Nyeri perut saat hamil sering dianggap sebagai bagian dari proses kehamilan yang normal, apalagi menjelang trimester akhir. Namun, tidak semua rasa nyeri atau flek ringan bisa dianggap wajar. Dalam beberapa kasus, kondisi ini justru menandakan masalah serius seperti abruptio plasenta, kondisi ketika ari-ari (plasenta) terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya. Meski tergolong langka, abruptio plasenta bisa membahayakan keselamatan ibu dan janin jika tidak segera dikenali dan ditangani.
Lalu, bagaimana membedakan antara kontraksi biasa dengan tanda-tanda abruptio? Apakah rasa tegang di perut atau flek ringan bisa menjadi gejala awalnya? Banyak ibu hamil tidak menyadari tanda-tanda awal yang samar ini hingga kondisinya memburuk. Artikel ini akan membantu Mams mengenali gejala tersembunyi, memahami penyebab abruptio plasenta, dan mengetahui kapan harus segera ke IGD untuk menghindari risiko yang lebih besar.
Apa Itu Abruptio Plasenta dan Mengapa Bisa Terjadi?
Abruptio plasenta adalah kondisi medis serius di mana sebagian atau seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum proses persalinan dimulai. Padahal, plasenta sangat penting sebagai penyalur oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Ketika terjadi pelepasan dini, aliran tersebut bisa terganggu atau bahkan terhenti, menyebabkan janin kekurangan oksigen dan Mams mengalami perdarahan hebat.

Berbeda dengan plasenta previa yang berkaitan dengan posisi plasenta yang terlalu rendah, abruptio plasenta melibatkan pelepasan yang membuat risiko keselamatan meningkat drastis. Gejalanya bisa muncul mendadak, mulai dari nyeri perut hebat hingga tanpa perdarahan sama sekali, membuat banyak kasus luput dikenali pada tahap awal.
Penyebabnya bisa beragam, hipertensi dan preeklampsia adalah pemicu paling umum. Selain itu, cedera fisik seperti benturan di perut, kecelakaan, atau jatuh saat hamil juga dapat memicu kondisi ini. Faktor lain termasuk riwayat kehamilan risiko tinggi, kelainan pembuluh darah, konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang (seperti kokain), hingga pemakaian aspirin tanpa pengawasan dokter. Menjaga kesehatan dan rutin kontrol kehamilan menjadi langkah penting untuk mencegah abruptio plasenta.
Gejala Abruptio Plasenta
Banyak orang mengira bahwa abruptio plasenta selalu disertai perdarahan hebat. Kenyataannya, tidak selalu demikian. Dalam beberapa kasus, terutama concealed abruption, darah bisa terperangkap di balik plasenta dan tidak terlihat dari luar. Hal ini justru lebih berbahaya karena gejalanya bisa samar dan sering disalahartikan sebagai kontraksi biasa.
Beberapa tanda yang harus diwaspadai meliputi:
- Nyeri perut tiba-tiba yang tidak membaik dengan istirahat
- Rahim terasa kencang dan tidak relaks di antara kontraksi
- Kontraksi lebih sering dan kuat dibanding biasanya
- Gerakan janin melemah atau tidak terasa
- Mams merasa pusing, lemas, atau sesak napas meski tanpa perdarahan
- Ada firasat kuat atau perasaan tidak nyaman yang tidak bisa dijelaskan
Jika Mams mengalami satu atau lebih gejala di atas, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke IGD. Berdasarkan fakta medis terkini dari Mayo Clinic, NCBI dan lembaga ternama lainnya, abruptio plasenta bisa muncul tiba-tiba dan sangat berbahaya jika terlambat ditangani. Penanganan cepat sangat penting untuk mencegah risiko lebih besar baik bagi Mams maupun janin.
Tingkatan Abruptio Plasenta dan Dampaknya
Tingkatan abruptio plasenta menentukan seberapa besar risiko yang bisa terjadi pada Mams dan janin. Semakin luas pelepasan plasenta, semakin serius pula dampaknya dan penanganannya pun harus lebih cepat.
