Apa itu batuk rejan? Batuk rejan merupakan infeksi bakteri yang menyerang saluran pernapasan dan paru-paru, yang ditandai dengan serangkaian batuk keras yang datang berulang-ulang. Penyakit ini sangat menular dan bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan benar, terutama pada bayi dan anak-anak. Untuk mengetahui lebih dalam tentang apa itu batuk rejan, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Apa Itu Batuk Rejan?
Batuk rejan, juga dikenal sebagai pertusis atau whooping cough, adalah infeksi yang menyerang saluran pernapasan dan paru-paru. Penyakit ini ditandai dengan batuk keras yang terjadi secara berulang, sering kali disertai suara napas panjang bernada tinggi seperti “whoop” setelah batuk. Suara khas ini muncul karena penderitanya berusaha menarik napas setelah serangan batuk.
Batuk rejan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Pada tahap awal, batuk rejan atau pertusis sering kali tampak seperti flu biasa. Gejala-gejala batuk rejan di awal ini biasanya berlangsung selama 1 hingga 2 minggu, meliputi:
- Demam ringan
- Batuk ringan
- Hidung tersumbat atau berair
- Apnea (henti napas sesaat) pada bayi, yang bisa menjadi tanda serius.
Namun, setelah dua minggu, gejalanya mulai memburuk dan menjadi lebih khas:
- Batuk hebat yang berulang: Batuk ini sering terasa tak kunjung sembuh dan bisa berlangsung hingga lebih dari 10 minggu.
- Suara melengking saat menarik napas: Setelah serangan batuk panjang, penderita sering kali mengeluarkan suara khas bernada tinggi saat mencoba mengambil napas.
- Muntah setelah batuk: Serangan batuk yang berat kadang memicu muntah, terutama pada anak-anak.
- Kelelahan ekstrem: Batuk yang terus-menerus dapat membuat tubuh kelelahan karena tenaga yang terkuras.
Walaupun gejalanya mulai mereda setelah 4 minggu, batuknya sering kali bertahan lebih lama. Bahkan, ada yang masih mengalami batuk selama berbulan-bulan setelah gejala awal muncul. Inilah alasan mengapa batuk rejan sering disebut sebagai the 100-day cough atau batuk 100 hari.
Catatan Penting: Pada bayi, gejala bisa lebih berat dan tidak selalu disertai batuk. Mereka mungkin mengalami kesulitan bernapas atau berhenti bernapas sesaat, sehingga memerlukan penanganan medis segera.
Batuk Rejan vs Batuk Biasa
Menurut Dr. Michael Head, seorang peneliti senior di bidang Kesehatan Global, gejala awal batuk rejan sering kali menyerupai batuk biasa atau infeksi pernapasan lainnya. Hal ini karena gejala awalnya cenderung mirip, seperti batuk ringan, hidung meler, atau demam.
“Di awal, gejalanya bisa berupa batuk ringan, hidung tersumbat, atau demam kecil. Sulit untuk memastikan apakah itu batuk rejan atau hanya penyakit biasa,” jelasnya.
Tanda khas batuk rejan biasanya baru muncul di tahap selanjutnya, seperti suara “whoop” saat menarik napas setelah serangan batuk. Namun, tidak semua penderita mengalami gejala ini, sehingga diagnosanya sering memerlukan tes laboratorium.
“Inilah yang membuat pengendalian wabah menjadi tantangan besar. Oleh karena itu, vaksinasi menjadi langkah yang sangat penting untuk mencegah penyebaran,” tambahnya.
Dampak pada Bayi dan Anak-anak
Anak-anak yang terkena batuk rejan biasanya mengalami serangan batuk yang terus berulang dan dapat berlangsung selama 2 bulan atau lebih. Pada bayi dan anak kecil, serangan ini bisa menjadi sangat parah dan mengakibatkan komplikasi serius.
Bayi yang berusia di bawah 6 bulan memiliki risiko lebih tinggi mengalami dampak serius dari batuk rejan, seperti:
- Dehidrasi: Tubuh bayi kekurangan cairan karena sulit makan atau minum selama sakit.
- Pneumonia: Infeksi paru-paru yang parah dan berpotensi membahayakan nyawa.
