Stunting adalah masalah terbesar pada anak di dunia kesehatan. Stunting menyebabkan anak menjadi kekurangan gizi, lemah, memiliki IQ rendah hingga menyebabkan kematian.

Dengan diadakan program pencegahan stunting oleh WHO, diharapkan permasalahan ini terselesaikan sehingga menciptakan generasi sehat, kuat dan pintar.

Nah, untuk melakukan pencegahan stunting, beberapa hal perlu diterapkan Bunda. Berikut informasi seputar stunting dari pengertian hingga cara cegah stunting pada anak.

Table of Contents

Apa Itu Stunting?

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak disebabkan karena gizi buruk, infeksi berulang serta stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi langsung kondisi gizi anak yang mengalami stunting yaitu kesehatan ibu, kondisi saat kelahiran anak, serta nutrisi yang diterima anak melalui ASI dan makanan pendamping.

Faktor-faktor seperti status ekonomi dan sosial keluarga, akses terhadap pelayanan kesehatan, sanitasi, pasokan air bersih, tingkat pendidikan ibu, dan elemen lain juga bisa mempengaruhi terjadinya stunting.

Stunting perlu diwaspadai karena berpotensi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak anak, seperti IQ rendah dan kekebalan tubuh yang lemah.

Secara jangka panjang, kondisi ini meningkatkan risiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes dan kanker.

Menurut WHO, ketika persentase kasus stunting suatu negara melebihi 20%, itu dianggap sebagai masalah stunting serius.

Di Indonesia, pada tahun 2021, data Kemenkes menunjukkan bahwa kasus stunting pada balita mencapai 24,4%, menandakan bahwa ini adalah masalah yang perlu ditangani.

Sebagai orang tua, kita dapat mengidentifikasi anak yang mengalami stunting dari tinggi badannya yang lebih pendek dibandingkan dengan teman-temannya sebaya.

Kurangnya asupan gizi yang berkelanjutan juga membuat berat badan anak sulit untuk naik, bahkan bisa terus menurun.

Anak yang mengalami stunting cenderung mudah lelah dan kurang aktif dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.

Apa saja Penyebab-penyebab Stunting?

Penyebab utama Stunting adalah kekurangan gizi, namun beberapa penyebab lainnya perlu diperhatikan agar terhindar dari stunting, di antaranya:

1. Kurangnya Asupan Gizi pada Ibu Selama Hamil

Menurut WHO, sekitar 20% kasus stunting terjadi pada masa kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang dikonsumsi ibu sehingga janin tidak mendapatkan nutrisi yang cukup.

Akibatnya, pertumbuhan janin terhambat, baik selama dalam kandungan maupun setelah kelahiran. Oleh karena itu, penting untuk memastikan ibu hamil mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi.

2. Kebutuhan Nutrisi Anak Tidak Tercukupi

Situasi ini dapat terjadi setelah kelahiran, terutama pada anak di bawah usia dua tahun yang tidak memperoleh asupan gizi yang mencukupi.

Untuk itu penting sekali buat Bunda memberikan gizi optimal di masa pertumbuhan emas si kecil. Nutrisi yang dibutuhkan termasuk ASI dan makanan pendamping ASI (MPASI).

Selain itu, kurangnya asupan makanan yang mengandung protein, zinc, dan zat besi juga dapat menyebabkan stunting pada anak balita.

3. Kurangnya Pengetahuan Ibu Terhadap Pentingnya Pemenuhan Gizi sebelum Hamil, saat Hamil, dan Setelah Melahirkan

Pengetahuan yang kurang atau tidak memadai tentang pentingnya nutrisi sebelum hamil, selama kehamilan, dan pasca melahirkan dapat menjadi faktor penyebab stunting.

Misalnya, jika seorang ibu tidak menyadari betapa pentingnya asupan gizi yang cukup selama kehamilan, dia mungkin tidak akan mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi yang dibutuhkan oleh janin untuk tumbuh dengan baik.

