Kehamilan umumnya membawa kabar bahagia dan harapan baru bagi keluarga. Namun, tidak semua kehamilan berjalan sesuai harapan. Salah satu kondisi yang perlu diwaspadai oleh para Ibu adalah kehamilan mola, atau yang lebih dikenal dengan istilah hamil anggur. Walaupun tergolong jarang terjadi, kondisi ini bisa berdampak serius pada kesehatan Ibu bila tidak terdeteksi dan ditangani sejak dini. Hal yang kerap menjadi tantangan adalah gejala awalnya yang menyerupai kehamilan normal, sehingga baru disadari setelah muncul keluhan yang tidak biasa atau saat menjalani pemeriksaan USG.

Sebagian besar Ibu mungkin belum familiar dengan istilah ini, atau bahkan keliru membedakannya dengan kondisi kehamilan lain seperti hamil kosong. Padahal, penanganan medis untuk kehamilan mola jauh lebih kompleks. Untuk itu, mari kita pahami lebih dalam mulai dari penyebab dan gejalanya, perbedaan dengan kondisi kehamilan abnormal lainnya, hingga langkah medis yang dibutuhkan agar Mams bisa tetap sehat dan terlindungi.

Apa Itu Kehamilan Mola?

Kehamilan mola adalah jenis kehamilan yang tidak normal akibat kelainan genetik saat pembuahan. Pada kondisi ini, jaringan plasenta tumbuh tidak terkendali dan membentuk kista berisi cairan yang menyerupai buah anggur. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan kromosom dari sel telur atau sperma, yang menyebabkan kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sehat.

Terdapat dua jenis utama kehamilan mola, yaitu mola lengkap dan mola parsial. Pada mola lengkap, tidak ada janin sama sekali, hanya jaringan plasenta abnormal yang tumbuh. Sementara pada mola parsial, janin mungkin terbentuk, tetapi mengalami kelainan genetik yang membuatnya tidak dapat bertahan hidup. Keduanya termasuk dalam kelompok penyakit yang disebut Gestational Trophoblastic Disease (GTD), dan membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin karena berpotensi menyerang jaringan rahim dan menyebar ke organ lain.

Menurut data WHO dan ACOG, kehamilan mola lebih sering ditemukan di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dengan angka kejadian sekitar 1 dari 500 kehamilan. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara Barat. Yang perlu diwaspadai, sekitar 15% kasus mola lengkap bisa berkembang menjadi kondisi ganas seperti koriokarsinoma. Karena itu, deteksi dini melalui USG dan pemeriksaan hormon hCG sangat penting untuk mencegah risiko lanjutan yang membahayakan Ibu.

Gejala Kehamilan Mola dan Apa yang Dirasakan Ibu

Di awal, kehamilan mola bisa terlihat seperti kehamilan normal. Namun seiring berjalannya waktu, muncul gejala-gejala yang mencurigakan. Salah satu yang paling sering dialami adalah perdarahan dari vagina pada trimester pertama. Darah bisa berwarna cokelat gelap atau merah terang, dan kadang disertai gumpalan jaringan menyerupai butiran anggur kecil. Ini merupakan jaringan trofoblastik abnormal yang harus segera diperiksakan.

Mams juga mungkin merasakan mual dan muntah berlebihan, jauh di atas tingkat morning sickness biasa. Gejala ini muncul karena hormon kehamilan β-hCG meningkat tajam. Akibatnya, rahim bisa membesar lebih cepat dari usia kehamilan yang seharusnya, membuat perut terasa lebih penuh atau tidak sesuai perkembangan normal.

Saat pemeriksaan USG, biasanya tidak ditemukan janin atau detak jantung janin. Hasil USG juga bisa menunjukkan gambaran khas seperti “honeycomb” atau “salju badai” akibat jaringan abnormal di dalam rahim. Jika Mams mengalami perdarahan, mual parah, dan rahim terasa membesar tidak wajar, segera periksakan diri ke dokter. Deteksi dini penting untuk memastikan diagnosis dan mencegah komplikasi serius.

Apa Perbedaan Kehamilan Mola, Hamil Kosong, dan Kehamilan Normal?

Banyak Mams mungkin sulit membedakan kehamilan mola dengan hamil kosong (blighted ovum) karena keduanya tidak menghasilkan janin yang berkembang. Namun, penyebab dan risikonya sangat berbeda. Kehamilan mola terjadi akibat kelainan genetik yang menyebabkan jaringan plasenta tumbuh secara tidak normal. Sementara itu, hamil kosong terjadi saat embrio tidak berkembang, meski kantung kehamilan tetap terbentuk.

Dari sisi pemeriksaan USG, kehamilan mola menampilkan gambaran khas berupa kista seperti “busa sabun” atau “bunch of grapes”. Sedangkan pada hamil kosong, hanya terlihat kantung kehamilan kosong tanpa embrio. Gejala keduanya bisa mirip, seperti perdarahan ringan atau tidak terdengarnya detak jantung janin. Karena itu, penting bagi dokter untuk memastikan diagnosis dengan pemeriksaan yang tepat.

Perbedaan yang paling krusial adalah bahwa kehamilan mola berpotensi menjadi kondisi serius jika tidak ditangani segera. Jaringan abnormal dapat berkembang menjadi Gestational Trophoblastic Neoplasia (GTN) atau bahkan kanker trofoblastik seperti koriokarsinoma. Oleh karena itu, penanganannya lebih kompleks dan memerlukan pemantauan jangka panjang terhadap kadar hormon hCG. Sebaliknya, hamil kosong biasanya berakhir dengan keguguran alami atau kuretase tanpa risiko lanjutan yang signifikan.

Berapa Lama Hamil Anggur Bertahan dan Bagaimana Penanganannya?

Begitu diagnosis kehamilan mola ditegakkan, penanganan pertama yang dilakukan adalah evakuasi jaringan abnormal dari dalam rahim, umumnya melalui prosedur kuretase vakum. Langkah ini bertujuan mencegah pertumbuhan jaringan lebih lanjut serta menghentikan gejala seperti perdarahan berat atau nyeri hebat. Setelah prosedur, dokter akan memantau kadar hormon β-hCG setiap minggu hingga kadarnya turun ke nol.

Pemantauan ini tidak berhenti setelah hCG normal, Mams masih perlu menjalani observasi lanjutan selama beberapa bulan tergantung pada jenis mola yang dialami. Pada mola lengkap, pemantauan dilakukan minimal selama 6 bulan, sedangkan pada mola parsial biasanya cukup sekitar 1 bulan setelah hCG normal. Tujuannya adalah memastikan tidak ada jaringan sisa yang bisa berkembang menjadi penyakit trofoblastik gestasional (PTD).

Selama masa pemantauan, Mams disarankan menunda kehamilan baru agar hasil pemeriksaan hCG tetap akurat. Kehamilan baru bisa membingungkan interpretasi kadar hormon, sehingga disarankan menggunakan kontrasepsi yang tidak mengganggu kadar hCG seperti IUD atau pil progestin. Kabar baiknya, menurut Cancer Research UK, sekitar 99% wanita yang pernah mengalami kehamilan mola dapat hamil kembali secara normal. Hal ini bisa terjadi setelah masa pemantauan selesai dan dokter menyatakan kondisi sudah aman.

A Word From Navila

Menghadapi kehamilan mola tentu bukan hal yang mudah. Wajar bila Mams merasa cemas atau bingung saat mendengar diagnosis ini. Namun, dengan pemahaman yang tepat dan deteksi dini, kehamilan mola bisa ditangani secara efektif. Penanganan medis yang sesuai membuat kondisi ini tidak harus menjadi penghalang untuk memiliki buah hati. Yang paling penting adalah deteksi dini, tindakan cepat, dan pemantauan berkala demi menjaga kesehatan Mams secara menyeluruh.

Jika Mams pernah mengalami kehamilan mola, jangan berkecil hati. Harapan untuk hamil kembali tetap terbuka lebar, asalkan masa observasi dijalani dengan sabar dan konsultasi rutin dilakukan sesuai anjuran dokter. Di sisi lain, penting juga untuk tetap waspada terhadap risiko komplikasi lanjutan yang mungkin muncul.

Salah satu kondisi yang patut diwaspadai adalah partus prematurus imminens, yakni tanda-tanda persalinan yang datang terlalu dini sebelum usia kandungan cukup bulan. Komplikasi seperti ini bisa muncul setelah riwayat kehamilan abnormal. Untuk itu, penting bagi Mams memahami gejalanya dan mengetahui langkah pencegahan yang tepat. Yuk, pelajari lebih lanjut di: Waspadai Partus Prematurus Imminens sebagai Tanda Persalinan Dini.


References

  • Lurain, J. R. (2010). Gestational trophoblastic disease I: epidemiology, pathology, clinical presentation and diagnosis of gestational trophoblastic disease, and management of hydatidiform mole. American journal of obstetrics and gynecology, 203(6), 531-539. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0002937810008537
  • Tahil-Sarapuddin, S., Dionio, N., & Barrera, J. (2015). Stormy encounter with partial hydatidiform mole. Journal of the ASEAN Federation of Endocrine Societies, 30(1), 31-31. https://asean-endocrinejournal.org/index.php/JAFES/article/view/147
  • Cancer Research UK. Symptoms of molar pregnancy. Retrieved from https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/gestational-trophoblastic-disease-gtd/molar-pregnancy/symptoms
  • Cancer Research UK. Follow up after a molar pregnancy. Retrieved from https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/gestational-trophoblastic-disease-gtd/molar-pregnancy/treatment/follow-up
  • MD Edge. Diagnosis at a Glance: Partial Hydatidiform Molar Pregnancy. Retrieved from https://www.mdedge.com/emed-journal/article/129144/obstetrics/diagnosis-glance-partial-hydatidiform-molar-pregnancy