- Kesulitan bernapas: Bayi dapat mengalami apnea (henti napas sesaat) akibat batuk berat.
- Penurunan berat badan: Sulit makan atau minum bisa menyebabkan berat badan bayi turun drastis.
- Kejang (fits): Akibat demam tinggi atau kekurangan oksigen selama serangan batuk.
- Masalah ginjal: Fungsi ginjal terganggu akibat komplikasi penyakit.
- Kerusakan otak: Kekurangan oksigen yang parah selama serangan batuk dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.
- Kematian: Meskipun jarang, batuk rejan bisa berakibat fatal, terutama jika tidak ditangani dengan cepat.
Miskonsepsi tentang Batuk Rejan
Batuk rejan atau pertusis sering kali menjadi penyakit yang tidak dipahami dengan baik. Berikut adalah beberapa mitos yang perlu diluruskan serta fakta sebenarnya:
1. Semua penderita batuk rejan pasti memiliki suara “whoop” atau muntah setelah batuk.
Faktanya:
Tidak semua penderita batuk rejan menunjukkan gejala khas seperti suara “whoop” atau muntah setelah batuk. Hal ini terutama berlaku pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, yang mungkin hanya mengalami batuk ringan yang berlangsung lama, biasanya memburuk pada malam hari. Kondisi ini sering terjadi pada mereka yang sudah pernah divaksinasi atau pernah terinfeksi sebelumnya.
2. Batuk rejan hanya menyerang anak-anak.
Faktanya:
Batuk rejan bisa menyerang siapa saja, termasuk orang dewasa. Pada remaja dan orang dewasa, gejalanya sering lebih ringan sehingga mudah diabaikan. Namun, kelompok ini justru sering menjadi sumber penularan bagi bayi, terutama orang tua yang tidak menyadari bahwa mereka membawa bakteri penyebab batuk rejan.
3. Orang yang sudah divaksinasi atau pernah terkena batuk rejan tidak mungkin tertular lagi.
Faktanya:
Perlindungan dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya bisa menurun seiring waktu. Orang yang sudah divaksinasi penuh atau pernah terkena batuk rejan tetap memiliki risiko terinfeksi kembali. Meskipun begitu, vaksin modern lebih aman dan efektif dalam mencegah batuk rejan berat hingga 85%, serta kasus ringan hingga 71%-78%.
4. Antibiotik dapat menyembuhkan batuk rejan.
Faktanya:
Antibiotik tidak dirancang untuk mengurangi gejala batuk rejan. Fungsi utamanya adalah menghentikan penularan bakteri setelah lima hari pengobatan. Antibiotik lebih efektif bila diberikan dalam tiga minggu pertama sejak gejala muncul, saat pasien masih menular. Namun, antibiotik dapat digunakan untuk mengatasi komplikasi seperti pneumonia akibat infeksi bakteri lain.
5. Dokter tidak perlu melaporkan kasus batuk rejan karena sudah dilaporkan oleh laboratorium.
Faktanya:
Sesuai dengan peraturan kesehatan masyarakat, dokter wajib melaporkan kasus batuk rejan yang terdiagnosis kepada unit kesehatan masyarakat setempat, idealnya melalui telepon. Selain itu, laboratorium juga bertugas melaporkan kasus positif ke otoritas kesehatan.
Pencegahan Melalui Herd Immunity
Herd immunity atau kekebalan kelompok terjadi ketika vaksinasi melindungi tidak hanya individu, tetapi juga seluruh komunitas dengan menghambat penyebaran penyakit. Cara terbaik untuk mencegah batuk rejan adalah dengan vaksinasi pertusis, yang biasanya diberikan bersama vaksin difteri, tetanus, dan polio (DTP).
Meskipun batuk rejan tidak mengancam jiwa bagi orang dewasa yang sehat, penyakit ini bisa berbahaya bagi bayi dan individu dengan penyakit serius. Bayi yang baru lahir sangat rentan karena belum memiliki kekebalan terhadap batuk rejan dan tidak bisa divaksinasi pada 6 minggu pertama kehidupannya. Mereka bergantung pada kekebalan orang-orang di sekitar mereka untuk melindungi dari penyakit ini.