Kurangnya pemahaman tentang pentingnya nutrisi ini juga dapat mengakibatkan kebiasaan makan yang tidak sehat atau kurangnya perhatian terhadap pemenuhan gizi anak setelah lahir.

4. Kurangnya Persediaan Air Bersih dan Sanitasi

Keterbatasan akses terhadap air bersih dan sanitasi juga dapat menyebabkan stunting pada anak-anak.

Air bersih yang tidak tersedia atau sanitasi yang buruk dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan atau penyakit menular lainnya.

Penyakit-penyakit ini dapat mengganggu penyerapan nutrisi tubuh, mengarah pada pertumbuhan yang terhambat dan stunting pada anak-anak.

5. Berat Badan Ibu Tidak Naik selama Hamil atau Kenaikan Berat Badan Ibu Kurang dari Nilai Ideal

Kurangnya peningkatan berat badan ibu selama kehamilan atau berat badan ibu yang kurang dari yang dianggap ideal dapat menjadi indikator kurangnya asupan nutrisi yang cukup selama kehamilan.

Asupan nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan dapat menghambat pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko stunting pada anak.

6. Terbatasnya Akses Pelayanan Kesehatan

Akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan antenatal dan pasca-natal, dapat menghambat kemampuan ibu untuk memperoleh informasi tentang gizi yang tepat selama kehamilan dan setelah melahirkan.

Kurangnya akses ini juga dapat menghambat kemampuan ibu untuk mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.

7. Anak Menderita Penyakit yang Menghalangi Penyerapan Nutrisi

Anak yang menderita penyakit kronis atau penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi seperti penyakit Celiac, penyakit Crohn, atau parasit usus, dapat mengalami stunting karena tubuh mereka tidak dapat menyerap nutrisi yang cukup dari makanan yang dikonsumsi.

Penyakit-penyakit ini mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi, yang pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan normal anak.

Ciri-ciri Anak Mengalami Stunting

Bertubuh pendek tidak pasti mengalami stunting, dalam mendiagnosa stunting perlu beberapa tahapan ke ahli sebelum keputusan diagnosa.

Ciri-ciri stunting wajib Bunda ketahui sebelum melakukan tindakan cegah stunting pada anak. Untuk mengetahuinya, mari kita lihat apa saja ciri-ciri stunting pada anak.

1. Pertumbuhannya Lambat

Ciri yang sering terlihat pada anak stunting adalah perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan dianggap lambat jika tinggi badan tidak sesuai dengan usia anak.

Ini bisa disebabkan oleh keterlambatan pertumbuhan tulang.

Untuk memastikan apakah pertumbuhan fisik sesuai dengan kurva pertumbuhan yang normal, anak perlu menjalani pemeriksaan secara berkala oleh dokter, bidan, atau di fasilitas kesehatan.

Pemeriksaan ini biasanya mencakup pengukuran berat badan dan lingkar kepala anak.

2. Proporsi Tubuh Lebih Kecil daripada Anak Seusianya

Anak-anak yang mengalami stunting seringkali memiliki tubuh yang proporsional, tetapi terlihat lebih kecil atau lebih muda dari seharusnya.

Perbandingan antara tinggi badan, berat badan, dan perkembangan dengan anak-anak sebaya mereka mengindikasikan keterlambatan pertumbuhan, meskipun mereka mungkin terlihat sehat secara umum.

3. Berat Badan Turun

Anak yang mengalami stunting seringkali memiliki berat badan di bawah rata-rata atau bahkan sangat rendah.

Penyebab utama dari permasalahan berat badan ini adalah defisiensi nutrisi, pola makan yang tidak seimbang, dan tingkat metabolisme tubuh yang rendah pada anak.

Penurunan berat badan tersebut dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan fisik dan pertumbuhan anak, menghambat potensi pertumbuhan yang sehat.

4. Kemampuan Konsentrasi dan Daya Ingatnya Kurang Baik

Stunting tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan tubuh anak, tetapi juga mempengaruhi perkembangan mereka.

