Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk diri kita, baik fisik maupun emosional. Hubungan antara ibu dan anak begitu mendalam, hingga psikoanalisa Donald Winnicott menyebutkan bahwa bayi tidak dapat dipisahkan dari ibunya, dan rasa diri anak terbentuk dari hubungan tersebut. Namun, jika ibu tidak hadir secara emosional, hal ini bisa menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai “Mother Wound,” yang dipelajari oleh para psikoanalisis dan pakar lainnya. Apa itu Mother Wound?

Memahami Apa Itu Mother Wound

Mother wound atau luka Ibu adalah kondisi ketika seorang Ibu memberikan dukungan fisik kepada anaknya tetapi tidak dukungan emosional. Contohnya, Ibu kita mungkin mengurus kebutuhan dasar kita, seperti menyuapi makan, memandikan, atau mengobati luka, tetapi mungkin tidak memberi rasa aman, perhatian, dan kehangatan yang membuat kita merasa dicintai. 

Luka ini mirip dengan “daddy issues” atau “luka Ayah,” yang sama-sama timbul dari pola asuh yang kurang perhatian. Bedanya, luka ini memiliki bentuk yang berbeda, mencerminkan harapan sosial pada peran Ibu dan Ayah yang tidak sama.

Siapapun pengasuhnya, luka emosional dari sosok Ibu atau Ayah dapat berdampak pada berbagai aspek hidup kita. Biasanya, luka ini bisa menimbulkan masalah seperti rendahnya rasa percaya diri, kesulitan dalam hubungan, serta tantangan dalam mengenali dan mengelola emosi.

Anak Laki-laki atau Anak Perempuan yang Mengalami Mother Wound?

Anak-anak (umumnya perempuan, namun laki-laki juga bisa) dapat mengalami mother wound jika memiliki sosok Ibu yang:

  • Hanya memenuhi kebutuhan fisik saja seperti makan dan pakaian, tetapi tidak memberikan cinta, perhatian, atau rasa aman,
  • kurang menunjukkan empati, sehingga anak kesulitan memahami dan mengatur emosinya,
  • Melarang anak untuk menunjukkan emosi negatif,
  • Terlalu sering mengkritik,
  • Mengharapkan anak memenuhi kebutuhan fisik atau emosional mereka secara mandiri,
  • Jarang hadir untuk anak karena sibuk bekerja atau memiliki minat pribadi (Tapi ingat, menjadi ibu berkarir ataupun ibu tunggal, tidak otomatis menyebabkan mother wound),
  • Mengalami trauma emosional atau kekerasan yang belum terselesaikan, membuat Ibu kesulitan menunjukkan kasih sayang,
  • Memiliki masalah kesehatan mental yang tidak diatasi,
  • Menghadapi masalah kecanduan alkohol atau obat-obatan.

Mother wound bisa dialami oleh anak perempuan maupun laki-laki. Meski bukan sebuah diagnosis resmi, luka ini bisa terasa begitu menyakitkan hingga seolah memerlukan penanganan khusus. Namun, mother wound lebih sering dianggap sebagai luka yang dialami dari Ibu ke anak perempuan.

Berdasarkan teori keterikatan dari psikolog Mary Ainsworth, kita tahu bahwa kepercayaan yang diberikan seorang Ibu kepada anaknya sejak kecil berdampak besar, bukan hanya pada masa kanak-kanak tetapi juga pada hubungan mereka di masa depan.

Jadi, anak yang mengalami mother wound cenderung akan mengulang pola yang sama saat mereka menjadi orang tua.

Mother Wound pada Anak Laki-laki

Pria yang mengalami mother wound mungkin merasakan keinginan mendalam untuk mendapatkan cinta dan persetujuan dari sosok perempuan, terutama jika mereka tumbuh dengan gaya keterikatan cemas. 

Gaya keterikatan ini biasanya terlihat pada perilaku yang selalu mencari kepastian dan ketergantungan berlebihan dalam hubungan, sebagai upaya menggantikan kasih sayang yang kurang mereka rasakan dari ibunya.

