Si kecil baru saja selesai menyusu, lalu tiba-tiba gumoh. Tak lama, terdengar suara cegukan berulang kali. Momen seperti ini pasti buat Mams bertanya-tanya, “Apakah ini wajar?” atau bahkan khawatir, “Apakah ada yang salah dengan caraku menyusui?” Reaksi panik tentu sangat wajar, terutama bagi Mams yang baru pertama kali merawat bayi. Kekhawatiran ini muncul sebagai bentuk perhatian terhadap kenyamanan dan kesehatan si kecil.

Namun tenang, gumoh dan cegukan termasuk kondisi yang umum terjadi pada bayi, terutama di bulan-bulan pertama kehidupannya. Meski terlihat mengkhawatirkan, sebagian besar kasus gumoh dan cegukan sebenarnya tidak berbahaya dan akan membaik seiring bertambahnya usia bayi. Meski begitu, penting bagi Mams untuk memahami penyebabnya, mengetahui kapan harus waspada, dan menerapkan cara penanganan yang tepat di rumah.

Mengapa Bayi Sering Gumoh dan Cegukan?

Gumoh terjadi saat susu yang telah diminum bayi naik kembali ke kerongkongan dan keluar melalui mulut. Kondisi ini umum terjadi karena otot sfingter esofagus bagian bawah, yang berfungsi menjaga makanan tetap berada di lambung, belum berkembang sempurna pada bayi. Karena itu, gumoh sering terjadi setelah menyusu, terutama pada bayi di bawah usia enam bulan.

Sementara itu, cegukan disebabkan oleh kontraksi tiba-tiba pada diafragma, otot utama yang membantu proses pernapasan. Cegukan pada bayi bisa dipicu oleh perut yang terlalu penuh, menyusu terlalu cepat, atau menelan udara saat makan. Meski terdengar mengganggu, cegukan pada umumnya tidak menyakitkan dan tidak mengganggu aktivitas bayi seperti tidur atau menyusu.

Mengutip American Academy of Pediatrics dan Mayo Clinic, gumoh dan cegukan termasuk bagian dari proses adaptasi tubuh bayi terhadap dunia luar. Selama bayi terlihat aktif, tidak rewel berlebihan, dan berat badannya bertambah normal, kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan. Seiring pertumbuhan, sistem pencernaan dan kontrol otot bayi akan semakin matang, sehingga gumoh dan cegukan akan berkurang dengan sendirinya.

Kapan Harus Waspada terhadap Gumoh dan Cegukan?

Meski sebagian besar gumoh dan cegukan tergolong normal, ada beberapa tanda yang sebaiknya tidak diabaikan. Misalnya, jika bayi sering gumoh namun berat badannya justru menurun atau tidak bertambah sesuai grafik pertumbuhan. Ini bisa menjadi sinyal bahwa asupan nutrisi tidak terserap dengan baik.

Selain itu, gumoh yang tampak berwarna hijau, kuning pekat, atau bercampur darah juga perlu diwaspadai karena dapat mengindikasikan gangguan pada saluran pencernaan. Jika bayi tampak kesakitan, rewel berlebihan saat gumoh, melengkungkan punggung, atau menolak menyusu, bisa jadi ini bukan sekadar gumoh biasa, melainkan gejala GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), kondisi di mana asam lambung naik dan menyebabkan iritasi.

Begitu pula dengan muntah menyemprot (projectile vomiting) yang bisa menandakan adanya penyumbatan seperti stenosis pilorus. Sedangkan untuk cegukan, bila berlangsung lebih dari 30 menit, muncul terlalu sering, atau sampai mengganggu pernapasan bayi, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Memperhatikan frekuensi, durasi, dan respons bayi terhadap gumoh dan cegukan sangat membantu dalam menentukan langkah penanganan yang tepat.

Cara Aman Mengatasi Gumoh dan Cegukan di Rumah

Agar gumoh dan cegukan tidak mengganggu kenyamanan si kecil, penting bagi Mams mengetahui penanganan yang aman dan sesuai. Yuk, simak cara-cara berikut untuk membantu bayi tetap sehat dan relaks setiap harinya.

1. Atur Posisi Menyusui (Kepala Lebih Tinggi dari Perut)

Saat menyusui, usahakan posisi kepala bayi lebih tinggi dari perut. Baik saat menyusu langsung maupun menggunakan botol, posisi semi-duduk atau tegak akan membantu mencegah susu naik kembali ke kerongkongan. Hindari menyusui bayi dalam posisi berbaring, karena ini bisa meningkatkan risiko gumoh.

