Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas herbal meningkat drastis, terutama saat banyak orang mencari cara alami untuk menjaga daya tahan tubuh. Salah satu herbal yang banyak disebut adalah Astragalus, tanaman asal Tiongkok yang dikenal sebagai imunostimulan alami. Namun, muncul pertanyaan penting di kalangan masyarakat: “Apakah bahaya mengonsumsi Astragalus bagi penderita autoimun?”

Pertanyaan ini penting, Mams, karena meskipun Astragalus membawa banyak manfaat untuk sebagian orang, bukan berarti cocok untuk semua kondisi tubuh. Bagi penderita penyakit autoimun, justru konsumsi Astragalus bisa membawa risiko yang tidak disadari. Artikel ini akan membahas secara ilmiah namun tetap mudah dipahami, bagaimana cara kerja Astragalus, mengapa bisa berbahaya bagi Mams yang punya autoimun, dan pilihan alternatif yang lebih aman.

Astragalus sebagai Herbal Populer yang Perlu Diwaspadai oleh Pasien Autoimun

Astragalus adalah tanaman herbal yang sudah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok. Tanaman ini dikenal karena kandungan aktifnya, seperti polisakarida (APS), astragaloside, flavonoid, dan saponin. Komponen tersebut bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas sel imun, seperti sel T, makrofag, dan produksi sitokin seperti IL-6 dan TNF-α. Inilah yang membuat astragalus populer sebagai imunostimulan, karena diyakini membantu tubuh melawan infeksi dan mempercepat pemulihan.

Namun, efek peningkatan daya tahan tubuh ini justru dapat berbahaya bagi penderita autoimun. Pada kondisi autoimun, sistem kekebalan sudah bekerja terlalu aktif dan menyerang jaringan tubuh sendiri. Jika diberi bahan yang merangsang sistem imun seperti astragalus, respons tubuh bisa semakin agresif dan memicu flare-up atau peradangan yang lebih berat. Sayangnya, informasi kontraindikasi ini masih minim dibahas di publik, padahal dampaknya bisa serius bila dikonsumsi tanpa pengawasan dokter.

Penyakit Autoimun adalah Kondisi Saat Imun Tidak Lagi Mengenali Tubuh Sendiri

Penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh keliru mengenali jaringan tubuh sendiri sebagai ancaman. Akibatnya, sel imun yang seharusnya melawan virus dan bakteri justru menyerang organ sehat. Kondisi ini dapat menyerang hampir semua bagian tubuh, mulai dari kulit, sendi, hingga organ vital. Beberapa contoh penyakit autoimun yang umum antara lain lupus (SLE), rheumatoid arthritis, Hashimoto, dan multiple sclerosis.

Masalah utama pada autoimun adalah sistem imun yang terlalu aktif dan sulit dikendalikan. Jika tubuh diberi herbal imunostimulan seperti Astragalus, sistem imun bisa semakin terpicu untuk menyerang diri sendiri. Ini dapat memperparah peradangan, memicu kekambuhan (flare-up), dan mempercepat kerusakan jaringan. Oleh karena itu, penderita autoimun perlu sangat hati-hati terhadap suplemen yang dapat meningkatkan aktivitas imun.

Bahaya Astragalus pada Kondisi Imunitas yang Tidak Stabil

Secara mekanisme, Astragalus bekerja dengan meningkatkan aktivitas sel imun seperti makrofag dan sel T, serta merangsang produksi sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α dan IL-6. Dalam tubuh orang sehat, efek ini membantu meningkatkan daya tahan terhadap infeksi. Tapi pada tubuh dengan sistem imun yang sudah hiperaktif, seperti penderita autoimun, efek ini justru dapat memperparah peradangan.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Immunotoxicology menunjukkan bahwa pemberian Astragalus pada tikus dengan kondisi lupus justru memperparah gejala peradangan dan merusak jaringan. Selain itu, ada laporan dari beberapa pasien autoimun yang mengalami flare-up setelah mengonsumsi suplemen Astragalus secara rutin, terutama jika dikombinasikan dengan obat imunosupresan atau kortikosteroid.

