Mams, saat si kecil mulai menolak makanan favoritnya atau tampak lesu karena kurang makan, kekhawatiran tentu muncul. Wajar jika Mams langsung mencari solusi cepat untuk mengembalikan selera makannya. Salah satu cara yang sering dipilih orang tua adalah memberikan vitamin penambah nafsu makan yang banyak beredar di pasaran.
Dengan rasa yang manis dan kemasan yang menarik, suplemen ini tampak seperti pilihan praktis. Tapi, di balik kemudahannya, penting bagi Mams untuk tidak langsung tergiur. Apakah vitamin seperti ini benar-benar dibutuhkan oleh anak? Apakah penggunaannya aman dalam jangka panjang? Mari kita bahas lebih dalam agar Mams bisa mengambil keputusan yang tepat dan bijak.
Kapan Anak Membutuhkan Vitamin Penambah Nafsu Makan?
Sebenarnya, nafsu makan anak bisa naik-turun seiring fase tumbuh kembangnya. Misalnya saat tumbuh gigi, mengalami infeksi ringan, atau ketika ada perubahan rutinitas harian, anak mungkin akan makan lebih sedikit dari biasanya. Dalam kondisi ini, selera makan anak biasanya akan pulih sendiri tanpa perlu intervensi khusus.
Namun, bila penurunan nafsu makan berlangsung lama dan disertai tanda-tanda seperti berat badan tidak bertambah, anak tampak lemas, atau pertumbuhan terhambat, sebaiknya Mams berkonsultasi ke dokter. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan American Academy of Pediatrics (AAP), suplemen hanya dibutuhkan bila ada gangguan gizi atau defisiensi mikronutrien tertentu, seperti zinc atau vitamin B1.
Pemberian suplemen tanpa alasan medis bisa menimbulkan risiko. Mengonsumsi vitamin sembarangan berisiko menyebabkan kelebihan zat tertentu yang justru mengganggu fungsi tubuh. Oleh karena itu, fokus utama tetap pada pola makan seimbang dan suasana makan yang positif. Seperti disampaikan oleh dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K), suasana makan yang menyenangkan jauh lebih efektif untuk meningkatkan selera makan dibanding ketergantungan pada suplemen.
Efek Samping Vitamin Nafsu Makan Anak yang Perlu Diwaspadai
Meskipun kandungan seperti zinc, vitamin B kompleks, atau bahan herbal bisa membantu meningkatkan selera makan, masing-masing memiliki efek samping yang patut diwaspadai. Zinc dalam dosis tinggi bisa menimbulkan nyeri lambung dan mual, sementara vitamin B kompleks berlebihan dapat memicu gangguan tidur atau perubahan suasana hati.
Beberapa bahan herbal seperti ginseng atau echinacea juga tidak selalu cocok untuk anak. Studi dari European Journal of Nutrition mencatat bahwa konsumsi suplemen tanpa indikasi medis bisa mengganggu metabolisme anak. Gangguan pencernaan, perubahan berat badan, hingga ketidakseimbangan hormon menjadi risiko yang mungkin muncul, apalagi jika suplemen digunakan terus-menerus.
Gejala seperti muntah, diare, pusing, atau perubahan perilaku (seperti mudah marah atau hiperaktif) bisa menjadi tanda anak tidak cocok dengan suplemen yang diberikan. Bila gejala ini muncul, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan ke dokter. Ingat, penggunaan suplemen sebaiknya selalu berada di bawah pengawasan medis, bukan karena rekomendasi dari luar yang belum tentu tepat untuk kondisi anak Mams.
Cara Memberikan Suplemen Vitamin yang Aman untuk Anak
Bila memang dibutuhkan, pemberian vitamin tetap harus mengikuti panduan medis. IDAI menyatakan bahwa anak dengan pola makan sehat umumnya tidak memerlukan suplemen tambahan, kecuali ada kekurangan nutrisi tertentu. AAP juga menetapkan dosis vitamin D harian yang aman, yaitu 400 IU untuk bayi di bawah 1 tahun, dan 600 IU untuk anak yang lebih besar.
Mams perlu memperhatikan tanda-tanda ketidakcocokan seperti ruam, gangguan pencernaan, atau anak jadi rewel setelah mengonsumsi vitamin. Selain itu, kandungan tambahan seperti pewarna, pemanis buatan, dan perisa sintetis juga bisa memicu alergi atau gangguan lainnya. Oleh karena itu, penting untuk membaca label dengan cermat sebelum membeli suplemen.
Jangan lupa, beberapa produk vitamin dikemas menyerupai permen, yang bisa meningkatkan risiko dikonsumsi berlebihan oleh anak. Selalu simpan suplemen di tempat yang aman, jauh dari jangkauan si kecil. Dan yang paling penting, selalu konsultasikan ke dokter sebelum memberikan suplemen, khususnya jika anak masih di bawah usia 4 tahun atau memiliki kondisi kesehatan khusus.
Cara Alami dan Efektif Meningkatkan Nafsu Makan Anak
Daripada langsung memberi suplemen, cobalah pendekatan yang lebih alami. Suasana makan yang menyenangkan dan bebas tekanan terbukti membantu anak makan dengan lebih lahap. Studi dari Obesity Reviews menunjukkan bahwa pendekatan psikologis ini lebih efektif dalam jangka panjang dibanding hanya mengandalkan vitamin.
Mams bisa mencoba menyajikan makanan dengan cara yang menarik, seperti memotong buah dalam bentuk lucu atau mengombinasikan warna sayur yang cerah. Penyajian kreatif bisa meningkatkan minat makan anak hingga sepertiga. Jadwal makan yang konsisten juga membantu anak mengenali rasa lapar secara alami dan mencegah ngemil berlebihan.
Anak juga lebih semangat makan saat dilibatkan dalam menyiapkan makanan. Studi dari Journal of Nutrition Education and Behavior mencatat bahwa anak yang ikut memasak lebih terbuka mencoba makanan baru. Sajikan juga camilan sehat seperti smoothies, bola-bola tempe, atau yoghurt dingin yang tidak hanya lezat, tapi juga menyehatkan. Selain itu, makanan tinggi serat dan probiotik seperti tempe dan buah-buahan bisa menjaga kesehatan pencernaan dan merangsang hormon lapar secara alami.
A Word from Navila
Suplemen penambah nafsu makan memang bisa terasa praktis, tapi bukan solusi utama. Saat anak susah makan, yang terpenting adalah mencari tahu penyebab di balik hilangnya selera makan itu. Apakah karena bosan, stres, atau rutinitas yang membosankan? Dengan memahami akar masalahnya, Mams bisa mengambil langkah yang lebih tepat dan berkelanjutan.
Daripada langsung memilih suplemen, yuk mulai dari perubahan kecil yang menyenangkan, misalnya lewat camilan sehat buatan sendiri. Camilan yang menarik dan penuh nutrisi bisa menjadi cara lembut untuk membangun kembali kebiasaan makan yang baik. Navila sudah menyiapkan kumpulan inspirasi camilan sehat dan lezat untuk anak. Yuk, intip ide camilannya di: Resep Camilan Sehat untuk Anak.
References
- IDAI. Masalah Saluran Cerna Anak: Penyebab dan Mengatasinya. Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/masalah-saluran-cerna-anak-penyebab-dan-mengatasinya
- Healthy Children. Where We Stand: Vitamin Supplements for Children. Retrieved from https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Where-We-Stand-Vitamins.aspx
- Christensen, C., Matthiessen, J., Fagt, S., & Biltoft-Jensen, A. (2023). Dietary supplements increase the risk of excessive micronutrient intakes in Danish children. European Journal of Nutrition, 62(6), 2449-2462.
- IDAI. Perlukah Suplemen Vitamin D? Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/perlukah-suplemen-vitamin-d
- Verywell Health. Is Your Child Getting Enough Vitamins? Retrieved from https://www.verywellhealth.com/kids-vitamins-11725731
- Wang, J., Chang, Y. S., Wei, X., Cao, Y., & Winkley, K. (2024). The effectiveness of interventions on changing caregivers’ feeding practices with preschool children: A systematic review and meta‐analysis. Obesity Reviews, 25(4), e13688.
- Maiz, E., Urkia-Susin, I., Urdaneta, E., & Allirot, X. (2021). Child involvement in choosing a recipe, purchasing ingredients, and cooking at school increases willingness to try new foods and reduces food neophobia. Journal of Nutrition Education and Behavior, 53(4), 279-289.