Di tengah ritme hidup yang serba cepat, momen kebersamaan antara orang tua dan anak sering kali terlewat tanpa disadari. Padahal, di balik setiap pelukan, tatapan penuh kasih, atau percakapan ringan sebelum tidur, tersimpan kekuatan besar yang sering luput dari perhatian, bonding time. Lebih dari sekadar waktu bersama, bonding adalah fondasi emosional yang membentuk cara anak melihat dirinya, mempercayai orang lain, dan menghadapi dunia di sekitarnya.
Melalui bonding time, anak belajar memahami cinta, merasakan aman, dan membangun kepercayaan, tiga elemen penting bagi kesehatan mentalnya. Dari pengalaman ini, tumbuhlah pribadi yang tenang, percaya diri, serta mampu membentuk hubungan sosial yang sehat. Maka dari itu, penting bagi Mams untuk memahami peran hubungan emosional dalam membentuk pondasi mental yang kuat pada anak.
Dengan begitu, Mams bisa meresapi apa manfaat melakukan kegiatan bersama keluarga dan bagaimana hal itu berdampak besar pada perkembangan si kecil. Yuk, simak manfaat bonding time secara lebih mendalam!
Menumbuhkan Rasa Aman dan Kepercayaan Dasar Anak
Sejak lahir, anak secara alami memiliki kebutuhan untuk merasa dekat dan terlindungi oleh orang tuanya. Inilah dasar dari teori secure attachment yang diperkenalkan oleh John Bowlby dan diperkuat oleh Mary Ainsworth melalui studi “Strange Situation”. Anak yang memiliki kelekatan aman akan menjadikan orang tuanya sebagai “safe base” atau tempat berpulang ketika dia merasa takut, bingung, atau butuh dukungan. Dalam kehidupan sehari-hari, family time adalah kesempatan emas untuk membangun kelekatan ini melalui kegiatan sederhana seperti bermain, membaca buku bersama, atau obrolan ringan sebelum tidur.
Kelekatan yang aman memberi anak keyakinan bahwa dunia adalah tempat yang bisa dipercaya dan dirinya layak untuk dicintai. Inilah pondasi awal dari kesehatan mental yang kokoh. Sebaliknya, anak yang kekurangan kelekatan emosional cenderung lebih mudah merasa cemas, sulit membangun kepercayaan, dan memiliki citra diri yang negatif. Bahkan secara biologis, manfaat bonding time terlihat dari bagaimana dia membantu menyeimbangkan hormon stres (kortisol) dan membuat anak lebih adaptif menghadapi tekanan.
Tak hanya secara emosional, kehadiran fisik yang hangat dan penuh perhatian juga berpengaruh secara fisiologis. Sentuhan lembut, pelukan, atau bahkan kontak mata yang penuh kasih memicu pelepasan hormon oksitosin. Hormon ini memberikan efek menenangkan bagi sistem saraf dan memperkuat ikatan dua arah antara Mams dan si kecil. Penelitian Physiology & Behavior bahkan menunjukkan bahwa kadar kortisol menurun ketika kadar oksitosin meningkat, menandakan berkurangnya stres. Maka, bonding bukan hanya tentang kebersamaan yang menyenangkan, tetapi proses biologis yang mendukung ketahanan mental anak sejak dini.
Membantu Anak Mengenali dan Mengelola Emosinya
Ketika anak merasa dicintai dan diterima tanpa syarat, dia memiliki ruang yang aman untuk mengeksplorasi emosinya. Rasa aman ini menjadi dasar penting bagi kemampuan anak dalam memahami perasaan seperti marah, takut, atau kecewa tanpa merasa disalahkan. Dalam suasana yang suportif, anak belajar mengenali emosi dan mengelolanya dengan cara yang sehat, bukan dengan ledakan atau penarikan diri dari lingkungan.
Selain itu, bonding yang hangat dan konsisten juga membantu membentuk empati dan keterampilan sosial sejak dini. Anak yang terbiasa mendapat respons positif dari orang tuanya akan memahami bahwa hubungan dengan orang lain bisa menjadi sumber kenyamanan, bukan tekanan. Inilah awal mula kemampuan anak untuk bersikap peka, menghargai perasaan orang lain, dan menjalin relasi yang sehat di lingkungan sosialnya.
Dalam jangka panjang, anak yang memiliki hubungan emosional yang kuat cenderung lebih terbuka terhadap komunikasi. Dia lebih nyaman bercerita, mengungkapkan perasaan, atau mencari nasihat ketika dibutuhkan. Hal ini menjadi perlindungan alami terhadap stres dan risiko gangguan mental di masa depan. Di sinilah manfaat bonding time kembali terasa nyata, dia menciptakan dasar kepercayaan yang kokoh dalam hubungan antara anak dan orang tua.
