Punya balita yang susah makan? Hanya mau makan itu-itu saja, menolak sayur, atau memilih makanan berdasarkan warna dan bentuk? Jangan khawatir Mams, kondisi seperti ini umum terjadi dan dikenal dengan istilah picky eater. Meski terlihat sepele, jika tidak ditangani dengan tepat, kebiasaan ini bisa memengaruhi tumbuh kembang si kecil.

Tapi tenang, ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu anak melewati fase ini. Tanpa harus memaksa, tanpa membuat waktu makan jadi medan perang. Artikel ini akan membahas penyebab dan cara ampuh mengatasi picky eater pada balita. Yuk, ubah waktu makan jadi momen seru dan penuh nutrisi untuk si kecil!

Apa Itu Picky Eater pada Balita dan Mengapa Bisa Terjadi?

Picky eater adalah kondisi umum pada balita di mana anak menolak berbagai jenis makanan. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, sensitivitas sensorik, atau pengalaman makan yang kurang menyenangkan di masa awal. Anak juga bisa menjadi picky eater karena sedang mencari kontrol dalam hidupnya, termasuk saat memilih makanan. Lingkungan rumah dan cara orang tua menyikapi makan juga punya pengaruh besar.

Studi internasional menunjukkan bahwa anak picky eater sering kali memiliki temperamen sensitif atau pernah mengalami tekanan saat makan. Memaksa anak makan atau memberi hadiah bisa memperburuk kebiasaan ini. Sebaliknya, pendekatan yang sabar, tanpa tekanan, dan penuh variasi lebih efektif. Orang tua perlu memahami bahwa picky eating bisa diatasi dengan pola asuh yang responsif dan konsisten.

Cara Efektif Mengatasi Picky Eater pada Balita

Berikut beberapa cara yang bisa Mams lakukan dalam atasi picky eating pada si kecil, yaitu:

1. Menciptakan Waktu Makan yang Menyenangkan

Waktu makan sebaiknya menjadi momen yang menyenangkan, bukan penuh tekanan. Saat suasana santai dan positif, anak akan lebih terbuka terhadap berbagai jenis makanan. Hindari marah atau membandingkan anak dengan orang lain saat makan. Sebaliknya, jadikan kegiatan makan sebagai kebiasaan yang hangat dan menyenangkan.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Maternal & Child Nutrition menunjukkan bahwa suasana makan yang menyenangkan dapat meningkatkan perilaku makan yang sehat. Anak yang makan dalam suasana tenang cenderung lebih mau mencoba makanan baru. Ini penting untuk membentuk kebiasaan makan jangka panjang. Jadi, fokuslah pada interaksi positif selama waktu makan.

2. Menggunakan Metode “Tawarkan, Jangan Paksa”

Memaksa anak makan justru bisa membuatnya semakin menolak makanan. Metode yang lebih efektif adalah dengan menawarkan makanan tanpa paksaan. Biarkan anak memilih sendiri dari beberapa pilihan sehat. Ini memberi anak rasa kontrol dan membuatnya merasa dihargai.

Menurut Harvard Health, tekanan saat makan bisa membuat anak merasa cemas dan kehilangan selera makan. Sebaliknya, pendekatan yang lembut dapat meningkatkan kepercayaan anak terhadap makanan baru. Orang tua perlu sabar dan konsisten dalam menawarkan pilihan. Jangan khawatir jika anak menolak di awal, karena penerimaan butuh waktu.

3. Memperkenalkan Makanan Baru Secara Bertahap

Jangan langsung memperkenalkan banyak makanan baru sekaligus. Mulailah dari satu jenis makanan baru, lalu kombinasikan dengan makanan yang sudah disukai anak. Ini membantu si kecil merasa lebih aman saat mencoba hal baru. Ingat, balita butuh waktu untuk terbiasa dengan rasa dan tekstur yang berbeda.

Organisasi ZERO TO THREE menyarankan untuk memperkenalkan makanan baru berulang kali tanpa tekanan. Anak bisa memerlukan 10–15 kali paparan sebelum benar-benar menyukai makanan tertentu. Jadi, jika anak menolak, bukan berarti dia tidak akan pernah suka. Kuncinya ada pada kesabaran dan konsistensi.

4. Libatkan Anak dalam Proses Memasak

Anak cenderung lebih tertarik dengan makanan yang dia bantu siapkan. Libatkan si kecil dalam kegiatan sederhana seperti mencuci sayur atau mengaduk adonan. Kegiatan ini bisa membangun rasa penasaran dan tanggung jawab terhadap makanan. Selain itu, memasak bersama juga mempererat hubungan emosional.

Studi dari jurnal Appetite menunjukkan bahwa anak yang terlibat dalam memasak makanannya lebih banyak mengonsumsi sayur. Aktivitas memasak juga membuat anak lebih mengenal berbagai bahan makanan. Anak akan merasa bangga karena ikut berkontribusi. Ini dapat meningkatkan minat anak pada makanan sehat.