Selain itu, mother wound juga bisa menyebabkan perasaan kurang percaya diri atau kesedihan yang terpendam, yang seringkali muncul sebagai kemarahan. Emosi ini bisa meledak secara tiba-tiba dalam situasi yang tampaknya sepele, seperti saat terjebak macet atau menghadapi stres di tempat kerja.

Mother Wound pada Anak Perempuan

Mother wound pada anak perempuan sering kali membuat mereka merasa seakan ada yang salah dalam diri mereka dan harus “menyusut” atau menjadi kecil agar bisa dicintai. 

Mereka juga kerap merasa bersalah, seolah belum cukup berprestasi atau belum mencapai apa yang seharusnya. Rendahnya rasa percaya diri (insecure) ini sering memicu mereka membandingkan diri dengan orang lain, membayangkan perempuan lain yang lebih sukses, cantik, atau kaya, lalu merasa diri mereka kurang. 

Hal ini memperkuat perasaan bahwa ada yang salah dalam diri mereka. Selain itu, jika mereka merasa Ibu memandang mereka sebagai “tidak cukup baik,” keyakinan ini sering tertanam begitu dalam sehingga mereka mulai membatasi pandangan positif terhadap diri sendiri dan potensi mereka, seolah-olah tidak layak untuk lebih baik.

Tanda dan Gejala dari Mother Wound

Mungkin tidak selalu mudah untuk menyadari apakah kita mengalami luka Ibu sejak kecil. Namun, perasaan kita terhadap Ibu bisa menjadi petunjuk. Berikut adalah beberapa tanda yang menunjukkan bahwa kita mungkin pernah merasakan luka Ibu:

  • Merasa Ibu tidak sungguh-sungguh mencintai kita atau lebih menunjukkan kasih sayang kepada saudara yang lain.
  • Sering merasa bertanggung jawab untuk merawat atau menjaga Ibu.
  • Merasa Ibu hanya menyayangi kita ketika kita mengatakan atau melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginannya.
  • Tidak pernah merasa diterima atau disetujui oleh Ibu sebagai diri kita apa adanya.

Mother wound juga dapat memengaruhi cara kita memandang diri sendiri dan berinteraksi dalam hubungan, dengan beberapa gejala seperti:

  • Rendahnya kepercayaan diri
  • Kesulitan memahami dan mengendalikan emosi
  • Perasaan harus selalu sempurna (perfeksionis)
  • Masalah dalam hubungan (seperti pola ketergantungan atau sabotase diri)
  • Suara hati yang kritis atau negatif
  • Rasa takut yang mendalam untuk menjadi seperti Ibu

Ingat, tanda dan gejala mother wound bisa berbeda antara anak perempuan dan anak laki-laki. 

Dampak Mother Wound pada Kepribadian Anak

Mother wound ternyata cukup berdampak buruk pada kepribadian dan masa depan anak, khususnya dalam hal hubungan sosial. Berikut beberapa dampak parahnyanya:

1. Rendahnya Rasa Percaya Diri

Keterikatan yang aman membuat seorang anak merasa bahwa mereka berarti. Tanpa keyakinan dasar ini, anak-anak kesulitan untuk membangun rasa diri dan percaya pada kemampuan mereka.

2. Kurangnya Kesadaran Emosional

Ibu yang hadir untuk anaknya dapat mencerminkan perasaan anak, memberi label pada emosi tersebut, dan membantu mereka mengelola perasaan itu. Anak tidak perlu menekan emosi negatif karena mereka memiliki cara untuk menghadapinya.

3. Ketidakmampuan untuk Menenangkan Diri Sendiri

Tanpa pemahaman tentang cara mengelola perasaan, anak-anak dan kemudian orang dewasa tidak mengembangkan kemampuan untuk menenangkan diri. Mereka cenderung mencari kenyamanan dari sumber luar, seperti aktivitas yang mengurangi kesadaran seperti alkohol atau obat-obatan.