Menumbuhkan Empati dan Keterampilan Sosial Sehat
Interaksi hangat dalam bonding time bukan hanya memperkuat koneksi emosional, tapi juga menanamkan nilai-nilai penting dalam relasi sosial. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan penuh kasih akan meniru cara Mams merespons, mendengarkan, dan menghargai. Dia pun akan belajar bahwa empati dan kepedulian adalah bagian penting dalam hubungan manusia.
Apa manfaat melakukan kegiatan bersama keluarga jika tidak untuk membentuk pribadi yang lebih empatik, peka, dan bertanggung jawab dalam hubungan sosial? Anak-anak yang merasakan kehadiran orang tua dalam keseharian mereka umumnya lebih siap menghadapi tantangan sosial, seperti konflik dengan teman atau tekanan di lingkungan sekolah. Mereka tahu bahwa ada tempat aman untuk kembali, sebuah dukungan emosional yang sangat berarti.
Keterbukaan yang tumbuh dari bonding yang sehat juga menciptakan komunikasi dua arah yang kuat. Anak merasa bebas mengungkapkan apa pun tanpa takut dihakimi, dan ini penting untuk menjalin kedekatan hingga masa remaja. Di sinilah kita melihat bahwa family time adalah lebih dari sekadar quality time, dia adalah ruang belajar emosional yang penuh makna.
Menguatkan Fondasi Mental Positif hingga Dewasa
Manfaat bonding time yang kuat ternyata tidak berhenti di masa kanak-kanak. Penelitian jangka panjang Child Development menunjukkan bahwa pola kelekatan yang terbentuk sejak bayi cenderung bertahan hingga dewasa. Anak yang terbiasa merasa aman, didukung, dan dicintai sejak dini, tumbuh menjadi individu dewasa yang mampu membina hubungan sehat, menghadapi stres dengan tenang, dan memiliki keseimbangan emosional yang baik.
Tak hanya itu, individu yang memiliki pengalaman bonding positif dengan orang tuanya umumnya lebih mampu menghadapi tekanan hidup dengan tenang. Mereka dapat memandang tantangan sebagai bagian alami dari proses tumbuh, bukan sebagai beban yang menakutkan. Sebaliknya, kurangnya kelekatan emosional di masa kecil sering kali membuat seseorang lebih sulit mengatur emosi dan rentan terhadap kecemasan maupun depresi.
Yang menarik, meskipun ada anak yang mungkin tidak mendapat kelekatan ideal sejak awal, pengalaman bonding yang penuh kasih di kemudian hari tetap bisa memperbaiki fondasi emosionalnya. Ini membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk membangun hubungan yang sehat dan penuh kehangatan dengan anak. Setiap momen bonding yang dilakukan dengan tulus adalah investasi emosional yang akan membekali anak menghadapi hidup dengan lebih percaya diri dan empatik.
A Word From Navila
Mams, manfaat bonding time tidak selalu harus hadir dalam momen besar. Terkadang, hal paling sederhana justru memberikan dampak paling bermakna. Dalam setiap pelukan, senyuman, atau sentuhan lembut, anak belajar bahwa dirinya berharga dan dicintai. Itulah bekal mental yang tak ternilai harganya.

Tak perlu menunggu momen istimewa untuk menciptakan ikatan ini. Sentuhan lembut saat memijat si kecil dengan Minyak Telon Navila setelah mandi bisa menjadi wujud nyata kasih sayang yang mendalam. Kehangatan alami dan aroma lembutnya bukan hanya menenangkan tubuh, tapi juga mempererat cinta yang menjadi dasar tumbuh kembang anak secara utuh. Hadirlah sepenuh hati, Mams, karena itulah yang paling anak butuhkan.
References
- Simply Psychology. John Bowlby’s Attachment Theory. Retrieved from https://www.simplypsychology.org/bowlby.html
- Flaherty, S. C., & Sadler, L. S. (2011). A review of attachment theory in the context of adolescent parenting. Journal of Pediatric Health Care, 25(2), 114-121.
- Gordon, I., Zagoory-Sharon, O., Leckman, J. F., & Feldman, R. (2010). Oxytocin, cortisol, and triadic family interactions. Physiology & behavior, 101(5), 679-684.
- Harvard University. Children’s Emotional Development Is Built into the Architecture of Their Brains. Retrieved from https://developingchild.harvard.edu/resources/working-paper/childrens-emotional-development-is-built-into-the-architecture-of-their-brains/
- Santana-Ferrándiz, M., Ibáñez-Pérez, J., & Moret-Tatay, C. (2025). Empathy and Parental Sensitivity in Child Attachment and Socioemotional Development: A Systematic Review from Emotional, Genetic, and Neurobiological Perspectives. Children, 12(4), 465.
- Waters, E., Merrick, S., Treboux, D., Crowell, J., & Albersheim, L. (2000). Attachment security in infancy and early adulthood: A twenty‐year longitudinal study. Child development, 71(3), 684-689.





1 comment