5. Ciptakan Variasi Makanan yang Kreatif

Presentasi makanan bisa sangat berpengaruh pada minat makan anak. Sajikan makanan dalam bentuk lucu seperti wajah binatang atau karakter kartun. Gunakan warna-warna cerah dari sayur dan buah alami. Ini akan membuat anak lebih tertarik untuk mencicipi.

Menurut Illinois Early Learning Project, makanan yang disajikan secara menarik bisa mengurangi sikap pilih-pilih. Nama makanan yang lucu juga bisa membantu, misalnya “nasi pelangi” atau “sup super power”. Ini mengubah persepsi anak terhadap makanan sehat yang sebelumnya ditolak. Kreativitas bisa menjadi alat bantu penting bagi orang tua.

Bagaimana Cara Memperbaiki Balita yang Pilih-Pilih Makanan?

Penelitian menunjukkan bahwa anak lebih mudah menerima makanan baru jika orang tua menjadi contoh yang baik dan tidak memaksa saat makan. Mengajak anak ikut memasak dan menciptakan suasana makan yang menyenangkan juga bisa meningkatkan minat mereka mencoba makanan baru.

Selain itu, penting untuk menawarkan makanan baru secara bertahap dan berulang, tanpa memberi tekanan atau menjadikannya sebagai hadiah atau hukuman. Faktor genetik juga berperan, jadi setiap anak butuh waktu berbeda untuk terbiasa. Dengan sabar dan terus mencoba cara yang tepat, kebiasaan makan balita bisa diperbaiki secara bertahap dan sehat.

Sampai Kapan Anak Bisa Jadi Picky Eater?

Picky eating atau pilih-pilih makanan pada balita umumnya terjadi antara usia 3 sampai 5 tahun dan biasanya bersifat sementara. Namun, beberapa anak bisa mengalami picky eating lebih lama, tergantung faktor genetik, temperamen, dan pengalaman makan awal. Orang tua perlu sabar dan terus mengenalkan berbagai jenis makanan dengan cara yang menyenangkan agar anak bisa melewati fase ini.

Meski begitu, jika picky eating berlangsung lama hingga anak mengalami penurunan berat badan atau masalah gizi, sebaiknya segera konsultasi ke dokter atau ahli gizi. Tanda lain yang perlu diperhatikan adalah gangguan perkembangan atau perubahan perilaku yang serius. Dengan begitu, intervensi yang tepat bisa diberikan agar tumbuh kembang anak tetap optimal.

A Word From Navila

Sebagai orang tua, peran Mams dan Paps sangat penting sekali untuk membantu si kecil yang picky eater. Dengan sabar dan kreatif, Mams dan Paps bisa membuat si kecil lebih nyaman dan tertarik mencoba makanan baru. Suasana makan yang seru dan pilihan makanan sehat yang konsisten akan bantu membentuk kebiasaan makan yang baik sejak dini. Ingat ya Mams, proses ini perlu waktu, tapi dengan cara tepat mengatasi picky eater pada balita, si kecil bakal mulai suka dan nggak takut makan beragam makanan.

Biar makin mudah, yuk cek resep camilan sehat untuk anak. Ada banyak ide camilan enak dan bergizi yang pasti disukai buah hati, jadi waktu makan jadi lebih menyenangkan dan penuh cinta. Cek selengkapnya di: Resep Camilan Sehat untuk Anak Usia 1-5 Tahun Bergizi.


References

  • The Bump. Genetics Play a Major Role in Picky Eating, Research Reveals. Retrieved from https://www.thebump.com/news/picky-eater-genetics
  • Powell, F., Farrow, C., Meyer, C., & Haycraft, E. (2017). The importance of mealtime structure for reducing child food fussiness. Maternal & child nutrition, 13(2), e12296. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/mcn.12296
  • Harvard Health Publishing. Study gives insight — and advice — on picky eating in children. Retrieved from https://www.health.harvard.edu/blog/study-gives-insight-and-advice-on-picky-eating-in-children-2020060920004
  • ZERO to THREE. Research-Based Mealtime Hacks for “Picky” Eaters. Retrieved from https://www.zerotothree.org/resource/research-based-mealtime-hacks-for-picky-eaters
  • Van der Horst, K., Ferrage, A., & Rytz, A. (2014). Involving children in meal preparation. Effects on food intake. Appetite, 79, 18-24. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0195666314001573
  • Illinois. Picky Eaters. Retrieved from https://illinoisearlylearning.org/toolkits/picky-eaters/
  • Mascola, A. J., Bryson, S. W., & Agras, W. S. (2010). Picky eating during childhood: a longitudinal study to age 11 years. Eating behaviors, 11(4), 253-257. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1471015310000528
  • Chao, H. C. (2018). Association of picky eating with growth, nutritional status, development, physical activity, and health in preschool children. Frontiers in pediatrics, 6, 22. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fped.2018.00022/full