Anak juga perlu mendapatkan imunisasi booster untuk hasil yang lebih maksimal, yaitu pada usia 18 bulan, 5 tahun, 10–12 tahun, dan 18 tahun, serta setiap 10 tahun sekali.
Ibu hamil disarankan untuk mendapatkan vaksinasi booster antara usia kehamilan 27–36 minggu, guna melindungi bayi dari batuk rejan di minggu-minggu awal kelahiran. Selain vaksinasi, menjaga gaya hidup bersih dan sehat juga penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Ciri-ciri Batuk Rejan akan Sembuh
Ciri-ciri batuk rejan yang mulai sembuh meliputi:
- Frekuensi batuk berkurang. Serangan batuk hebat mulai jarang terjadi, meskipun mungkin masih ada sedikit batuk ringan.
- Durasi serangan batuk memendek. Batuk tidak lagi berlangsung lama dan intens seperti sebelumnya.
- Napas lebih stabil. Penderita tidak lagi kesulitan bernapas atau mengalami suara “whoop” setelah batuk.
- Tidak lagi muntah setelah batuk. Mual atau muntah yang sering terjadi akibat batuk berat mulai berkurang atau hilang.
- Energi kembali pulih. Kelelahan yang disebabkan batuk terus-menerus mulai berkurang, sehingga penderita lebih bertenaga.
- Tidur lebih nyenyak. Batuk yang sebelumnya mengganggu tidur mulai mereda, memungkinkan tidur lebih baik.
Meski gejalanya mereda, pemulihan total batuk rejan bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Tetap ikuti saran dokter untuk mencegah komplikasi.
Pantangan Batuk Rejan bagi Penderita
Berikut adalah pantangan yang perlu diperhatikan oleh penderita batuk rejan agar gejalanya tidak memburuk dan pemulihan lebih cepat:
- Hindari asap dan iritan. Asap rokok, polusi udara, dan uap kimia dapat memicu serangan batuk dan memperburuk kondisi.
- Tidak mengonsumsi makanan berminyak dan berlemak. Makanan berminyak, seperti gorengan, dapat meningkatkan produksi lendir dan memicu batuk.
- Kurangi makanan dan minuman dingin. Es dan makanan dingin dapat memicu iritasi saluran napas dan memperparah batuk.
- Hindari aktivitas fisik berat. Olahraga atau aktivitas berat dapat memicu serangan batuk akibat peningkatan kebutuhan oksigen.
- Jangan berada di tempat ramai. Batuk rejan sangat menular, jadi hindari tempat ramai untuk mencegah penyebaran bakteri.
- Tidak mengonsumsi obat batuk tanpa rekomendasi dokter. Obat batuk biasa umumnya tidak efektif untuk batuk rejan, dan pemberian pada anak kecil bisa berbahaya.
- Hindari makanan yang menyebabkan mual. Makanan yang sulit dicerna atau terlalu banyak rempah dapat memicu muntah setelah batuk.
Perawatan Rumah untuk Pasien Batuk Rejan
Mengutip dari CDC, kebanyakan orang yang mengalami batuk rejan dapat meredakan gejalanya di rumah dengan beberapa cara berikut:
- Ikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi antibiotik.
- Hindari pemicu batuk di rumah, seperti asap, debu, dan uap kimia.
- Gunakan humidifier dengan udara dingin untuk membantu melonggarkan lendir dan menenangkan batuk.
- Konsumsi makanan dalam porsi kecil beberapa kali sehari untuk mengurangi risiko muntah.
- Pastikan untuk banyak minum cairan, seperti air putih, jus, atau makan buah.
- Jangan berikan obat batuk, kecuali atas rekomendasi dokter, karena obat batuk tidak efektif dan tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia 4 tahun.
Mengetahui apa itu batuk rejan dan bahayanya bagi bayi dan anak-anak sangat penting dilakukan. Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi. Menjaga gaya hidup sehat dan mengikuti pengobatan yang tepat juga penting untuk pemulihan. Selalu waspadai gejalanya dan hindari penularan, terutama pada bayi yang belum dapat divaksinasi.
Bunda ingin tahu lebih banyak fakta seputar ibu dan bayi? Yuk, kunjungi akun Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Sehat selalu, Bunda hebat!
3 comments