Grade 1 (Abrupsi Ringan yang Sering Tak Terlihat)
Pada tingkat ini, hanya sebagian kecil plasenta yang terlepas. Gejalanya sangat ringan, kadang hanya berupa flek atau rasa tidak nyaman di perut. Banyak kasus yang baru terdeteksi setelah proses persalinan. Meskipun tampak ringan, Mams tetap perlu waspada dan memperhatikan perubahan sekecil apa pun dalam tubuh.
Grade 2 (Janin Mulai Terdampak)
Pada grade sedang, pelepasan plasenta cukup luas hingga memengaruhi janin. Perdarahan mulai muncul, disertai kontraksi yang kuat dan nyeri menetap. Janin bisa menunjukkan tanda stres seperti detak jantung melambat. Pemantauan ketat sangat dibutuhkan. Jika kondisi tidak membaik, persalinan harus segera dilakukan demi keselamatan janin.
Grade 3 (Abrupsi Berat yang Mengancam Nyawa)
Ini adalah kondisi paling berbahaya. Sebagian besar plasenta telah terlepas, menyebabkan perdarahan hebat atau tersembunyi. Janin sering kali kehilangan suplai oksigen sepenuhnya. Mams pun bisa mengalami komplikasi berat seperti Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), yaitu gangguan pembekuan darah yang membuat pendarahan terus terjadi. Penanganan darurat termasuk transfusi darah, operasi, bahkan pengangkatan rahim bisa diperlukan.
Kapan Harus ke IGD?
Nyeri perut saat hamil tidak selalu berbahaya, namun bisa menjadi tanda awal dari sesuatu yang serius seperti abruptio plasenta. Penting bagi Mams untuk mengenali sinyal bahaya sejak dini. Perut yang terasa kencang terus menerus, gerakan janin yang berkurang drastis, atau munculnya flek sekecil apa pun bisa menjadi alasan kuat untuk segera ke IGD.
Ingat, tidak semua kasus abruptio disertai perdarahan yang terlihat. Dalam beberapa kasus, perdarahan bisa terjadi di dalam rahim tanpa gejala mencolok. Oleh karena itu, jika Mams merasa ada yang tidak wajar, meski hanya firasat, lebih baik periksa ke rumah sakit. Penanganan lebih awal dapat mencegah terjadinya komplikasi besar dan menyelamatkan dua nyawa sekaligus.
A Word From Navila
Tidak semua nyeri perut saat hamil berarti kondisi berbahaya, namun mengenali tanda-tanda serius seperti abruptio plasenta adalah bentuk kewaspadaan yang sangat penting. Jangan ragu untuk memeriksakan diri saat gejala mencurigakan muncul. Keselamatan Mams dan calon buah hati selalu jadi prioritas utama.
Kini Mams sudah mengetahui risiko jika ari-ari lepas sebelum waktunya. Tapi bagaimana jika sebaliknya, ari-ari tak kunjung keluar setelah bayi lahir? Yuk, lanjutkan membaca artikel berikutnya: Penyebab Ari-Ari Tidak Keluar Setelah Persalinan, Kenali Retensio Plasenta.
References
- Schmidt, P., Skelly, C. L., & Raines, D. A. (2022). Placental abruption. In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482335/
- Mayo Clinic. Pregnancy week by week. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/pregnancy/art-20046098
- Biju, N., & Backer, C. (2025). Hidden Preeclampsia Leading to Placental Abruption and Disseminated Intravascular Coagulation. Cureus, 17(5), e83469.
- By Jus. Difference Between Placenta Previa and Placenta Abruptio. Retrieved from https://byjus.com/neet/difference-between-placenta-previa-and-placenta-abruptio/
- Cleveland Clinic. Placental Abruption. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9435-placental-abruption
- Tommy’s. Placental abruption. Retrieved from https://www.tommys.org/pregnancy-information/pregnancy-complications/placenta-complications/placental-abruption
- Emdocs. EM@3AM: Placental Abruption. Retrieved from https://www.emdocs.net/em3am-placental-abruption/
- Better Health. Placental abruption. Retrieved from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/placental-abruption
1 comment