Kolik sering jadi tantangan besar bagi orang tua baru, bayi menangis terus-menerus tanpa alasan yang jelas, sulit ditenangkan, dan membuat panik. Banyak yang mengira penyebabnya hanya masalah pencernaan, padahal ada banyak faktor lain yang berpengaruh, seperti perkembangan sistem saraf, stimulasi berlebihan, hingga kondisi emosional ibu. Lalu, kolik itu apa sebenarnya?

Kolik didefinisikan sebagai episode menangis yang berlangsung lebih dari 3 jam per hari, terjadi lebih dari 3 hari per minggu, dan berlangsung setidaknya selama 3 minggu pada bayi yang sehat.

Menariknya, sekitar 10%-40% bayi mengalami kolik di tiga bulan pertama kehidupannya, meski sebenarnya dia dalam kondisi sehat. Jika si kecil sudah kenyang, popoknya bersih, tapi tetap menangis tanpa henti, bisa jadi ini bukan sekadar rewel biasa. Lantas, apa sebenarnya penyebab kolik, dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, cari tahu lebih lanjut!

Penyebab Kolik pada Bayi

Kolik pada bayi sering dikaitkan dengan masalah pencernaan, tetapi faktor psikologis dan lingkungan juga berperan besar. Bayi sangat peka terhadap emosi ibunya, stres ibu dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dalam ASI, yang berisiko membuat bayi lebih rewel. 

Sebuah studi di Developmental Psychobiology menunjukkan bahwa bayi dari ibu dengan tingkat stres tinggi lebih rentan mengalami kolik akibat peningkatan kadar kortisol dalam ASI. Selain itu, lingkungan yang bising atau suhu ruangan yang tidak stabil juga bisa memicu ketidaknyamanan bayi dan memperburuk gejala kolik.

Selain itu, ketidakseimbangan mikrobiota usus bayi juga dikaitkan dengan kolik, seperti yang disebutkan dalam riset Cochrane Database of Systematic Reviews, yang menemukan bahwa bayi dengan kolik memiliki mikrobiota usus yang kurang beragam. Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif dapat membantu menyeimbangkan mikrobiota usus dan mengurangi risiko kolik. 

Perbedaan Kolik dengan Gangguan Lain

Banyak orang tua bertanya-tanya, kolik itu apa dan bagaimana cara membedakannya dari gangguan lain? Berikut beberapa perbedaan utama:

Gumoh vs Refluks

Gumoh terjadi ketika susu keluar setelah bayi menyusu, biasanya dalam jumlah kecil dan tanpa tekanan. Bayi yang mengalami gumoh tetap nyaman dan tumbuh dengan baik. Sebaliknya, kolik ditandai dengan tangisan intens selama lebih dari tiga jam per hari, sering terjadi di sore atau malam hari, disertai bayi menarik lutut ke perut dan mengepalkan tangan. Tangisan ini sulit ditenangkan dan tidak terkait dengan proses menyusu.

Alergi Susu Sapi

Alergi ini terjadi ketika bayi mengalami reaksi terhadap protein susu sapi, yang ditandai dengan muntah, diare, ruam, atau gangguan pernapasan. Sementara kolik hanya melibatkan tangisan tanpa gejala lain yang mengarah pada alergi atau masalah pencernaan. Perbedaan utama adalah bahwa alergi susu sapi menunjukkan tanda-tanda fisik yang lebih jelas, sedangkan kolik hanya berupa tangisan intens yang sulit dipahami penyebabnya.

Tangisan Bayi

Tangisan bayi juga bisa menjadi tanda sakit, bukan kolik. Bayi yang menangis karena sakit cenderung lebih rewel, tangisannya bernada tinggi, dan sering disertai gejala seperti demam, kesulitan bernapas, atau tubuh yang tampak lemas. Jika tangisan bayi disertai perubahan perilaku dan tanda fisik yang mencurigakan, segera konsultasikan ke dokter. 

Cara Mengatasi Kolik secara Efektif

Untuk membantu mengatasi kolik, beberapa metode yang efektif. Berikut adalah uraian mengenai metode-metode tersebut:

Teknik 5S dari Dr. Harvey Karp

Dr. Harvey Karp, seorang dokter anak, mengembangkan metode 5S sebagai cara menenangkan bayi yang mengalami kolik atau sering menangis tanpa sebab yang jelas. Teknik ini meniru kondisi nyaman saat bayi masih dalam kandungan dan terdiri dari beberapa langkah berikut:

  1. Swaddling (Membedong)
    Membedong bayi dengan kain lembut bisa membuatnya merasa lebih aman dan nyaman, sekaligus mengurangi refleks kaget yang bisa membuatnya rewel. Pastikan bedong tidak terlalu kencang agar bayi tetap bisa bergerak dan bernapas dengan nyaman.
  2. Side/Stomach Position (Posisi Miring atau Tengkurap)
    Menggendong bayi dalam posisi miring atau tengkurap bisa membantu menenangkannya. Namun, penting untuk diingat bahwa saat tidur, bayi harus selalu dalam posisi telentang guna mengurangi risiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian mendadak pada bayi.
  3. Shushing (Mendesis)
    Membuat suara “ssshhh” menyerupai suara di dalam rahim bisa membantu bayi merasa lebih tenang. Suara ini bisa diberikan langsung oleh orang tua atau menggunakan alat bantu seperti white noise machine.
  4. Swinging (Mengayun)
    Gerakan mengayun perlahan, baik saat menggendong atau menggunakan ayunan bayi, bisa memberikan efek menenangkan. Gerakan ini mengingatkan bayi pada kondisi saat berada di dalam kandungan yang terus bergerak mengikuti aktivitas ibu.
  5. Sucking (Mengisap)
    Memberikan bayi sesuatu untuk diisap, seperti dot atau menyusui langsung, dapat membantunya merasa lebih nyaman dan rileks. Mengisap merupakan refleks alami bayi yang sering digunakan untuk menenangkan diri.

Pijat Bayi Kolik

Saat bayi mengalami kolik, perutnya sering terasa tidak nyaman karena ada gas yang terperangkap di dalam. Salah satu cara alami yang bisa membantu adalah dengan pijatan lembut dan minyak telon.

  1. Pijat Perut Bayi
    Coba pijat lembut area perut bayi dengan gerakan melingkar searah jarum jam selama kurang lebih 5 menit. Gerakan ini bisa membantu merangsang pergerakan gas dalam perut sehingga lebih mudah keluar. Pastikan tangan dalam keadaan hangat agar bayi merasa lebih nyaman.
  2. Oleskan Minyak Telon
    Setelah mandi atau sebelum tidur, oleskan minyak telon di perut dan punggung bayi. Kehangatan dari minyak telon bisa membantu meredakan perut kembung dan memberikan efek menenangkan. Pilih minyak telon dengan bahan alami yang lembut di kulit agar bayi tetap nyaman.

Mengatur Stimulasi Bayi

Terlalu banyak rangsangan bisa membuat bayi mudah rewel, bahkan memicu kolik. Supaya si kecil tetap nyaman, coba lakukan beberapa hal berikut:

  1. Kurangi Paparan Stimulasi Berlebihan
    Pastikan suasana di sekitar bayi tetap tenang, terutama menjelang waktu tidurnya. Matikan lampu yang terlalu terang, jauhkan dari suara bising, dan hindari aktivitas yang terlalu ramai agar bayi tidak mudah overstimulasi.
  2. Bangun Rutinitas yang Konsisten
    Bayi merasa lebih aman dan nyaman saat memiliki jadwal harian yang teratur. Coba buat pola tidur, makan, dan bermain yang berulang setiap hari, supaya ia bisa menyesuaikan diri dengan ritme yang sudah dikenalnya.

Dukungan untuk Mams

Merawat bayi kolik bisa membuat Mams burnout, yang tanpa disadari dapat memengaruhi ketenangan si kecil. Karena itu, Mams perlu menjaga keseimbangan emosinya dengan beristirahat cukup, meminta dukungan dari keluarga atau teman, serta meluangkan waktu untuk relaksasi seperti yoga atau meditasi. Jika stres terasa berlebihan, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter atau konselor agar Mams tetap tenang dan lebih siap menghadapi tantangan merawat bayi.

A Word From Navila

Sekarang Mams sudah lebih paham kolik itu apa dan bagaimana mengatasinya? Kolik sering dialami bayi di tiga bulan pertama, ditandai dengan tangisan terus-menerus tanpa sebab yang jelas. Selain masalah pencernaan, faktor lain seperti perkembangan saraf dan stimulasi berlebihan juga bisa berperan. Untuk meredakannya, pijatan lembut dengan Minyak Telon Navila bisa jadi solusi alami. 

Minyak Telon Terbaik Buat Bayi: Belanja Minyak Telon Navila

Kandungan minyak kayu putih, kelapa, dan anisnya membantu menghangatkan perut, meredakan kembung, serta menenangkan bayi agar tidur lebih nyenyak. Pilih Minyak Telon Navila yang aman untuk kulit bayi, agar si kecil tetap nyaman dan Mams lebih tenang!


References

  • IDAI. Kolik pada Bayi (Bagian 1). Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1
  • IDAI. Kolik pada Bayi (Bagian 2). Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-2
  • Hechler, C., Beijers, R., Riksen‐Walraven, J. M., & de Weerth, C. (2018). Are cortisol concentrations in human breast milk associated with infant crying?. Developmental psychobiology, 60(6), 639-650. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/dev.21761
  • Ong, T. G., Gordon, M., Banks, S. S., Thomas, M. R., & Akobeng, A. K. (2019). Probiotics to prevent infantile colic. Cochrane Database of Systematic Reviews, (3). https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30865287/
  • IDAI. Bedanya ‘Gumoh’ dan Muntah pada Bayi. Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bedanya-‘gumoh’-dan-muntah-pada-bayi
  • Mayo Clinic. Milk Allergy. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/milk-allergy/symptoms-causes/syc-20375101
  • Healthline. Using the 5 S’s to Soothe Your Baby. Retrieved from https://www.healthline.com/health/baby/5-s-baby
  • Better Health Channel. Colic. Retrieved from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/colic