Anemia pada ibu hamil terjadi akibat kurangnya sel darah merah sehat atau rendahnya kadar hemoglobin, yaitu protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen. Data WHO mencatat bahwa sekitar 40% ibu hamil di dunia mengalami anemia, dengan penyebab utama adalah anemia defisiensi besi.

Kondisi ini tidak hanya membuat ibu merasa lemah dan mudah lelah, tetapi juga berpotensi memengaruhi kesehatan janin. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan darah dan mengatasi anemia sebagai langkah penting menuju kehamilan yang sehat.

Simak penjelasan lengkap tentang anemia pada ibu hamil, mulai dari pengertian, penyebab, gejala, hingga cara pencegahannya!

Apa Itu Anemia pada Ibu Hamil?

Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah dalam tubuh berada di bawah normal, biasanya diukur melalui kadar hemoglobin (Hb) dengan nilai normal sekitar 12 gram. Kondisi ini merupakan masalah kesehatan global yang memengaruhi berbagai kelompok, termasuk ibu hamil yang sangat rentan terhadap anemia.

Menurut data, sekitar 38% dari 32 juta ibu hamil di dunia mengalami anemia. Hal ini menunjukkan kaitannya dengan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Anemia selama kehamilan tidak hanya menjadi masalah kesehatan pribadi tetapi juga berdampak besar pada kualitas sumber daya manusia.

Anemia pada ibu hamil dapat membahayakan ibu dan bayi. Dampak yang mungkin terjadi meliputi:

  • Bayi lahir dengan berat badan rendah.
  • Kelahiran prematur.
  • Risiko keguguran.
  • Perdarahan pasca persalinan.
  • Proses persalinan yang lama, bahkan risiko syok hingga kematian bagi ibu dan bayi.

Apa saja Penyebab & Gejala Anemia pada Ibu Hamil?

Selama kehamilan, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat karena volume darah naik sekitar 50% untuk mendukung perkembangan janin. Zat besi diperlukan untuk memproduksi hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengurangi produksi hemoglobin, menyebabkan anemia.

Menurut WHO, sekitar 40% ibu hamil di dunia mengalami anemia, umumnya akibat kekurangan zat besi. Selain itu, beberapa penyebab juga dapat memicu anemia pada ibu hamil, seperti:

  1. Pola makan kurang gizi. Asupan yang rendah zat besi, asam folat, dan vitamin B12 meningkatkan risiko anemia.
  2. Kehilangan darah. Pendarahan selama kehamilan atau persalinan dapat mengurangi jumlah sel darah merah.
  3. Kondisi medis tertentu. Penyakit seperti celiac, infeksi, atau penyakit kronis lainnya dapat menghambat penyerapan zat besi dan nutrisi penting lainnya.

Gejala anemia pada ibu hamil meliputi:

  1. Kelelahan: Tubuh terasa lemah karena kekurangan oksigen.
  2. Pusing: Kepala ringan atau pusing, terutama saat berdiri tiba-tiba.
  3. Pucat: Kulit tampak lebih pucat dari biasanya akibat rendahnya hemoglobin.
  4. Sesak napas: Kesulitan bernapas, terutama setelah aktivitas ringan.

Gejala anemia sering mirip dengan gejala kehamilan normal seperti kelelahan dan pusing. Namun, jika gejala terjadi terus-menerus atau lebih parah, seperti rasa sangat lelah meski sudah cukup istirahat atau sering merasa pusing hingga hampir pingsan, hal ini bisa menjadi tanda anemia.

Risiko Anemia pada Ibu Hamil bagi Ibu dan Janin

Anemia selama kehamilan dapat berdampak serius pada kesehatan Bunda dan janin. Berikut beberapa risiko anemia pada bumil: 

1. Persalinan Prematur

Anemia menyebabkan kadar oksigen dalam tubuh ibu hamil menurun, sehingga meningkatkan risiko persalinan prematur (sebelum 37 minggu). Penelitian menunjukkan ibu dengan anemia berat lebih rentan mengalami kelahiran dini, yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan bayi.

2. Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh Bumil

Ibu hamil dengan anemia, terutama akibat kekurangan zat besi, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Kondisi ini membuat ibu lebih mudah terkena infeksi selama kehamilan hingga masa pascapersalinan. Studi mencatat bahwa risiko infeksi pada bumil anemia lebih tinggi dibandingkan yang memiliki kadar hemoglobin normal.

