Bunda dan Ayah pasti sering merasa gemas dengan si kecil, apalagi saat ia masih bayi dengan aroma wangi minyak telon yang khas. Menunjukkan kasih sayang kepada anak tentu hal yang wajar dan sangat dianjurkan. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam cara menunjukkan kasih sayang tersebut, salah satunya adalah kebiasaan mencium bibir anak. Lalu, bolehkah cium bibir anak? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!
Cium Bibir Anak Bisa Tularkan Penyakit, Benarkah?
Bayi terlahir dengan mulut yang steril, namun virus dan bakteri bisa masuk ke tubuh mereka, termasuk melalui ciuman di bibir. Bakteri seperti Streptococcus Mutans, penyebab gigi berlubang, mulai muncul setelah gigi susu pertama tumbuh. Namun, sebelum itu, virus dan bakteri dapat ditularkan dari orang tua melalui air liur atau kontak langsung.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan bakteri di mulut sejak dini meningkatkan risiko gigi berlubang. Selain itu, penyakit seperti periodontitis, yang menyebabkan peradangan gusi dan kerusakan jaringan hingga tulang, juga dapat menular dari orang tua ke anak, seperti:
- Pilek
- Herpes
- Mononukleosis infeksiosa
- Meningitis
- Hepatitis B
- Kutil
Lalu, bagaimana cara mencegah penularan bakteri ke bayi?
- Jaga kebersihan mulut baik untuk Bunda maupun si kecil.
- Jika Buna memiliki masalah mulut yang belum diobati atau rentan terhadap kerusakan gigi, hindari berbagi alat makan dengan bayi, tidak membersihkan empeng bayi dengan mulut, serta jangan meniup atau mencicipi makanan dengan sendok yang sama.
- Jangan berbagi sikat gigi.
- Hindari mencium bibir bayi.
Dampak Psikologis Cium Bibir Anak
Keinginan orang tua untuk menunjukkan kasih sayang kepada anak, termasuk mencium bibir, dianggap wajar oleh sebagian orang. Namun, psikolog mengingatkan bahwa kebiasaan ini bisa berdampak negatif secara psikologis, kesehatan, dan pemahaman anak terhadap batasan sosial.
1. Risiko Munculnya “Victim Syndrome” pada Anak
Menjaga batasan pribadi penting untuk perkembangan anak. Menurut psikolog Charlotte Reznick, mencium bibir anak dapat memberi pesan bahwa privasi mereka tidak dihormati.
Anak yang tidak paham batasan cenderung kesulitan mengekspresikan diri dan rentan mengalami “victim syndrome,” yakni sikap pasif yang membuat mereka merasa tidak memiliki kendali atas hidupnya. Kebiasaan ini dapat menghambat anak menghadapi tantangan dengan percaya diri dan mandiri.
2. Ciuman di Bibir Tidak Higienis
Berbagi air liur melalui ciuman bibir tidak higienis, terutama karena sistem imun anak belum sepenuhnya berkembang. Para ahli kesehatan mengingatkan bahwa beberapa penyakit dapat menular melalui air liur. Dengan menghindari kontak ini, orang tua dapat membantu melindungi kesehatan anak.
3. Anak Bisa Salah Paham tentang Ciuman di Bibir
Anak cenderung meniru perilaku orang tua. Jika mencium bibir dianggap biasa, mereka bisa meniru tindakan ini pada orang lain, tanpa memahami bahwa ciuman bibir bersifat lebih intim. Para ahli menyarankan untuk mengganti ciuman bibir dengan ciuman di pipi atau dahi agar anak memahami cara mengekspresikan kasih sayang dengan lebih tepat.
4. Anak Bisa Merasa Tidak Nyaman
Seiring bertambah usia, anak bisa merasa tidak nyaman dengan ciuman di bibir. Namun, banyak orang tua tidak menyadari kapan harus berhenti. Hal ini dapat membuat anak malu atau canggung, tetapi mereka seringkali tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya.
Pandangan Budaya Cium Bibir Anak di Berbagai Belahan Dunia
Sekarang, mari kita melihat bagaimana budaya yang berbeda memandang tentang bolehkah cium bibir anak. Pandangan terhadap cium bibir anak beragam di berbagai budaya:
- Barat: Sebagian keluarga menganggapnya sebagai ungkapan cinta, sementara lainnya menilai tidak pantas.
- Afrika & Timur Tengah: Cium bibir sesama jenis atau antara orang tua dan anak lebih diterima.
- Jepang: Ungkapan kasih sayang lebih tertahan, biasanya dalam bentuk membungkuk.
- Indonesia: Cium bibir anak dianggap kurang lazim dan sering dipandang sebagai tindakan intim yang lebih sesuai untuk pasangan suami istri.
Norma dari budaya-budaya ini membentuk persepsi kita tentang apa yang dianggap pantas. Apa yang tampak normal di satu budaya bisa dianggap aneh atau bahkan menyinggung di budaya lain. Keberagaman budaya ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga pikiran terbuka dan tidak cepat menghakimi.
Alternatif Lain yang Bisa Bunda Lakukan dalam Mengekspresikan Kasih Sayang
Jika mencium bibir dianggap tidak sesuai oleh keluarga atau masyarakat, Bunda tetap bisa mengekspresikan kasih sayang kepada si kecil melalui cara lain yang lebih aman dan bermanfaat.
Pelukan adalah salah satu cara universal untuk menunjukkan cinta. Selain penuh kasih, pelukan juga memberikan manfaat sentuhan fisik tanpa risiko atau kontroversi.
Mengungkapkan kata-kata cinta juga sangat efektif. Ucapan sederhana seperti “Aku sayang kamu” atau pujian dapat memberikan dampak positif yang besar pada kesejahteraan emosional anak. Hal ini didukung oleh penelitian yang menekankan pentingnya komunikasi positif dalam perkembangan anak.
Selain itu, menghabiskan waktu berkualitas bersama si kecil merupakan cara yang luar biasa untuk menunjukkan kasih sayang sekaligus mempererat bonding. Aktivitas seperti membaca cerita sebelum tidur, bermain, atau jalan-jalan bersama menciptakan kenangan indah yang mendalam.
Kesimpulannya, mencium bibir anak sebaiknya dihindari karena risiko kesehatan seperti penularan penyakit dan dampak psikologis yang dapat memengaruhi pemahaman batasan pribadi anak. Pilihlah cara lain yang lebih aman untuk mengekspresikan kasih sayang agar kesehatan dan perkembangan emosional si kecil tetap terjaga.
Bunda mau informasi seputar moms and baby lainnya? Ayo kunjungi media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Sehat selalu Bunda dan si kecil!