Anak-anak yang mengalami stunting berisiko mengalami gangguan perkembangan dan kemampuan kognitif pada masa awal hidup, sehingga mereka cenderung menunjukkan prestasi akademis yang kurang optimal dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh normal.

Kurangnya asupan gizi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi, kesulitan dalam menerima informasi, dan kesulitan dalam memahami pelajaran yang diberikan.

Penurunan kemampuan kognitif ini dapat memiliki dampak negatif pada prestasi belajar anak di sekolah.

5. Anak Cenderung Lebih Pendiam

Anak yang mengalami stunting mungkin cenderung menjadi lebih pendiam dibandingkan dengan anak-anak lain sebayanya.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kurangnya energi karena kurangnya gizi yang memadai, serta dampak psikologis dari perasaan kurangnya perkembangan fisik yang memadai.

6. Perkembangan Gigi Anak Lambat

Anak yang mengalami stunting seringkali menunjukkan tandanya dengan lambatnya pertumbuhan gigi.

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa keterlambatan ini juga bisa disebabkan oleh masalah pada gusi atau tulang rahang.

Jika Bunda mengamati bahwa pertumbuhan gigi si kecil terhambat, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter gigi untuk memahami penyebabnya dengan lebih baik.

7. Pada Anak Perempuan Mungkin Mengalami Keterlambatan Menstruasi Pertama

Stunting pada anak perempuan dapat berdampak pada perkembangan reproduksinya.

Anak perempuan yang mengalami stunting mungkin mengalami keterlambatan dalam memasuki masa pubertas dan menstruasi pertamanya.

Ini bisa disebabkan oleh gangguan pada keseimbangan hormonal akibat kondisi gizi yang kurang.

8. Lebih Rentan Terkena Infeksi/Penyakit

Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah karena kurangnya nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta organ-organ vital.

Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit karena tubuh tidak memiliki kemampuan optimal untuk melawan patogen.

Ini membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare, pneumonia, dan penyakit menular lainnya.

Upaya Pengobatan yang Dapat Bunda Lakukan Terhadap Stunting

Berikut beberapa upaya yang biasa dilakukan dokter dalam menangani stunting adalah:

1. Mengobati Penyakit yang Mendasarinya

Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan mengobati penyakit yang mendasari, seperti infeksi kronis atau penyakit metabolik.

Pengobatan penyakit-penyakit ini dapat membantu tubuh memanfaatkan nutrisi dengan lebih efisien, yang mendukung pertumbuhan optimal.

2. Menyarankan dan Memberikan Nutrisi Tambahan

Anak-anak yang mengalami stunting seringkali membutuhkan asupan nutrisi tambahan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Dokter atau ahli gizi dapat memberikan saran tentang diet yang seimbang dan memadai, serta memberikan suplemen nutrisi jika diperlukan, seperti protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks.

3. Memberikan Suplemen, (Vitamin A, Zat Besi, Zinc, dan Yodium)

Suplemen tertentu, seperti vitamin A, zat besi, zinc, dan yodium, penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang mengalami stunting.

Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan sistem kekebalan tubuh, sementara zat besi dan zinc diperlukan untuk sintesis protein dan metabolisme energi.

Yodium juga penting untuk fungsi kelenjar tiroid yang sehat.

4. Mengajarkan Anak Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Memperbaiki Sanitasi

Meningkatkan kondisi sanitasi dan mengajarkan anak-anak tentang perilaku hidup bersih sangat penting dalam mengatasi stunting.

Ini melibatkan promosi cuci tangan yang tepat sebelum makan dan setelah buang air, penggunaan air bersih dan aman untuk minum dan memasak, serta memperbaiki sanitasi rumah tangga untuk mencegah penyebaran penyakit.

Bagaimana Dampak Stunting?

Dampak stunting, atau keterlambatan pertumbuhan pada anak, memiliki konsekuensi serius yang perlu dipahami secara rinci, maka dari itu melakukan tindakan cegah stunting pada anak sangat perlu dilakukan. Berikut dampak-dampak dari stunting:

1. Kesulitan Belajar

Anak yang mengalami stunting cenderung menghadapi kesulitan dalam belajar karena keterbatasan perkembangan fisik dan kognitifnya.

Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam menyerap dan memahami materi pelajaran di sekolah.

2. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Stunting juga meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada masa dewasa.

Keterlambatan pertumbuhan pada masa anak-anak dapat mempengaruhi struktur dan fungsi jantung serta pembuluh darah, meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit kardiovaskular di kemudian hari.

3. Kemampuan Perkembangan Kognitif Menurun

Anak yang mengalami stunting rentan mengalami penurunan kemampuan perkembangan kognitif.

Hal ini dapat berdampak pada kemampuan mereka dalam berpikir, memecahkan masalah, dan mengingat informasi, yang dapat mempengaruhi prestasi akademis dan keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Meningkatkan Risiko Obesitas pada Anak

Ironisnya, stunting pada masa anak-anak juga meningkatkan risiko obesitas di kemudian hari.

Anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan cenderung memiliki pola makan yang tidak seimbang, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penumpukan lemak berlebih dan obesitas.

5. Daya Tahan Tubuh Melemah sehingga Mudah Terinfeksi Penyakit

Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

Mereka rentan terhadap berbagai penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka tidak berkembang dengan baik akibat keterlambatan pertumbuhan.

Stunting Sangatlah Berbahaya, Jadi Gunakan Tips Cegah Stunting pada Anak Berikut Ini Bunda

Kesehatan ibu dan anak merupakan aspek penting dalam pembangunan masyarakat yang sehat dan produktif.

Untuk memastikan kesehatan optimal, Bunda perlu mengikuti langkah-langkah cegah stunting pada anak ABCDE berikut ini:

1. Aktif Minum Tablet Tambah Darah (TTD)

Penting bagi remaja putri dan ibu hamil untuk mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) secara teratur.

Remaja putri sebaiknya mengkonsumsi 1 tablet TTD setiap minggu, sementara ibu hamil disarankan untuk mengkonsumsi 1 tablet TTD setiap hari, minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

Hal ini bertujuan untuk mencegah anemia pada ibu hamil dan menjamin pasokan darah yang cukup bagi perkembangan janin.

2. Bumil Teratur Periksa Kehamilan Minimal 6 Kali

Ibu hamil harus menjalani pemeriksaan kehamilan secara teratur, minimal 6 kali selama masa kehamilan.

Dari keenam pemeriksaan tersebut, setidaknya 2 kali harus dilakukan oleh dokter menggunakan ultrasonografi (USG).

Pemeriksaan kehamilan yang teratur ini bertujuan untuk memantau perkembangan janin serta mendeteksi dini adanya komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan.

3. Cukupi Konsumsi Protein Hewani

Pemberian asupan protein hewani sangat penting bagi bayi yang berusia di atas 6 bulan. Protein hewani merupakan sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi.

Oleh karena itu, pastikan untuk memberikan makanan yang mengandung protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan.

4. Datang ke Posyandu Setiap Bulan

Posyandu adalah tempat yang penting bagi pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak serta pemberian imunisasi atau vaksinasi.

Penting bagi orang tua untuk membawa anak ke Posyandu setiap bulan untuk dilakukan pemantauan berat badan, tinggi badan, serta perkembangan fisik dan mental anak.

5. Praktikkan ASI Eksklusif Selama 6 Bulan

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan merupakan kebutuhan utama bagi bayi yang baru lahir.

ASI mengandung nutrisi penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi serta memberikan perlindungan dari penyakit.

Oleh karena itu, praktikkan ASI eksklusif selama 6 bulan dan lanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun untuk memberikan nutrisi dan perlindungan yang optimal bagi bayi.