4. Kesulitan dalam Hubungan

Orang dewasa yang mengalami mother wound sering menghadapi tantangan dalam membangun dan mempertahankan hubungan positif yang mereka inginkan, karena mereka belum belajar untuk percaya.

Langkah untuk Menyembuhkan Mother Wound

Proses penyembuhan mother wound memerlukan keseimbangan antara melepaskan emosi negatif seperti kemarahan dan rasa sakit, serta menyadari pentingnya memaafkan Ibu kita. Lalu, bagaimana kita bisa mencapai keseimbangan yang dibutuhkan untuk sembuh?

1. Ekspresikan Rasa Sakit

Langkah pertama adalah memberi diri kita izin untuk mengungkapkan rasa sakit, seperti berteriak atau menangis jika perlu. 

Terapi emosi bisa sangat membantu untuk membebaskan anak batin (inner child) kita dari perasaan tidak dicintai, diabaikan, atau bahkan diperlakukan buruk. Menulis di jurnal juga bisa menjadi cara yang baik untuk menuangkan perasaan tersebut.

2. Cintai Diri Sendiri

Cara kita memandang diri sendiri sering kali dipengaruhi oleh interaksi dengan Ibu. Penting untuk diingat bahwa jika Ibu kita tidak mampu membangun citra diri kita dengan positif, itu bukan kesalahan kita. Dengan melepaskan pandangan negatif tentang diri kita, maka kita bisa menciptakan citra diri yang lebih baik.

3. Kembangkan Kesadaran Diri

Tanpa umpan balik dari Ibu, kita mungkin tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengembangkan kesadaran diri. Kita perlu belajar untuk merasakan emosi kita. Luangkan waktu untuk berhenti sejenak dan perhatikan apa yang diri rasakan. Melepaskan emosi diri adalah langkah awal untuk menghadapinya.

4. Didik Diri Sendiri

Kita bisa belajar untuk memberikan apa yang kita butuhkan pada diri kita sendiri, terutama hal-hal yang tidak kita terima saat kecil. Perawatan diri bukanlah tentang memanjakan diri, melainkan memenuhi kebutuhan kita. 

Bagi sebagian orang, perawatan diri mungkin berarti berjalan sendiri di pagi hari, sementara bagi yang lain, itu bisa berarti bersantai dengan teman yang membuat kita merasa baik.

5. Memaafkan

Memaafkan dimulai dengan menerima perasaan kita dan meratapi kekurangan yang kita alami sebagai anak, memberi ruang emosional untuk memaafkan. Menjadi seorang Ibu adalah tugas berat, dan mereka pun bisa membuat kesalahan.

Dengan melihat Ibu apa adanya, tanpa mengharapkan kesempurnaan, kita bisa mulai memahami dan menerima. Setelah memaafkan, cobalah mendekati Ibu dan membangun kembali hubungan. Namun, jika Ibu tetap mengabaikan atau menyakiti kita, lebih baik mendekati orang terkasih atau terapis, tanpa memaksakan Ibu untuk berubah.

A Word From Navila

Memahami dan menyembuhkan mother wound adalah perjalanan yang sulit, terutama jika masa kecil kita kekurangan perhatian dan kasih sayang. Luka ini dapat menyebabkan perasaan tidak layak dicintai, namun itu bukan cerminan dari siapa kita sebenarnya, melainkan akibat kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi oleh ibu di masa lalu.

Ingatlah bahwa kita berharga dan layak dicintai. Penyembuhan mother wound memang memerlukan waktu dan usaha, namun dengan dukungan profesional dan komitmen diri, kita bisa mengatasi rasa sakit tersebut dan memulai proses penyembuhan.

Agar anak kita tidak mengalami mother wound, perlu sekali mengetahui bagaimana cara mendidik anak dengan baik. Ketahui cara mendidik anak dengan baik di: Cara Mendidik Anak Laki-laki dan Perempuan Berkonsep Gender Equality

Bunda tertarik untuk melihat informasi lebih lengkap lainnya? Yuk, kunjungi akun sosial media Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare.