Bayi yang sering kentut tapi belum juga BAB memang bisa buat Mams khawatir, apalagi jika aromanya terasa lebih tajam dari biasanya. Kondisi ini sering kali membuat si kecil tampak tidak nyaman, rewel, gelisah, atau sulit tidur. Tapi tenang dulu, Mams. Dalam banyak kasus, hal ini masih tergolong normal dan merupakan bagian dari proses adaptasi sistem pencernaan yang belum sepenuhnya matang.
Meski begitu, kentut yang terus-menerus dan berbau menyengat, apalagi tidak diikuti BAB selama beberapa hari, tetap perlu diwaspadai. Bayi kentut terus dan bau tapi tidak BAB bisa menandakan gangguan ringan seperti penumpukan feses, sembelit awal, atau ketidakseimbangan bakteri usus. Agar Mams bisa mengenali mana kondisi yang masih wajar dan mana yang perlu perhatian lebih, yuk pahami berbagai penyebab bayi sering kentut serta cara aman untuk membantu pencernaannya kembali lancar.
- Sistem Pencernaan Bayi yang Belum Matang dan Dampaknya terhadap Gas
- Perbedaan Kentut Normal vs Kentut Bau Akibat Penumpukan Feses
- Faktor yang Memicu Bayi Sering Kentut Tapi Tidak BAB
- Cara Aman Membantu Bayi Mengeluarkan Gas dan BAB dengan Lancar
- Tanda Bahaya dan Kapan Harus ke Dokter
- A Word From Navila
- References
Sistem Pencernaan Bayi yang Belum Matang dan Dampaknya terhadap Gas
Di awal kehidupannya, sistem pencernaan bayi masih dalam tahap perkembangan yang sangat aktif. Enzim-enzim penting seperti lipase dan amilase belum bekerja maksimal, sehingga beberapa nutrisi dari ASI atau susu formula bisa tertinggal di usus tanpa tercerna sempurna. Nah, sisa nutrisi inilah yang kemudian difermentasi oleh bakteri usus menjadi gas, dan inilah yang menyebabkan si kecil sering kentut, bahkan terkadang baunya cukup menyengat.
Proses fermentasi ini sebenarnya bagian dari hal yang baik, yaitu pembentukan koloni bakteri baik seperti Bifidobacterium dan Lactobacillus di usus. Bakteri-bakteri ini membantu pencernaan dan mendukung daya tahan tubuh bayi. Namun, ketika ada sisa makanan yang belum tercerna, bakteri lain bisa memecahnya menjadi gas seperti karbon dioksida, hidrogen, dan hidrogen sulfida. Gas hidrogen sulfida inilah yang menyebabkan kentut beraroma tajam.
Seiring bertambahnya usia, kemampuan sistem pencernaan bayi akan meningkat. Enzim pencerna bekerja lebih efisien, jumlah bakteri baik meningkat, dan proses serap nutrisi menjadi lebih optimal. Biasanya, frekuensi kentut berkurang dan aromanya tidak terlalu menyengat setelah usia 6 hingga 12 bulan. Selama tidak disertai gejala lain seperti muntah, perut membuncit, atau tidak BAB lebih dari tiga hari, kondisi ini masih tergolong normal, Mams.
Perbedaan Kentut Normal vs Kentut Bau Akibat Penumpukan Feses
Kentut adalah hal yang umum dan alami terjadi pada bayi. Namun, Mams perlu mengenali perbedaan antara kentut yang normal dan kentut yang menjadi tanda adanya gangguan, seperti feses yang tertahan. Kentut yang biasa tidak berbau menyengat dan biasanya disertai dengan BAB yang teratur. Tapi jika kentut berbau tajam dan si kecil belum BAB dalam beberapa hari, ini bisa menjadi pertanda bahwa feses mulai menumpuk di usus besar.
Penumpukan ini menyebabkan sisa tinja terfermentasi oleh bakteri usus, menghasilkan gas-gas sulfur seperti hidrogen sulfida dan metanetiol, yang dikenal memiliki aroma sangat tajam. Kondisi ini sering disebut konstipasi fungsional, yang cukup umum terjadi, terutama setelah si kecil mulai MPASI. Usus yang menyerap kembali cairan dari tinja akan membuat feses mengeras, sehingga lebih sulit dikeluarkan.
Selain kentut yang bau, tanda lain dari konstipasi bisa berupa perut keras, rewel tanpa sebab yang jelas, dan mengejan terus-menerus. Mams juga perlu waspada bila tinja yang keluar bertekstur kering atau berbentuk kecil-kecil. Bila kondisi ini terus berlanjut, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter anak agar bisa ditangani lebih dini dan tidak berkembang menjadi gangguan yang lebih berat.
Faktor yang Memicu Bayi Sering Kentut Tapi Tidak BAB
Salah satu penyebab umum kondisi ini adalah udara yang tertelan saat menyusu, baik dari ASI langsung maupun dari botol, yang disebut aerophagia. Jika posisi menyusu kurang tepat, udara bisa masuk dan menumpuk di saluran cerna, menghasilkan gas yang membuat bayi sering kentut. Jika sendawa tidak dilakukan setelah menyusu, udara tersebut tetap tertahan di dalam perut, menimbulkan rasa tidak nyaman.
Faktor berikutnya berkaitan dengan transisi ke MPASI. Di masa ini, sistem cerna bayi sedang belajar mencerna makanan padat. Beberapa bahan seperti telur, pisang, atau brokoli cenderung lebih mudah difermentasi oleh bakteri usus, menghasilkan gas dengan bau tajam. Bila tidak disertai cairan yang cukup, feses menjadi keras, memperparah kesulitan BAB dan menyebabkan gas terjebak lebih lama.
Sementara itu, untuk bayi yang mengonsumsi susu formula, sensitivitas terhadap protein susu sapi juga bisa memicu peradangan ringan di usus. Hal ini memperlambat pergerakan tinja dan memperburuk penumpukan gas. Selain itu, kurangnya cairan juga jadi pemicu feses mengeras, sehingga si kecil makin sulit BAB. Kombinasi faktor-faktor inilah yang membuat bayi tampak nyaman sesaat, namun kemudian mulai menunjukkan tanda ketidaknyamanan.
Cara Aman Membantu Bayi Mengeluarkan Gas dan BAB dengan Lancar
Jika si kecil terlihat bayi kentut terus dan bau tapi tidak BAB, Mams tidak perlu langsung panik. Ada beberapa cara aman dan alami yang bisa Mams lakukan di rumah untuk membantu pencernaannya bekerja lebih baik. Langkah-langkah ini bertujuan mendorong keluarnya gas dan membantu feses bergerak lebih mudah di dalam usus.
1. Pijat Perut Bayi (Metode “I-L-U”)
Pijat lembut di area perut merupakan cara alami yang terbukti membantu merangsang gerakan usus. Pola pijatan “I-L-U” mengikuti jalur alami pencernaan, sehingga membantu gas dan sisa makanan bergerak lebih mudah keluar dari tubuh. Studi dalam Children’s Minnesota Hospital menunjukkan bahwa pijat perut rutin dapat meningkatkan frekuensi BAB serta mengurangi keluhan sembelit pada bayi.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Hangatkan tangan terlebih dahulu agar bayi merasa nyaman.
- Gunakan sedikit minyak telon atau baby oil agar gerakan tangan Mams lebih lembut dan tidak membuat kulitnya iritasi.
- Letakkan bayi dalam posisi telentang di permukaan datar yang aman.
- Gerakkan tangan searah jarum jam, mulai dari sisi kanan bawah perut ke arah kiri atas dengan pola huruf “I”, lanjut ke “L”, dan terakhir “U”.
- Ulangi 5–10 kali selama sekitar 10 menit.
Jika si kecil tampak rileks dan tidak rewel, pijatan berjalan dengan baik. Namun, hentikan segera bila dia tampak tidak nyaman atau menangis. Lakukan pijatan ini satu hingga dua kali sehari, misalnya setelah mandi atau sebelum tidur, saat tubuhnya dalam keadaan tenang.
2. Gerakan Kayuh Sepeda untuk Bantu Gas Keluar
Gerakan sederhana ini meniru pergerakan alami usus dan efektif membantu melepaskan gas yang tertahan. Caranya pun mudah:
- Posisikan bayi telentang di permukaan lembut seperti kasur atau alas ganti.
- Pegang kedua kakinya dengan lembut, lalu gerakkan perlahan seperti sedang mengayuh sepeda.
- Lakukan gerakan ritmis selama 10–30 detik, kemudian beri jeda agar bayi tidak kelelahan.
