Setiap ibu memiliki perjalanan menyusui yang berbeda-beda, penuh tantangan dan kebahagiaan tersendiri. Ada ibu yang dengan lancar menyusui sejak hari pertama, sementara ada pula yang harus berjuang lebih keras agar ASI bisa lancar.
Meski ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, memberikan ASI tidak selalu mudah, dan itu bukanlah cerminan dari kemampuan Bunda sebagai orang tua. Untuk beberapa ibu, susu formula bisa menjadi solusi yang membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, tanpa rasa bersalah. Tapi jika ASI tidak keluar bolehkah minum susu formula? Mari temukan jawabannya pada artikel berikut ini!
Penyebab ASI Tidak Keluar
Bunda, kalau ASI belum keluar setelah melahirkan, jangan khawatir apalagi menyalahkan diri sendiri, ya. Ini bukan kesalahan Bunda, dan banyak ibu lain juga mengalami hal yang sama. Biasanya, produksi ASI akan meningkat secara bertahap dalam 1–2 minggu ke depan. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan ASI terlambat keluar, di antaranya:
- Stres dan kecemasan, yang sering dialami ibu baru.
- Melahirkan prematur, terutama jika bayi harus dipisahkan dari Bunda setelah lahir.
- Obesitas, yang dapat memengaruhi hormon tubuh.
- Riwayat infeksi atau penyakit disertai demam, yang memengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan.
- Proses melahirkan dengan operasi caesar, yang membutuhkan waktu pemulihan lebih lama.
- Bed rest selama kehamilan, yang bisa memengaruhi stamina tubuh saat melahirkan.
- Gangguan tiroid, yang berhubungan dengan hormon produksi ASI.
- Trauma melahirkan atau perdarahan pascapersalinan, yang bisa menghambat produksi hormon.
- Tidak menyusui segera setelah melahirkan, sehingga rangsangan produksi ASI belum optimal.
Karena produksi ASI sangat bergantung pada seberapa sering ASI dikeluarkan (baik melalui menyusui langsung atau memompa), penting bagi Bunda untuk rutin merangsang payudara. Semakin sering ASI dan kolostrum dikeluarkan, semakin besar peluang ASI akan keluar lebih banyak.
Namun, jika Bunda sudah mencoba rutin memompa atau menyusui tapi ASI belum banyak, ingat bahwa setiap tubuh bekerja dengan cara yang berbeda. Yang penting, tetap beri diri sendiri waktu dan pengertian. Lakukan langkah-langkah kecil untuk membantu tubuh beradaptasi, mulai dari perbanyak skin-to-skin dengan bayi hingga konsumsi makanan bergizi yang mendukung produksi ASI.
Apakah Susu Formula Solusi Tepat?
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi dari IPB, menjelaskan bahwa waktu terbaik untuk memberikan susu formula kepada anak adalah setelah usia 6 bulan. Namun, jika ASI tidak keluar sejak lahir, pemberian susu formula diperbolehkan sebagai alternatif.
Setiap bayi memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga penting memilih susu formula yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan bayi. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
- Pilih susu formula yang diformulasikan khusus untuk bayi baru lahir (0–6 bulan).
- Perhatikan komposisi kandungan gizinya, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, yang mendekati kebutuhan bayi.
- Pastikan susu formula yang dipilih sudah memiliki izin BPOM dan memenuhi standar keamanan pangan.
Hindari terpengaruh oleh promosi merek tertentu. Fokuslah pada kebutuhan bayi dan konsultasikan pilihan susu formula dengan dokter untuk memastikan cocok dengan kondisi kesehatan si kecil.
Sebelum memutuskan memberikan susu formula, berkonsultasilah dengan dokter atau konselor laktasi. Dokter akan membantu Bunda menentukan apakah bayi memang memerlukan susu formula atau ada cara lain untuk meningkatkan produksi ASI.
Cara Meningkatkan Produksi ASI
Meningkatkan produksi ASI bukan hanya tentang kuantitas, tetapi juga bagaimana menciptakan pengalaman menyusui yang nyaman untuk Bunda dan si kecil. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendukung produksi ASI secara maksimal, mengutip Healthline:
1. Susui Sesuai Permintaan Bayi
Berikan ASI kapanpun bayi menunjukkan tanda lapar, seperti rewel, membuka mulut, atau mengisap jari. Jangan batasi durasi menyusui, biarkan bayi menyusu selama yang ia butuhkan. Pola ini akan memberi sinyal ke tubuh Bunda untuk menghasilkan ASI sesuai kebutuhan bayi.
2. Tawarkan Kedua Payudara Saat Menyusui
Saat menyusui, pastikan bayi menyusu dari kedua sisi payudara. Setelah satu sisi terasa kosong, pindahkan bayi ke payudara lainnya. Hal ini membantu merangsang kedua payudara untuk terus memproduksi ASI. Di sesi menyusui berikutnya, mulailah dari sisi yang terakhir digunakan sebelumnya.
3. Manfaatkan Skin-to-Skin Contact
Kontak kulit dengan bayi sangat penting, terutama di minggu-minggu awal menyusui. Peluk bayi tanpa penghalang pakaian, atau lakukan metode kangaroo care. Sentuhan hangat ini tidak hanya menciptakan ikatan emosional tetapi juga memicu hormon oksitosin, yang berperan penting dalam produksi ASI.
