Dermatitis adalah istilah untuk berbagai kondisi iritasi dan ruam pada kulit yang bisa disebabkan oleh faktor genetik, reaksi sistem kekebalan yang berlebihan, infeksi, alergi, bahan iritan, dan penyebab lainnya.

Biasanya, dermatitis ditandai dengan gejala seperti kulit kering, kemerahan, dan gatal.

Apakah si kecil pernah mengalami dermatitis? Atau justru Bunda yang mengalaminya? Tahukah Bunda, dermatitis ternyata ada beberapa macam. 

Meski terindikasi tidak berbahaya bagi tubuh dan tidak menular, tetap saja dermatitis cukup menyakitkan karena rasa perih dan gatalnya. Yang terparah, bisa menyebabkan bekas luka yang tidak bisa hilang.

Untuk itu, penting bagi Bunda mengetahui macam-macam dermatitis dan gambarnya agar dapat membedakan dan mendiagonis untuk penangannya. 

Berikut informasi tentang macam-macam dermatitis dan gambarnya yang perlu Bunda ketahui!

7 Macam Dermatitis: Pengertian, Gejala, dan Penyebab

Dermatitis memiliki banyak jenisnya, berikut adalah beberapa macam-macam dermatitis dan gambarnya yang sering diidap bayi dan Bunda, di antaranya:

1. Dermatitis Atopik

Macam-macam Dermatitis dan Gambarnya: Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah salah satu jenis eksim yang paling sering terjadi. Biasanya, kondisi ini mulai muncul saat masih kecil, sekitar usia 2 bulan sampai 5 tahun, dan seringkali gejalanya akan berkurang atau hilang seiring bertambahnya usia. 

Namun, ada juga yang mengalami gejala ini untuk pertama kalinya saat dewasa, atau mengalami kekambuhan di kemudian hari.

Gejala

Dermatitis atopik biasanya muncul di area tubuh seperti lengan, lipatan siku, atau lutut. Pada anak-anak, gejala juga bisa muncul di kulit kepala dan pipi.

Sebisa mungkin hindari menggaruk bagian kulit yang terasa gatal, karena bisa memperparah kondisi dan menyebabkan infeksi.

Penyebab

Penyebab pasti dari dermatitis atopik belum sepenuhnya diketahui. Kondisi ini terjadi ketika lapisan pelindung kulit melemah, sehingga kulit lebih mudah terkena iritan dan alergen. 

Penyebab dermatitis atopik ini kemungkinan merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor, antara lain:

  • Faktor genetik
  • Kulit yang cenderung kering
  • Gangguan pada sistem kekebalan tubuh
  • Pemicu seperti bahan yang mengiritasi, stres, dan kulit kering

2. Dermatitis Popok

Macam-macam Dermatitis dan Gambarnya: Dermatitis Popok

Dermatitis popok atau ruam popok adalah iritasi kulit yang muncul di area kulit bayi yang tertutup popok. 

Pada kondisi ringan, kulit mungkin terlihat kemerahan dan sedikit sensitif. Namun, jika lebih parah, ruam ini bisa menimbulkan luka yang terasa nyeri.

Ruam popok ringan biasanya sembuh dalam tiga hingga empat hari dengan perawatan di rumah, tetapi ruam yang lebih parah mungkin perlu diperiksa oleh tenaga medis. Kondisi ini adalah salah satu masalah kulit paling umum pada bayi dan balita.

Gejala

Pada kasus ringan, kulit bayi di area bokong, kelamin, dan paha bisa tampak sedikit kemerahan dan terasa hangat saat disentuh. 

Ruam ini bisa muncul sebagai bintik-bintik kecil atau bahkan menyebar ke seluruh area popok.

Di kasus yang lebih parah, ruam bisa berkembang menjadi lepuhan atau luka terbuka yang menyakitkan. 

Jika terjadi infeksi, ruam dapat berubah menjadi merah cerah, dan kulit di sekitarnya bisa terlihat bengkak.

Penyebab

Ruam popok bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

  • Kelembapan berlebihan di area popok
  • Gesekan atau iritasi di kulit yang tertutup popok
  • Kulit yang terlalu lama terkena urine atau tinja
  • Infeksi jamur atau bakteri
  • Reaksi alergi terhadap bahan popok
  • Reaksi alergi terhadap makanan tertentu

Jika kulit bayi terus-menerus lembap, lapisan kulit bisa melemah. Kulit yang basah juga lebih mudah iritasi saat bergesekan. 

Kelembapan dari popok yang kotor dapat merusak kulit dan membuatnya lebih rentan terhadap ruam dan iritasi.

3. Dermatitis Seboroik

Macam-macam Dermatitis dan Gambarnya: Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah kondisi kulit yang umum, tidak menular, dan mudah dikelola. Jenis dermatitis ini menyebabkan bercak merah yang gatal serta kulit yang berminyak, dengan serpihan putih atau kuning yang berbentuk kerak atau serpihan halus di kulit kepala.

Dermatitis seboroik juga bisa muncul di area tubuh lain yang memiliki aktivitas kelenjar minyak yang tinggi, seperti punggung atas, dada, wajah, dahi, lipatan di sekitar hidung, belakang telinga, pusar, alis, bawah payudara, serta lipatan atau lekukan di lengan, kaki, dan selangkangan.

Kondisi ini bersifat jangka panjang, muncul dan hilang dengan pengobatan, dan dapat kambuh dari waktu ke waktu.

Gejala

Beberapa gejala dermatitis seboroik, yaitu:

  • Ketombe yang gatal di kulit kepala. Serpihan putih ini bisa lepas ketika digaruk dan mencampur dengan rambut, atau jatuh ke leher dan bahu
  • Kulit yang memerah dengan sisik
  • Cradle cap pada kepala bayi, berupa kerak kuning. Meskipun biasanya tidak gatal, menggaruknya bisa menyebabkan peradangan dan kerusakan pada kulit, bahkan bisa memicu perdarahan atau infeksi ringan
  • Blefaritis, yaitu kemerahan bersisik di tepi kelopak mata
  • Plak merah bersisik pada kedua sisi wajah
  • Patches bersisik di dada dan sepanjang garis rambut, kadang berbentuk seperti kelopak bunga atau cincin
  • Kemerahan di lipatan-lipatan kulit seperti daerah genital, ketiak, dan bawah payudara
  • Folikel rambut yang meradang di pipi dan bagian atas tubuh

Penyebab

Meskipun penyebab pasti dermatitis seboroik belum diketahui, ada beberapa faktor yang diduga berperan, antara lain:

  • Jamur Malassezia, yang biasanya ada di kulit semua orang, tapi dapat tumbuh berlebihan pada sebagian orang
  • Peningkatan kadar hormon androgen
  • Kadar minyak berlebih di kulit
  • Reaksi peradangan
  • Riwayat keluarga, karena dermatitis sering diturunkan dalam keluarga

Beberapa faktor lain yang dapat memperburuk kondisi ini antara lain:

  • Stres
  • Iklim dingin dan kering
  • Kulit berminyak
  • Penggunaan produk perawatan kulit berbahan dasar alkohol
  • Riwayat gangguan kulit lainnya, seperti rosacea, psoriasis, dan jerawat

4. Dermatitis Perioral

Dermatitis Perioral

Dermatitis perioral atau periorificial adalah ruam merah yang muncul di sekitar mulut, membuat kulit tampak kering, bersisik, dan mengelupas dengan benjolan bengkak yang meradang, yang disebut papula. 

Kondisi ini termasuk salah satu jenis dermatitis dan sering mirip dengan jerawat, sehingga kerap disangka jerawat.

Beberapa orang mengalami rasa gatal atau perih pada area ruam. Kadang-kadang, ruam ini bisa menyebar ke area sekitar hidung dan mata, dan dalam kasus yang sangat jarang, hingga ke area genital.

Gejala

Gejala utama dermatitis perioral adalah ruam merah di sekitar mulut, yang tampak kering, bersisik, atau mengelupas. 

Benjolan meradang yang disebut papula juga bisa muncul, dan terkadang muncul vesikel (benjolan berisi cairan bening) atau pustula (benjolan berisi cairan putih).

Meski biasanya muncul di sekitar mulut, dermatitis perioral bisa menyebar ke kelopak mata, area sekitar hidung dan mata, atau bahkan ke area lain seperti kulit kepala, telinga, leher, tubuh, tangan, dan kaki.

Ruam ini bisa menimbulkan rasa gatal atau terbakar. Pada beberapa kasus, dermatitis perioral juga bisa menyebabkan konjungtivitis (mata merah). 

Penyebab

Penyebab pasti dermatitis perioral masih belum diketahui, tetapi para ahli mengidentifikasi beberapa pemicu potensial, antara lain:

  • Krim steroid topikal
  • Semprotan steroid yang dihirup dengan resep dokter
  • Penggunaan pelembap atau krim wajah yang berat
  • Pasta gigi yang mengandung fluoride
  • Mengunyah permen karet
  • Tambalan gigi
  • Perubahan hormon, seperti dari penggunaan kontrasepsi oral
  • Gangguan pada lapisan pelindung kulit
  • Masalah pada sistem kekebalan tubuh
  • Perubahan mikroflora kulit
  • Bakteri seperti follicular fusiform
  • Infeksi Candida albicans
  • Tungau Demodex

5. Dermatitis Numularis

Dermatitis Numularis

Dermatitis numularis, atau eksim diskoid, adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak bulat seperti koin. 

Eksim ini tampak berbeda dari jenis eksim lainnya dan sering kali menimbulkan rasa gatal yang kuat.

Gejala

Gejala dermatitis numularis bisa berlangsung lama, bahkan bertahun-tahun, jika tidak ditangani dengan baik.

Awalnya, dermatitis ini biasanya muncul sebagai kumpulan bintik kecil di kulit. Pada kulit yang lebih terang, bintik-bintik ini tampak merah atau merah muda, sementara pada kulit yang lebih gelap bisa tampak coklat tua.

Bintik-bintik kecil ini kemudian melebar menjadi bercak-bercak berbentuk koin yang mungkin terasa sangat gatal, bersisik, atau bahkan retak-retak.

Penyebab

Penyebab dermatitis numularis belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini kemungkinan berkaitan dengan kulit yang sangat kering.

Si kecil atau Bunda akan lebih berisiko mengalami dermatitis numularis jika memiliki riwayat eksim lain, seperti dermatitis atopik.

6. Dermatitis Kontak

Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah reaksi kulit yang muncul ketika kulit bersentuhan dengan benda atau zat tertentu. Ada dua jenis utama dermatitis kontak:

  • Dermatitis kontak alergi: Terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap zat seperti lateks atau logam.
  • Dermatitis kontak iritan: Muncul ketika zat kimia atau bahan tertentu langsung merusak lapisan kulit.

Gejala

Gejala dermatitis kontak biasanya baru muncul hingga 48 jam setelah terkena pemicu. Gejala yang mungkin dialami antara lain:

  • Kulit terasa gatal dan berubah warna menjadi merah, merah muda, atau magenta. Pada kulit berwarna lebih gelap, bisa tampak cokelat, ungu, atau abu-abu.
  • Sensasi panas atau perih pada kulit
  • Bentol-bentol atau biduran
  • Lepuhan berisi cairan
  • Kulit menjadi tebal dan terasa kasar

Penyebab

Dermatitis kontak terjadi ketika kulit bersentuhan dengan bahan yang mengiritasi atau menyebabkan alergi. Beberapa pemicu umum dermatitis kontak adalah:

  • Deterjen
  • Pemutih
  • Perhiasan
  • Lateks
  • Nikel
  • Cat
  • Tanaman beracun seperti poison ivy
  • Produk perawatan kulit, termasuk kosmetik
  • Sabun dan parfum
  • Bahan pelarut
  • Asap rokok

7. Dermatitis Venenata 

Dermatitis Venenata 

Venenata dermatitis adalah iritasi kulit yang terjadi akibat gigitan atau kontak langsung dengan cairan atau bulu serangga tertentu. 

Serangga yang paling sering menyebabkan kondisi ini adalah kumbang jenis Paederus, atau yang kita kenal sebagai tomcat, yang biasanya aktif pada malam hari.

Karena itu, dermatitis venenata juga sering disebut sebagai dermatitis paederus, dan lebih banyak ditemukan di daerah tropis.

Gejala

Gejala dermatitis venenata biasanya muncul antara 8 hingga 24 jam setelah kulit bersentuhan dengan serangga. 

Namun, beberapa jenis kumbang mungkin memunculkan gejala dalam 24 hingga 48 jam.

Banyak orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka telah bersentuhan dengan kumbang Paederus. Berikut adalah tanda dan gejala yang mungkin muncul:

  • Bercak kemerahan di area kulit yang terkena.
  • Gatal pada kulit yang terpapar.
  • Kulit terasa panas atau perih di area yang terdampak.
  • Sensasi nyeri seperti ditusuk-tusuk pada kulit.
  • Muncul benjolan atau lepuhan berisi cairan.
  • Pada kasus yang lebih serius, area kulit yang terkena bisa tampak lebih gelap atau mengalami kerusakan jaringan.

Racun dari serangga ini bisa menyebar jika Bunda menekan atau menggosok kulit yang gatal atau jika serangga tersebut dihancurkan saat masih menempel di kulit.

Penyebab

Penyebab utama dari dermatitis venenata adalah karena kumbang Paederus. Kontak dengan kumbang Paederus biasanya menimbulkan bercak kemerahan pada kulit. 

Bercak ini dapat menyebar ke area sekitar mata dan berkembang menjadi lepuhan yang terasa perih.

Lepuhan tersebut sering kali berbentuk memanjang (linear), sehingga kondisi ini juga dikenal dengan sebutan dermatitis linearis.

Jika tidak diobati dengan benar, lepuhan ini dapat menyebabkan infeksi kulit atau meninggalkan bekas luka permanen.

Kapan Harus Berkonsultasi ke Dokter?

Jika gejala dermatitis Bunda atau si kecil tak kunjung hilang atau sudah mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya konsultasikan ke tenaga medis.

Tidak ada tes khusus untuk memastikan diagnosis dermatitis, tapi biasanya dokter akan meninjau riwayat kesehatan Anda dan memeriksa langsung gejala yang terlihat.

Dokter mungkin juga akan melakukan uji tempel pada kulit untuk mendeteksi alergen yang bisa memicu eksim.

Pengobatan Dermatitis

Pengobatan untuk dermatitis tergantung pada beberapa hal, seperti:

  • Jenis eksim yang dialami
  • Seberapa parah gejala yang dirasakan
  • Kondisi kesehatan secara umum

Rencana pengobatan biasanya melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan. 

Karena efeknya bisa berbeda pada setiap orang, sering kali diperlukan proses coba-coba untuk menemukan metode yang paling cocok.

Beberapa pilihan pengobatan eksim meliputi:

  • Obat bebas, seperti pelembap, antihistamin, dan lotion
  • Obat resep, seperti krim kortikosteroid topikal atau obat penghambat kalsineurin
  • suntikan obat biologis
  • Terapi cahaya (fototerapi)
  • Perawatan rumahan, seperti terapi bungkus basah, mandi oatmeal, dan penggunaan pelembap

A Word From Navila

Kini, Bunda sudah mengetahui macam-macam dermatitis dan gambarnya. Segera konsultasikan dengan tenaga medis jika Bunda atau si kecil mulai merasakan gejala dermatitis. Rasa gatal atau sakit yang terus-menerus bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Kondisi ini bisa sangat mengganggu, tidak nyaman, dan bahkan menghalangi Bunda atau si kecil untuk tidur dengan nyenyak.

Meskipun dermatitis adalah kondisi yang umum, namun bisa membuat penderita merasa kurang percaya diri di depan orang lain. Jadi tangani dermatitis segera ya, Bunda!

Bunda mau informasi terlengkap tentang moms and baby lainnya? Yuk, kunjungi akun media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Semangat terus Bunda hebat!