2. Rutin Membantu Sendawa

Sendawa setelah menyusu membantu mengeluarkan udara yang tertelan bersama susu. Udara yang terperangkap bisa mendorong susu keluar dan menekan diafragma, menyebabkan gumoh atau cegukan. Cobalah bantu bayi bersendawa setiap 5–10 menit selama menyusu. Mams bisa menggendong di bahu, mendudukkannya di pangkuan sambil menopang leher, atau menidurkannya tengkurap di paha sambil mengusap punggung perlahan.

3. Jangan Langsung Membaringkan Bayi

Berikan waktu jeda sekitar 20–30 menit setelah menyusu sebelum membaringkan bayi. Selama jeda, posisikan tubuh bayi tetap tegak untuk membantu gravitasi menahan isi lambung. Hindari gerakan berlebihan seperti mengayun, mengguncang, atau bermain lompat-lompatan setelah menyusu, karena bisa mendorong isi perut naik kembali ke kerongkongan.

4. Perhatikan Botol dan MPASI

Jika bayi menyusu menggunakan botol, pilih dot dengan aliran lambat agar tidak menelan udara terlalu banyak. Pastikan botol selalu dalam posisi miring agar dot terisi penuh susu. Untuk bayi yang sudah MPASI, perkenalkan makanan secara perlahan, hindari makanan yang berisiko menyebabkan alergi, dan pastikan tekstur makanan sesuai dengan kemampuan menelan bayi.

Gumoh dan Cegukan Bukan Tanda Bayi Tidak Sehat

Mams, gumoh dan cegukan bukanlah tanda bahwa bayi sedang sakit atau Mams melakukan kesalahan dalam perawatan. Justru, ini bagian alami dari proses tumbuh kembang sistem pencernaan dan pernapasan bayi. Selama si kecil tetap nyaman, aktif, dan tumbuh sesuai kurva, kondisi ini masih tergolong normal. Dengan pemahaman yang tepat, Mams bisa lebih tenang dalam menghadapi gumoh dan cegukan, tanpa perlu cemas berlebihan.

Ingat, seiring waktu, sistem tubuh bayi akan semakin matang dan refleks seperti gumoh serta cegukan akan semakin jarang terjadi. Momen-momen ini mungkin membuat Mams khawatir, tapi percayalah, semuanya akan berlalu. Yang terpenting, terus pantau kondisi si kecil dan jangan ragu berkonsultasi jika ada tanda-tanda yang tidak biasa.

A Word from Navila

Gumoh dan cegukan mungkin terdengar sepele, tapi bagi Mams yang baru belajar mengenali pola bayi, ini bisa jadi pengalaman yang menegangkan. Kabar baiknya, dengan sedikit penyesuaian seperti memperbaiki posisi menyusui, membiasakan sendawa, dan memberi jeda sebelum bayi tidur, Mams bisa membantu si kecil merasa lebih nyaman.

Minyak Telon Navila All Variants

Sebagai pelengkap perawatan setelah menyusui, Mams juga bisa mengoleskan Minyak Telon Navila. Formulanya yang lembut bantu menghangatkan tubuh bayi, meredakan perut kembung, dan menenangkan setelah gumoh atau cegukan. Dengan aroma khas yang menenangkan, bayi pun bisa tidur lebih nyenyak dan merasa lebih nyaman sepanjang hari.


References

  • Pediatric Care Advice. (2024). Spitting Up (Normal Reflux). Pediatric Patient Education. https://publications.aap.org/patiented/article-abstract/doi/10.1542/ppe_schmitt_225/82406
  • Healthy Children. Reflux (Spitting Up). Retrieved from https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/symptom-checker/Pages/symptomviewer.aspx
  • Mayo Clinic. Hiccups. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hiccups/symptoms-causes/syc-20352613
  • Cleveland Clinic. Here’s What to Do When Your Baby Has the Hiccups. Retrieved from https://health.clevelandclinic.org/heres-what-to-do-when-your-baby-has-the-hiccups
  • Sanford Health. When baby spit up becomes more of a concern. Retrieved from https://news.sanfordhealth.org/childrens/baby-spit-becomes-concern/
  • Mayo Clinic. Infant and toddler health. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/basics/infant-and-toddler-health/hlv-20049400
  • Parents. What to Know About Newborn Hiccups. Retrieved from https://www.parents.com/newborn-hiccups-what-to-do-8351124
  • American Hospital. Spitting up in babies: What’s normal, what’s not. Retrieved from https://www.amerikanhastanesi.org/mayo-clinic-care-network/mayo-clinic-health-information-library/first-aid/spitting-up-in-babies-what-s-normal-what-s-not