Maka dari itu, meskipun herbal ini tergolong “alami,” bukan berarti aman bagi semua orang, Mams. Justru yang alami pun bisa menimbulkan efek samping jika tidak digunakan sesuai kondisi tubuh.

Herbal Alternatif untuk Penderita Autoimun

Tidak semua herbal cocok untuk penderita autoimun. Beberapa tanaman seperti Astragalus dan Echinacea tergolong immunostimulant, yaitu bahan yang merangsang sistem imun agar bekerja lebih aktif. Pada orang sehat, efek ini bisa membantu daya tahan tubuh. Namun bagi penderita autoimun, kondisi imun yang sudah terlalu aktif justru bisa semakin memburuk jika distimulasi, dan ini berpotensi memicu kekambuhan atau peradangan berlebihan.

Sebaliknya, ada juga kelompok herbal yang bersifat immunomodulator, fungsinya bukan untuk memperkuat imun secara agresif, melainkan menyeimbangkan respons tubuh. Contohnya adalah kurkumin dari kunyit, omega-3 dari ikan atau biji rami, dan vitamin D. Studi besar seperti VITAL trial menunjukkan bahwa konsumsi vitamin D 2000 IU dan omega-3 1 gram per hari selama lima tahun bisa menurunkan risiko penyakit autoimun hingga 22%. Kurkumin juga terbukti membantu mengurangi nyeri sendi dan peradangan pada penderita rheumatoid arthritis tanpa efek stimulasi berlebihan.

Untuk keamanan, penderita autoimun sebaiknya menghindari konsumsi herbal tanpa pengawasan medis. Jangan hanya melihat label “alami” atau “herbal,” karena beberapa bahan seperti Astragalus membranaceus bisa muncul dalam suplemen dengan nama ilmiah yang tidak familiar. Selalu periksa komposisi produk dan cari informasi dari sumber terpercaya. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi juga penting agar pemilihan suplemen sesuai dengan kondisi dan pengobatan yang sedang dijalani.

A Word From Navila

Astragalus memang sering dipuji sebagai herbal yang memperkuat daya tahan tubuh, namun bagi penderita autoimun, efek ini justru bisa menjadi bumerang. Karena sifatnya yang merangsang sistem imun, bahaya astragalus dapat memperparah kondisi tubuh yang imunitasnya sudah terlalu aktif. Jika dikonsumsi tanpa pengawasan medis, risiko seperti peradangan kronis, kekambuhan gejala (flare-up), hingga kerusakan jaringan bisa meningkat. Sayangnya, masih banyak yang mengira bahwa karena berbahan alami, Astragalus pasti aman untuk semua orang.

Untungnya, ada alternatif herbal yang lebih aman untuk penderita autoimun, yaitu bahan-bahan yang bersifat immunomodulator, seperti kurkumin, omega-3, dan vitamin D. Herbal ini bekerja dengan menyeimbangkan respons imun, bukan merangsangnya secara berlebihan. Namun tetap penting untuk selektif dan tidak melakukan pengobatan mandiri. Jika kamu sedang menjalani program hamil atau sudah dalam masa kehamilan, sebaiknya pelajari juga bagaimana Astragalus bisa memengaruhi janin. Yuk, lanjutkan membaca di: Bahaya Astragalus untuk Ibu Hamil dan Janin Menurut Penelitian Ilmiah.


References

  • Li, Y., Wang, Y., Liu, X., & Wang, Y. (2020). Immunomodulatory effects of Astragalus membranaceus polysaccharides on lupus-prone mice. Journal of Immunotoxicology, 17(2), 120–129. https://doi.org/10.1080/1547691X.2020.1747194
  • Zhou, Y., Liu, Z., Peng, Y., et al. (2021). Traditional Chinese medicine and immune regulation in autoimmune disease: A review. Frontiers in Pharmacology, 12, 734077. https://doi.org/10.3389/fphar.2021.734077