Setiap anak pasti pernah merasakan kecewa, sedih, atau takut. Hal-hal sederhana seperti kalah saat bermain, kehilangan barang kesayangan, atau merasa tidak diterima oleh teman bisa menimbulkan luka emosional yang kerap tak terlihat. Meskipun tampak sepele bagi orang dewasa, pengalaman ini menyisakan bekas yang bisa memengaruhi rasa percaya diri dan perkembangan mental anak jika tidak segera ditangani.
Di sinilah konsep emotional first aid hadir sebagai bentuk pertolongan pertama yang penting untuk merawat luka emosional sehari-hari. Tidak seperti psychological first aid yang diterapkan saat terjadi krisis besar, emotional first aid bisa dilakukan oleh orang tua dalam situasi sehari-hari.
Artikel ini akan membantu Mams memahami lebih dalam tentang emotional first aid, bagaimana perbedaannya dengan psychological first aid, serta langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk mendampingi si kecil secara emosional.
Apa Itu Emotional First Aid dan Apa Bedanya dengan Psychological First Aid?
Emotional first aid adalah pertolongan pertama untuk luka emosional kecil yang dialami anak dalam keseharian. Contohnya seperti rasa kecewa karena gagal, takut ditinggal, atau sedih saat kehilangan sesuatu yang disayangi. Konsep ini diperkenalkan oleh psikolog Guy Winch, yang menekankan bahwa luka emosional perlu dirawat dengan serius sebagaimana luka fisik. Jika luka batin ini dibiarkan, dampaknya bisa menumpuk dan memengaruhi perkembangan mental anak dalam jangka panjang.
Sementara itu, psychological first aid (PFA) lebih digunakan dalam situasi luar biasa seperti bencana, kecelakaan, atau trauma berat. PFA biasanya diberikan oleh tenaga profesional dan bersifat terstruktur, dengan tujuan utama memberikan rasa aman, menenangkan korban, dan menghubungkannya dengan dukungan yang tepat.
Jadi, emotional first aid berfokus pada keseharian dan dapat dilakukan oleh orang tua di rumah, sedangkan PFA lebih relevan untuk kondisi krisis besar yang membutuhkan penanganan ahli.
Mengapa Emotional First Aid Penting untuk Perkembangan Anak?
Setiap hari, anak bisa mengalami berbagai perasaan tidak nyaman yang mungkin tampak sepele, mulai dari diejek teman, gagal dalam lomba, hingga kehilangan mainan favorit. Bila emosi seperti ini terus-menerus diabaikan, anak bisa mulai merasa tidak cukup baik, takut mencoba lagi, atau justru menjadi mudah tersinggung. Dalam jangka panjang, ini bisa memengaruhi perkembangan rasa percaya dirinya.
Ketika orang tua hadir untuk mengakui dan memvalidasi perasaan anak, mereka sebenarnya sedang membangun pondasi penting untuk regulasi emosi. Anak jadi lebih mampu menghadapi frustrasi dan belajar bahwa semua emosi, baik maupun buruk, layak diakui. Ini tidak hanya memperkuat harga diri mereka, tapi juga membantu anak mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan lebih sehat.
Lebih dari itu, emotional first aid juga menumbuhkan daya lenting atau resilience pada anak. Anak yang terbiasa mendapatkan dukungan emosional akan lebih mudah bangkit dari kegagalan dan tidak mudah larut dalam kekecewaan. Sebaliknya, anak yang emosinya sering diabaikan cenderung menyimpan luka psikologis yang bisa terbawa hingga dewasa. Maka, memberikan pertolongan pertama emosional sejak dini bukan hanya penting, tapi juga merupakan investasi berharga bagi kesehatan mental anak di masa depan.
Cara Menerapkan Emotional First Aid di Rumah
Mams, menerapkan emotional first aid tak harus rumit. Mulailah dengan langkah-langkah sederhana berikut ini untuk mendampingi emosi anak secara tepat.
1. Hadirkan Rasa Aman Saat Anak Sedang Emosi
Langkah pertama yang paling krusial adalah menciptakan rasa aman. Saat anak sedang sedih, marah, atau kecewa, mereka tidak membutuhkan nasihat panjang lebar terlebih dahulu. Yang mereka butuhkan adalah pelukan, kehadiran orang tua, atau aktivitas sederhana yang bisa menenangkan. Gestur sederhana ini memberi sinyal bahwa mereka aman dan tidak sendirian.
Keamanan emosional ini menjadi fondasi sebelum anak siap bicara. Bila Mams langsung memberi solusi tanpa menenangkan, besar kemungkinan anak tidak merasa dimengerti. Maka dari itu, beri waktu bagi anak untuk menenangkan diri, sambil menunjukkan bahwa Mams siap mendampingi mereka dengan penuh kasih.
2. Validasi Perasaan Anak dengan Tulus
Setelah suasana hati anak mulai mereda, bantu mereka menamai dan mengakui perasaannya. Kalimat seperti, “Mama ngerti kamu kecewa ya,” atau “Pasti sedih banget rasanya kehilangan boneka kesayangan,” bisa menjadi bentuk validasi yang sangat berarti bagi anak. Validasi menunjukkan bahwa emosi mereka bukan sesuatu yang harus disangkal, tapi boleh dirasakan.
Banyak anak belum mampu menjelaskan perasaannya sendiri. Ketika Mams membantu menyuarakan emosi mereka, anak merasa lebih dimengerti dan dihargai. Hal ini penting untuk membangun rasa percaya dan membiasakan anak mengelola emosinya secara sehat.
3. Ajarkan Kosakata Emosi dan Ajak Menyelesaikan Masalah
Emotional first aid juga mencakup proses mengenalkan anak pada bahasa emosi. Dengan mengenali nama-nama perasaan seperti marah, kecewa, bingung, atau cemas, anak jadi lebih mudah mengungkapkan dan memahami apa yang sedang mereka rasakan. Ini adalah langkah awal menuju kecerdasan emosional.
Setelah mengenali emosinya, bantu anak mencari solusi ringan. Bisa berupa teknik napas, aktivitas pengalihan, atau merancang respon positif terhadap situasi serupa. Tidak harus rumit, yang penting anak merasa mampu mengatasi masalahnya dengan dukungan orang tua.
4. Bangun Konsistensi dalam Merespons Emosi Anak
Yang tak kalah penting, Mams, adalah menjaga konsistensi dalam merespons emosi anak. Anak akan merasa lebih aman dan percaya diri ketika tahu bahwa apapun yang mereka rasakan, orang tuanya selalu siap menerima dan mendengarkan tanpa menghakimi. Konsistensi ini memberi sinyal bahwa perasaan mereka valid setiap saat, bukan hanya ketika orang tua sedang ‘sabar’.
Dalam jangka panjang, respons emosional yang konsisten membantu anak mengembangkan ketahanan emosional. Mereka jadi lebih fleksibel dalam menghadapi tekanan, lebih stabil secara psikologis, dan mampu membentuk hubungan sosial yang lebih sehat.
Kapan Emotional First Aid Saja Tidak Cukup?
Walau sangat bermanfaat, emotional first aid tentu memiliki batasnya. Ada kalanya anak menunjukkan gejala emosional yang menetap dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari. Misalnya, anak menjadi sangat menarik diri, sering mengamuk tanpa alasan jelas, sulit tidur dalam jangka panjang, atau kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai.
Jika gejala seperti ini terus berlangsung lebih dari dua minggu, penting bagi Mams untuk segera berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater anak. Pendampingan ahli dapat membantu mengevaluasi kondisi anak secara menyeluruh dan memberikan intervensi yang sesuai. Ini bukan tanda bahwa orang tua gagal, justru menunjukkan tanggung jawab untuk memastikan kesehatan mental anak terjaga dengan optimal.
A Word From Navila
Setiap anak pasti akan menghadapi berbagai bentuk tantangan emosional dalam kesehariannya. Tapi dengan kehadiran Mams yang hangat dan penuh perhatian, si kecil bisa belajar bahwa emosi bukan sesuatu yang menakutkan, melainkan bagian dari tumbuh kembang yang sehat. Melalui emotional first aid, anak akan merasa dihargai, dicintai, dan punya tempat aman untuk kembali kapan pun dia membutuhkan.

Sebagai bentuk perhatian ekstra, Mams juga bisa melengkapi momen hangat ini dengan sentuhan menenangkan, seperti pijatan lembut menggunakan Minyak Telon Navila. Dengan aroma yang menenangkan dan formulasi yang lembut untuk kulit anak, setiap pelukan dan usapan bukan hanya memberi kenyamanan fisik, tapi juga menjadi bagian dari dukungan emosional yang bermakna. Karena kesehatan mental anak dimulai dari pelukan kecil yang konsisten, penuh cinta, dan hadir di saat yang tepat.
References
- URMC. Emotional First Aid. Retrieved from https://www.urmc.rochester.edu/behavioral-health-partners/bhp-blog/september-2018/emotional-first-aid
- Psychology Today. Highly Recommended: Guy Winch’s Book, “Emotional First Aid”. ReTRIEVED FROM https://www.psychologytoday.com/us/blog/turning-straw-into-gold/201403/highly-recommended-guy-winchs-book-emotional-first-aid
- NCTSN. About PFA. Retrieved from https://www.nctsn.org/treatments-and-practices/psychological-first-aid-and-skills-for-psychological-recovery/about-pfa
- Jeon, J., & Park, D. (2024). Your feelings are reasonable: Emotional validation promotes persistence among preschoolers. Developmental Science, 27(5), e13523.
- Chen, H., Hong, Q., Xu, J., Liu, F., Wen, Y., & Gu, X. (2021). Resilience coping in preschool children: the role of emotional ability, age, and gender. International Journal of Environmental Research and Public Health, 18(9), 5027.
- Verywell Mind. Adverse Childhood Experiences (ACEs). Retrieved from https://www.verywellmind.com/what-are-aces-adverse-childhood-experiences-5219030
- NIH. Children and Mental Health: Is This Just a Stage? Retrieved from https://www.nimh.nih.gov/health/publications/children-and-mental-health
- Mayo Clinic. Mental illness in children: Know the signs. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/mental-illness-in-children/art-20046577