Pernahkah Mams dan Paps bertanya-tanya, apa sebenarnya kunci utama untuk punya keluarga yang benar-benar bahagia? Menariknya, sebuah penelitian dari Harvard yang berlangsung lebih dari 85 tahun menemukan bahwa kebahagiaan seseorang dalam jangka panjang sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungannya dengan keluarga.
Tapi sayangnya, banyak orang masih salah kaprah soal arti “keluarga bahagia.” Ada yang mengira kebahagiaan hanya soal punya rumah mewah, gaji besar, atau bisa jalan-jalan ke luar negeri. Padahal, kebahagiaan dalam keluarga jauh lebih dari sekadar materi. Hubungan yang erat, komunikasi yang sehat, dan rasa saling mendukung justru jadi faktor paling penting.
Nah, di artikel ini, Navila akan kupas tuntas apa saja rahasia keluarga bahagia yang sering luput dari perhatian. Bukan sekadar teori, tapi berdasarkan penelitian dan praktik nyata yang bisa langsung Mams dan Paps terapkan di rumah. Yuk, simak sampai habis!
3 Rahasia Keluarga Bahagia
Memiliki keluarga yang bahagia dan sakinah adalah dambaan semua orang. Untuk semakin meningkatkan kebahagiaan, ada tiga cara ilmiah yang bisa membuat keluarga lebih bahagia, berikut rinciannya:
1. Hormon Bahagia dalam Keluarga (Dopamin, Oksitosin, Serotonin, Endorfin)
Kebahagiaan dalam keluarga bukan hanya soal komunikasi yang baik, tapi juga dipengaruhi oleh keseimbangan hormon-hormon bahagia dalam tubuh. Ada empat hormon utama yang berperan dalam menciptakan perasaan bahagia, yaitu dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorfin.
Dopamin, yang dikenal sebagai hormon kepuasan, bisa meningkat saat anggota keluarga merayakan pencapaian bersama atau punya tujuan yang ingin dicapai bersama, seperti merencanakan liburan. Rasa senang yang muncul dari keberhasilan ini bisa mempererat hubungan antar anggota keluarga.
Selain itu, ada oksitosin, atau yang sering disebut sebagai “hormon cinta,” yang berperan dalam menciptakan rasa nyaman dan kepercayaan di dalam keluarga. Cara paling mudah untuk meningkatkan oksitosin adalah lewat sentuhan fisik, seperti pelukan, genggaman tangan, atau sekadar tepukan di bahu. Studi bahkan menunjukkan bahwa pelukan selama 20 detik bisa meningkatkan kadar oksitosin secara signifikan.
Sementara itu, serotonin, hormon yang berpengaruh pada suasana hati, bisa dipicu dengan aktivitas di luar rumah, seperti berjemur di bawah sinar matahari pagi atau olahraga ringan bersama. Hal-hal sederhana ini membantu tubuh memproduksi serotonin, yang bisa membuat perasaan lebih stabil dan bahagia.
Terakhir, ada endorfin, hormon yang berfungsi sebagai pereda stres alami. Salah satu cara paling efektif untuk merangsang hormon ini adalah dengan tertawa. Nonton film komedi, berbagi cerita lucu, atau sekadar bercanda bersama bisa meningkatkan produksi endorfin dan membuat suasana rumah lebih ceria.
2. “Family Emotional Bank Account” dari Stephen Covey
Konsep Family Emotional Bank Account dari Stephen Covey menjelaskan bahwa setiap interaksi dalam keluarga bisa diibaratkan seperti transaksi di rekening bank. Saat kita menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian, itu seperti melakukan “setoran” yang memperkuat kepercayaan dan kedekatan. Sebaliknya, mengabaikan, tidak menepati janji, atau bersikap kasar akan menjadi “penarikan” yang melemahkan hubungan. Semakin banyak setoran yang dilakukan, semakin harmonis dan kuat ikatan dalam keluarga.
Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari bisa dimulai dengan hal-hal sederhana, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, mengucapkan terima kasih, atau memberikan pujian yang tulus. Konsistensi dalam menepati janji juga penting agar anggota keluarga merasa dihargai dan aman. Selain itu, menunjukkan empati dan memahami perasaan mereka tanpa menghakimi dapat semakin mempererat hubungan emosional.
Namun, terkadang tanpa sadar kita melakukan “penarikan,” misalnya dengan kata-kata yang menyakiti atau kurangnya waktu bersama. Jika ini terjadi, sebaiknya segera meminta maaf dengan tulus dan berusaha memperbaikinya. Dengan menjaga keseimbangan antara setoran dan penarikan ini, hubungan dalam keluarga akan tetap sehat, penuh rasa percaya, dan semakin kuat.
3. Metode 5:1 dari Dr. John Gottman
Dr. John Gottman menemukan bahwa dalam hubungan yang sehat, diperlukan lima interaksi positif untuk mengimbangi satu interaksi negatif. Ini berarti, jika Mams, Paps atau anggota keluarga lain melakukan satu kesalahan atau interaksi negatif, kalian harus menyeimbangkan kesalahan itu dengan lima tindakan interaksi positif. Lima interaksi positif itu:
- Menunjukkan ketertarikan
- Menunjukkan kasih sayang
- Membuktikan bahwa pasangan/keluarga sangat berarti
- Menghargai dan apresiasi
- Mencari kesamaan dan menghargai perspektif
Sebagai contoh, ketika Paps melakukan kesalahan seperti lupa janji pada Mams, alih-alih marah, Mams bisa memberikan sentuhan fisik seperti genggaman tangan atau pelukan, mendengarkan dengan penuh perhatian, mengungkapkan rasa terima kasih, atau menyampaikan kata-kata yang menenangkan, begitu juga dengan Paps.