4. Tunda Pemberian Makanan Padat (MPASI)
Sebaiknya tunda pemberian MPASI hingga bayi benar-benar siap, yaitu sekitar usia 6 bulan. Memberikan MPASI terlalu dini dapat mengurangi frekuensi menyusu bayi, yang akhirnya bisa menurunkan produksi ASI.
5. Pastikan Pelekatan yang Baik
Perhatikan posisi dan cara bayi menyusu. Mulut bayi harus melekat sempurna pada payudara, dengan sebagian besar areola masuk ke mulutnya. Pelekatan yang buruk dapat membuat bayi kesulitan mengisap ASI, yang akhirnya memengaruhi stimulasi produksi ASI.
6. Coba Teknik Power Pumping
Jika Bunda merasa produksi ASI masih kurang, power pumping bisa menjadi solusi. Metode ini meniru pola menyusui bayi saat growth spurt untuk meningkatkan produksi. Lakukan siklus memompa seperti ini:
- Pompa selama 20 menit, istirahat 10 menit.
- Pompa lagi 10 menit, istirahat 10 menit.
- Pompa kembali 10 menit.
Lakukan teknik ini satu hingga dua kali sehari untuk hasil optimal.
7. Konsumsi Makanan yang Mendukung Produksi ASI
Makanan laktogenik, seperti daun katuk, bayam, wortel, oatmeal, almond, dan biji fenugreek, dikenal baik untuk memperbanyak ASI. Tambahkan bahan-bahan ini dalam menu harian Bunda untuk mendukung produksi ASI secara alami.
8. Pastikan Tubuh Terhidrasi dengan Baik
Minum air yang cukup sangat penting untuk menjaga produksi ASI. Usahakan minum setidaknya 2–3 liter air setiap hari, atau lebih jika merasa haus. Hindari minuman berkafein yang bisa membuat tubuh kehilangan cairan.
9. ASI Booster
Jika diperlukan, Bunda bisa mencoba suplemen atau produk herbal khusus yang dirancang untuk mendukung produksi ASI. Namun, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya agar sesuai dengan kondisi Bunda.
Bunda bisa menggunakan bantuan lainnya, seperti mengkonsumsi Navila ASI Booster. ASI Booster terbaik ini terbuat dari bahan-bahan alami yang aman dan bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi, seperti klabet, curcuma (kunyit), moringa, dan sauropus androgynus (tanaman katuk).
Navila ASI Booster akan membantu Bunda untuk meningkatkan produksi dan kualitas ASI, melancarkan pencernaan, meningkatkan kekebalan tubuh Bunda dan bayi serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan si kecil.
Kombinasi ASI dan Susu Formula
Jika memungkinkan, prioritaskan memberikan ASI sebagai sumber utama makanan bayi. Selain memberikan gizi, menyusui juga memberikan kenyamanan dan ikatan emosional yang penting bagi bayi. Usahakan untuk memberikan ASI langsung pada sesi menyusui tertentu, dan gunakan susu formula hanya sebagai tambahan jika ASI tidak mencukupi atau bayi kesulitan menyusui langsung.
Bunda bisa memberikan susu formula setelah bayi menyusu ASI, atau jika bayi masih merasa lapar setelahnya. Susu formula dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi dan kalori bayi sesuai dengan dosis yang tepat. Setiap 30 mL susu formula mengandung sekitar 20 kalori, jadi jika Bunda menyiapkannya sesuai petunjuk, bayi akan mendapatkan kalori yang sesuai.
Namun, jangan pernah mencampur susu formula langsung ke dalam ASI. Pastikan susu formula disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk, baru setelah itu bisa diberikan setelah bayi menyusu.
A Word From Navila
Kesimpulannya, ada berbagai alasan yang bisa membuat produksi ASI Bunda terhambat. Tidak perlu merasa bersalah, karena ada banyak cara untuk membantu meningkatkan produksi ASI. Jika ASI Bunda terbatas, pemberian susu formula juga bisa menjadi pilihan. Jadi, jika ASI tidak keluar bolehkah minum susu formula? Jawabannya boleh ya, Bunda, tapi ada beberapa dampak ASI diselingi susu formula yang perlu Bunda perhatikan.
Yang paling penting adalah memastikan nutrisi bayi terpenuhi dan Bunda tetap merasa tenang dalam merawat anak. Bayi Bunda akan baik-baik saja, dan Bunda sudah melakukan hal yang luar biasa. Yang utama adalah memberi nutrisi, karena memberi nutrisi adalah yang terbaik.
References
- Healthline. No Breast Milk After Birth? Here’s Why You Shouldn’t Worry. Retrieved from https://www.healthline.com/health/breastfeeding/no-breast-milk-after-delivery-what-to-do
- NHS UK. Milk supply. Retrieved from https://www.nhs.uk/start-for-life/baby/feeding-your-baby/breastfeeding/breastfeeding-challenges/milk-supply/
- Klik Dokter. Bolehkah Mengombinasikan ASI dengan Susu Formula? Retrieved from https://www.klikdokter.com/ibu-anak/ibu-menyusui/bolehkah-mengombinasikan-asi-dengan-susu-formula?srsltid=AfmBOoqa63brge-vpIlJ_R0RStriSiPBqQfF7nQWYgEw9WKkR4e1MZjg