6. Pengaturan Pola Makan

Kekurangan jumlah dan mutu gizi dalam makanan dapat mengakibatkan stunting pada anak. Penting untuk memastikan anak mendapat asupan gizi seimbang setiap harinya.

Cara untuk mencapai gizi seimbang termasuk meningkatkan konsumsi protein serta memperbanyak konsumsi sayuran dan buah.

Disarankan untuk menyajikan makanan dengan proporsi protein yang lebih tinggi daripada karbohidrat, serta menambahkan porsi sayur dan buah.

7. Pemberian Pola Asuh yang Tepat

Peran orangtua sangat signifikan dalam mencegah stunting. Pola asuh yang baik, terutama dalam memberikan makanan, merupakan faktor kunci.

Pendidikan tentang reproduksi dan gizi bagi remaja penting untuk mempersiapkan mereka sebagai calon orangtua yang mampu menjaga kesehatan anak.

Edukasi yang baik dapat membantu mencegah stunting. Selain itu, penting juga untuk memberikan imunisasi agar anak memiliki perlindungan dari penyakit berbahaya, yang bisa diakses secara gratis di posyandu atau puskesmas.

8. Pengaturan Sanitasi dan Akses Air Bersih

Risiko infeksi pada anak dapat meningkat jika lingkungan tempat tinggal kurang sanitasi dan akses air bersihnya buruk.

Menurut riset Harvard Chan School, diare adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut.

Kotoran yang tidak terkelola dengan baik bisa menjadi penyebab diare. Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan kebiasaan mencuci tangan dan menghindari pembuangan tinja sembarangan.

Peran Bunda sebagai manajer kesehatan keluarga sangatlah penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga.

Nutrisi Wajib Dipenuhi Anak untuk Menghindari Stunting

Risiko stunting dapat diminimalkan dengan memastikan asupan nutrisi yang memadai. Menurut UNICEF, anak membutuhkan sekitar 40 jenis nutrisi berbeda untuk pertumbuhan yang optimal.

Tindakan cegah stunting pada anak sebaiknya dimulai sejak awal kehamilan, dengan orang tua disarankan untuk mengadopsi pola makan seimbang dan gaya hidup sehat sejak dini.

Selama masa kehamilan, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat besi dan asam folat.

Zat besi penting sebagai pencegah anemia yang berpotensi menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, sementara asam folat diperlukan untuk perkembangan otak dan sumsum tulang belakang bayi serta untuk mengurangi risiko kelahiran bayi dengan penyakit bawaan lahir.

Selain itu, asam folat juga dapat mengurangi risiko gangguan kehamilan.

Nutrisi penting lainnya yang harus diberikan kepada anak setiap hari meliputi vitamin A, zinc, kombinasi mikronutrien dan omega 3, serta protein whey. Vitamin A penting untuk pertumbuhan anak dan juga berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Sementara itu, zinc berperan dalam sintesis RNA dan DNA yang mendukung aktivitas sel dalam tubuh, dan juga telah terbukti membantu pertumbuhan tinggi badan anak.

Kombinasi mikronutrien dan omega 3 juga penting untuk tumbuh kembang anak.

Selain memastikan asupan nutrisi yang tepat, memberikan susu penambah berat badan juga penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Susu jenis ini mengandung protein dan nutrisi lainnya yang mendukung pencapaian tinggi badan dan berat badan yang ideal, serta dapat meningkatkan kecerdasan anak.

A Word From Navila

Itulah dia informasi seputar cara cegah stunting pada anak. Sebagai orang tua kita harus memberikan yang terbaik untuk anak kita, memberikan nutrisi yang baik sangat diperlukan demi kesehatan jangka panjang buah hati.

Memberikan nutrisi dan cinta yang cukup kepada anak akan melahirkan generasi sehat, cerdas dan kuat.

Mau informasi tips moms and baby lainnya Bunda? Ayo kunjungi akun Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare lalu dapatkan informasi penting lainnya. Semoga bermanfaat Bunda cantik!