Tekanan lembut dari gerakan ini membantu gas terdorong keluar secara alami. Selain itu, gerakan kayuh sepeda juga membantu memperkuat otot perut dan kaki bayi, sekaligus memperlancar sirkulasi darah di area bawah tubuhnya. Mams bisa melakukannya dua hingga tiga kali sehari setelah menyusu atau saat bayi tampak kembung. Jika dilakukan rutin, latihan ini membantu melancarkan pencernaan tanpa perlu obat pencahar.
3. Pastikan Asupan Cairan dan Posisi Menyusui yang Tepat
Cairan berperan penting dalam melunakkan feses dan menjaga pergerakan usus. Bagi bayi ASI eksklusif, pastikan dia menyusu dengan benar agar tidak banyak menelan udara. Jika sudah MPASI, berikan air putih dalam jumlah cukup dan hindari makanan tinggi serat kering tanpa cairan tambahan.
Selain itu, posisi menyusu juga perlu diperhatikan, pastikan kepala bayi lebih tinggi dari perut, dan bibirnya menempel sempurna pada areola. Setelah menyusu, bantu dia bersendawa agar udara keluar dari perut. Menurut IDAI, cara ini efektif mencegah kembung dan memperlancar pencernaan.
Tanda Bahaya dan Kapan Harus ke Dokter
Meskipun kondisi bayi kentut terus dan bau tapi tidak BAB sering kali bukan hal serius, Mams tetap perlu mengenali kapan saatnya harus waspada. Jika si kecil belum BAB lebih dari tiga hari, perutnya tampak kencang, terus-menerus rewel, atau muntah berulang, segera periksakan ke dokter anak. Ini bisa jadi tanda sembelit berat atau adanya gangguan pencernaan lain yang memerlukan penanganan medis.
Perhatikan juga tekstur dan warna tinja. Jika ada darah, feses sangat keras, atau bayi tampak lesu dan tidak mau menyusu, jangan tunda untuk konsultasi. Penanganan dini akan mencegah kondisi makin parah. Dokter akan mengevaluasi apakah penyebabnya murni adaptasi atau ada hal lain yang memerlukan terapi khusus. Semakin cepat diketahui, semakin mudah ditangani.
A Word From Navila
Bayi jarang BAB dan sering kentut memang bisa menimbulkan kekhawatiran, Mams. Tapi perlu diingat, ini sering kali hanyalah bagian dari proses tumbuh kembang sistem pencernaannya. Selama tidak disertai gejala serius, stimulasi ringan dan perawatan lembut di rumah sudah cukup untuk membantu si kecil kembali nyaman.

Untuk mendukung proses ini, Mams bisa rutin melakukan pijatan perut, gerakan kayuh sepeda, serta memastikan asupan cairannya tercukupi. Setelah itu, oleskan Minyak Telon Navila sebagai sentuhan kehangatan yang menenangkan. Kandungannya yang lembut dari minyak kelapa, adas, dan kayu putih membantu meredakan perut kembung tanpa mengiritasi kulit. Dengan perhatian yang konsisten, Mams tak hanya membantu kelancaran BAB, tapi juga mempererat ikatan penuh cinta bersama si kecil.
References
- Indrio, F., Neu, J., Pettoello-Mantovani, M., Marchese, F., Martini, S., Salatto, A., & Aceti, A. (2022). Development of the gastrointestinal tract in newborns as a challenge for an appropriate nutrition: a narrative review. Nutrients, 14(7), 1405.
- Laue, H. E., Coker, M. O., & Madan, J. C. (2022). The developing microbiome from birth to 3 years: the gut-brain axis and neurodevelopmental outcomes. Frontiers in pediatrics, 10, 815885.
- Münch, A., Bührer, C., & Longardt, A. C. (2021). Digestive enzyme replacement relieves growth failure in preterm infants with poor exocrine pancreatic function: a retrospective case series. European journal of pediatrics, 180(9), 2951-2958.
- MSD Manuals. Constipation in Children. Retrieved from https://www.msdmanuals.com/professional/pediatrics/symptoms-in-infants-and-children/constipation-in-children
- Medical News Today. What causes constipation in babies? Retrieved from https://www.medicalnewstoday.com/articles/what-causes-constipation-in-babies
- Children’s Minnesota. Abdominal Massage. Retrieved from https://www.childrensmn.org/educationmaterials/childrensmn/article/16346/abdominal-massage-/
- The Bump. How to Identify and Relieve Baby Constipation. Retrieved from https://www.thebump.com/a/baby-constipation-signs-causes-remedies