.uk/guidance/browse-all-guidance/green-top-guidelines/management-of-breech-presentation-green-top-guideline-no-20b/
  • Parents. What Does It Mean to Have a Frank Breech Baby? Retrieved from https://www.parents.com/frank-breech-position-8630996
  • Cleveland Clinic. Breech Baby. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21848-breech-baby