3. Berdampak ke Janin

Anemia memengaruhi suplai oksigen ke janin, mengakibatkan gangguan pertumbuhan, seperti berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram memiliki risiko tinggi mengalami masalah kesehatan di masa depan, termasuk stunting dan keterlambatan perkembangan organ serta otak. Kekurangan oksigen dan nutrisi pada janin juga dapat menghambat perkembangan sistem saraf pusat, yang berdampak pada kemampuan belajar di kemudian hari.

4. Kematian New Mom dan Bayi Newborn

Dampak paling fatal dari anemia adalah kematian ibu dan bayi baru lahir. Pada ibu, anemia berat dapat menyebabkan komplikasi seperti gagal jantung, syok persalinan, atau perdarahan hebat setelah melahirkan. Bayi dari ibu anemia memiliki risiko lebih besar mengalami kematian neonatal, terutama jika lahir prematur atau dengan BBLR.

Data WHO menunjukkan bahwa anemia pada ibu hamil berkontribusi signifikan terhadap angka kematian ibu dan bayi di seluruh dunia, dengan prevalensi lebih tinggi di wilayah Afrika dan Asia Selatan.

Pencegahan dan Pengobatan Anemia pada Ibu Hamil

Anemia pada ibu hamil dapat dicegah dengan menjaga asupan nutrisi kaya zat besi. Zat besi berperan penting dalam produksi hemoglobin, yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Selama kehamilan, kebutuhan zat besi meningkat hingga 27 mg per hari karena volume darah ibu bertambah untuk mendukung perkembangan janin. Sumber zat besi yang disarankan:

  1. Zat Besi Heme (lebih mudah diserap): Daging merah.
  2. Zat Besi Non-Heme: Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, dan brokoli serta kacang-kacangan dan biji-bijian seperti lentil, kacang merah, dan quinoa.

Selain itu, suplemen sering direkomendasikan untuk ibu hamil, terutama yang berisiko tinggi anemia. Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat besi dapat menurunkan risiko anemia dan meningkatkan berat lahir bayi. Namun, suplemen harus diminum sesuai arahan dokter untuk menghindari efek samping seperti sembelit atau mual.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi, terutama zat besi non-heme dari sumber nabati:

  1. Konsumsi makanan kaya vitamin C bersama makanan yang mengandung zat besi. Misalnya, mengonsumsi buah jeruk, stroberi, atau paprika bersama dengan sayuran hijau atau kacang-kacangan.
  2. Hindari minuman yang menghambat penyerapan zat besi saat makan. Minuman seperti teh dan kopi mengandung polifenol yang dapat mengurangi penyerapan zat besi. Sebaiknya hindari konsumsi minuman ini bersamaan dengan makanan utama yang kaya zat besi.
  3. Memasak dengan peralatan besi. Menggunakan panci atau wajan besi dapat meningkatkan kandungan zat besi dalam makanan, terutama saat memasak makanan yang bersifat asam, seperti tomat.

Kesehatan ibu hamil tidak hanya ditentukan oleh nutrisi, tetapi juga oleh dukungan dari pasangan dan keluarga. Suami dan anggota keluarga dapat membantu menjaga kesehatan ibu hamil dengan menyediakan kebutuhan nutrisi, memberikan perhatian, serta membantu persiapan kebutuhan bayi. Dukungan emosional yang positif membantu ibu merasa lebih tenang, menjaga kesehatan dirinya dan janin.

A Word From Navila: Kapan Bunda Harus Berkonsultasi dengan Dokter?

Pemeriksaan darah rutin selama kehamilan sangat penting untuk mendeteksi anemia sejak dini. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), pemeriksaan hemoglobin atau hematokrit dianjurkan dilakukan pada kunjungan prenatal pertama dan trimester ketiga. Data WHO menunjukkan bahwa anemia pada ibu hamil dapat berdampak serius, seperti risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, hingga komplikasi kesehatan lainnya.

Anemia, yang umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, juga dapat meningkatkan risiko infeksi, persalinan prematur, dan bahkan kematian ibu atau bayi baru lahir. Dampaknya pada janin meliputi keterlambatan perkembangan dan risiko kematian neonatal. Oleh karena itu, pencegahan melalui asupan nutrisi seimbang dan pemeriksaan rutin menjadi langkah penting untuk memastikan kehamilan yang sehat.

Dengan penanganan yang tepat, risiko komplikasi akibat anemia dapat diminimalisir, mendukung kesehatan optimal bagi ibu dan bayi. Jangan lupa kunjungi media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare untuk informasi menarik seputar moms and baby. Sehat selalu, Bunda hebat!