Anggota keluarga lain juga demikian, misalnya orang tua bisa menunjukkan apresiasi lebih sering daripada memberikan teguran, seperti memuji usaha anak dalam belajar atau menunjukkan kasih sayang secara konsisten. Dengan menjaga keseimbangan lima interaksi positif untuk setiap satu interaksi negatif, keluarga bisa menciptakan hubungan yang lebih kuat, penuh dukungan, dan harmonis dalam jangka panjang.
Pola Komunikasi & Konflik dalam Keluarga Bahagia
Komunikasi yang sehat adalah kunci utama dalam menjaga keharmonisan keluarga. Namun, ada pola komunikasi negatif yang tanpa disadari bisa merusak hubungan, yaitu “Four Horsemen of the Apocalypse“ menurut Dr. John Gottman. Pola ini meliputi:
- Kritik yang menyerang karakter
- Sikap meremehkan pasangan atau anggota keluarga
- Perilaku defensif yang menolak tanggung jawab
- Diam atau menghindar saat menghadapi konflik
Agar hubungan tetap harmonis, penting untuk mengganti pola-pola ini dengan komunikasi yang lebih terbuka dan penuh rasa hormat.
Salah satu cara efektif untuk memperbaiki komunikasi dalam keluarga adalah dengan menerapkan teknik mendengarkan aktif. Ini berarti benar-benar fokus saat lawan bicara berbicara, memberikan perhatian penuh tanpa terdistraksi oleh ponsel atau hal lain, serta merespons dengan anggukan atau kata-kata sederhana seperti “Oh begitu” atau “Aku mengerti.”
Selain mendengarkan dengan baik, validasi emosi juga berperan besar dalam menciptakan hubungan yang lebih erat. Ketika pasangan atau anak mengungkapkan perasaannya, cobalah untuk mengakui dan memahami perasaan mereka, bukan langsung memberi solusi atau menghakimi.
Misalnya, jika anak merasa kecewa karena sesuatu, cukup katakan, “Wajar kalau kamu merasa seperti itu,” sebelum memberikan saran atau dukungan. Dengan pendekatan ini, anggota keluarga akan merasa lebih dihargai, dipahami, dan lebih nyaman untuk berkomunikasi secara terbuka.
Rutinitas & Ritual Keluarga yang Terbukti Meningkatkan Kebahagiaan
Rutinitas dan ritual dalam keluarga punya peran besar dalam menciptakan kebahagiaan dan keharmonisan. Salah satu contoh sederhana adalah makan malam bersama tanpa gangguan gadget. Dalam psikologi keluarga, momen ini bukan sekadar waktu untuk mengisi perut, tapi juga kesempatan untuk berbagi cerita dan mempererat hubungan.
Makan bersama terbukti bisa meningkatkan rasa kebersamaan, mengajarkan anak nilai kepedulian, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial. Dengan komunikasi yang lebih terbuka, suasana keluarga pun jadi lebih hangat dan nyaman.
Kebiasaan meluangkan quality time secara konsisten, seperti liburan bersama atau sekadar ngobrol sebelum tidur, punya dampak jangka panjang yang positif. Aktivitas ini membantu mengurangi stres, mempererat ikatan keluarga, dan meningkatkan kemampuan komunikasi. Menurut penelitian, anak-anak yang terbiasa dengan quality time juga cenderung lebih percaya diri, punya prestasi akademik yang lebih baik, dan lebih mudah memahami nilai-nilai keluarga.
A Word From Navila
Kebahagiaan dalam keluarga sebenarnya tidak selalu bergantung pada harta atau kesuksesan, tapi lebih ke bagaimana hubungan antar anggota keluarga terjalin. Dari keseimbangan hormon bahagia, kebiasaan saling menghargai, hingga cara berkomunikasi yang sehat, semuanya punya peran penting dalam menciptakan rumah yang penuh kehangatan dan kasih sayang. Dengan menerapkan kebiasaan positif ini, Mams dan Paps bisa membangun keluarga yang lebih harmonis, nyaman, dan penuh dukungan satu sama lain.
Mau tahu lebih banyak tips supaya keluarga makin kompak dan bahagia? Yuk, baca selengkapnya di sini: Bagaimana Cara Menciptakan Keluarga yang Harmonis?
References
- World Economic Forum. Harvard’s 85-year study finds happiness is all about relationships. Retrieved from https://www.weforum.org/videos/harvard-conducted-an-85-year-study-on-happiness-here-s-what-it-found/
- Healthline. How to Hack Your Hormones for a Better Mood. Retrieved from https://www.healthline.com/health/happy-hormone
- The Gottman Institute. Invest in Your Relationship: The Emotional Bank Account. Retrieved from https://www.gottman.com/blog/invest-relationship-emotional-bank-account/
- The Gottman Institute. The Magic Relationship Ratio, According to Science. Retrieved from https://www.gottman.com/blog/the-magic-relationship-ratio-according-science/
- The Gottman Institute. The Four Horsemen: Criticism, Contempt, Defensiveness, and Stonewalling. Retrieved from https://www.gottman.com/blog/the-four-horsemen-recognizing-criticism-contempt-defensiveness-and-stonewalling/
- Jumiati., Darlis. (2022). Meningkatkan Keberfungsian Keluarga melalui Family Rituals dan Relevansinya terhadap Budaya Anti Kekerasan Seksual. Prosiding Konferensi Nasional Gender dan Gerakan Sosial, 1(1), p. 522 – 534. https://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/kggs/article/view/325