Pernahkah Mams merasa seharian sudah bersama si kecil, tapi ketika malam tiba, justru muncul perasaan belum benar-benar terhubung dengannya? Mungkin tadi sempat makan bersama, menonton TV, atau mengantar les. Tapi kalau hati Mams masih sibuk memikirkan pekerjaan atau notifikasi yang belum dibalas, momen itu belum bisa disebut quality time.

Yang dibutuhkan si kecil bukan hanya kehadiran fisik, tapi juga kehadiran hati, penuh perhatian, bebas distraksi, dan benar-benar hadir. Quality time bukan tentang durasi, melainkan tentang kualitas kebersamaan yang utuh. Si kecil yang merasa didengar dan dihargai secara emosional akan tumbuh lebih percaya diri, terbuka, dan memiliki hubungan kuat dengan orang tuanya.

Apa Itu Quality Time Keluarga dan Mengapa Anak Butuh Itu Setiap Hari

Quality time keluarga adalah waktu yang diisi dengan kehadiran emosional dan fisik yang penuh. Bukan sekadar duduk bersama sambil pegang gawai masing-masing, tapi benar-benar terhubung, saling berbicara, dan menunjukkan perhatian. Menurut Harvard University, interaksi emosional semacam ini berpengaruh langsung pada perkembangan otak dan kepribadian anak.

Banyak keluarga merasa sudah “sering bersama”, padahal yang terjadi hanyalah berbagi ruang. Padahal si kecil bisa saja duduk di sebelah orang tuanya, tapi merasa sendirian jika tidak ada interaksi hangat yang terjadi. Hanya dengan 20–30 menit sehari tanpa distraksi, hubungan orang tua dan anak bisa menjadi lebih kuat dan penuh makna.

Bagaimana tahu apakah si kecil sudah mendapat quality time yang cukup? Berikut beberapa sinyal positif:

  • Anak bercerita antusias, bahkan tanpa ditanya.
  • Mampu mengungkapkan perasaan secara jujur, misalnya berkata “Aku sedih hari ini.”
  • Memberikan pelukan atau sentuhan spontan.
  • Terlihat nyaman dan senang berada di dekat orang tua.
  • Lebih kooperatif dan mudah diajak bekerja sama.

Sebaliknya, tanda si kecil masih kekurangan quality time bisa berupa:

  • Mudah marah atau rewel karena hal sepele.
  • Menjawab singkat atau terlihat enggan diajak bicara.
  • Sering mencari perhatian lewat perilaku negatif.
  • Terlihat gelisah, bahkan di rumah sendiri.
  • Terlalu asyik dengan gadget dan sulit fokus saat diajak bicara.

10 Ide Quality Time Keluarga Berdasarkan Usia Anak

Setiap anak memiliki cara berbeda dalam merasa dekat dengan orang tuanya, tergantung dari usianya. Karena itu, penting bagi Mams dan Paps untuk memilih aktivitas quality time yang sesuai dengan tahap perkembangan si kecil.

Usia Balita – SD (3–12 Tahun)

  • Masak Bareng Anak

Kegiatan memasak bersama bukan hanya seru, tapi kaya manfaat. Si kecil belajar banyak hal: mengenal tekstur bahan, menakar, dan mengikuti instruksi. Ini melatih motorik halus dan fokusnya. Saat merasa dilibatkan, dia belajar percaya diri. Momen ini juga membangun komunikasi hangat yang tak terlupakan.

  • Tukar Peran Sehari

Coba ajak si kecil bermain “tukar peran”, di mana Mams menjadi anak, dan si kecil menjadi orang tua. Aktivitas ini sederhana tapi sangat bermanfaat. Si kecil belajar memahami peran orang tua dan membentuk empati. Sementara Mams bisa melihat dunia dari sudut pandang anak. Permainan ini juga penuh tawa dan kehangatan.

  • Membuat Cerita Bersama

Mengarang cerita bersama bisa menjadi sarana eksplorasi emosi dan imajinasi anak. Si kecil belajar menyampaikan ide, menata alur, dan berpikir kreatif. Mams bisa menambahkan pertanyaan agar percakapan makin hidup. Ini juga membantu dia belajar menyusun narasi dan mengenal struktur cerita. Tak kalah penting, Mams jadi tahu apa yang sedang si kecil pikirkan.

Usia Remaja (13–18 Tahun)

  • Walk & Talk

Jalan sore sambil ngobrol terbukti jadi cara efektif membangun komunikasi. Suasana lebih santai, remaja jadi lebih terbuka. Tanpa tatapan langsung seperti saat di meja makan, si kecil lebih nyaman bercerita. Aktivitas fisik ringan juga bantu suasana hati lebih stabil. Ini adalah ruang aman tanpa tekanan.

  • Buat Playlist Keluarga

Ajak si kecil membuat daftar lagu favorit keluarga. Musik jadi media ekspresi dan bisa membuka cerita yang tak disangka. Remaja bisa menunjukkan sisi dirinya lewat lagu yang dia pilih. Mams juga bisa berbagi lagu dari masa mudanya. Aktivitas ini tampak sepele, tapi bisa memperkuat rasa terhubung secara emosional.

  • Journaling Bareng

Menulis jurnal bersama bisa jadi media refleksi dan kejujuran. Remaja cenderung sulit mengekspresikan perasaan secara lisan. Tapi lewat tulisan, mereka lebih bebas. Mams bisa mulai dengan pertanyaan seperti “apa hal baik hari ini?” atau “apa yang bikin kamu kesal?” Lalu saling berbagi jika merasa nyaman.

Untuk Semua Usia

  • Movie Night + Sesi Refleksi

Nonton film bersama bisa lebih dari sekadar hiburan. Pilih film bertema keluarga, lalu diskusikan setelahnya. Tanyakan pendapat si kecil tentang karakter atau konflik dalam cerita. Ini melatih empati, berpikir kritis, dan memperkuat nilai keluarga. Diskusi bisa jadi pintu masuk untuk obrolan yang lebih dalam.

  • Family Mission Day

Tetapkan satu hari dalam sebulan untuk melakukan kebaikan bersama. Bisa membantu tetangga, berbagi makanan, atau membersihkan taman. Anak belajar arti kontribusi dan empati sosial. Mams pun memberi teladan secara nyata. Momen ini membuat si kecil merasa bangga jadi bagian dari keluarga yang peduli.

  • Kuis “Seberapa Kenal Kita?”

Buat kuis ringan tentang hal-hal kecil yang biasanya terlewat. Seperti makanan favorit, mimpi lucu, atau kebiasaan unik. Aktivitas ini seru dan membuka ruang untuk saling tahu lebih dalam. Si kecil merasa dihargai ketika jawabannya dikenal dengan benar. Sementara orang tua pun belajar lebih mengenal anaknya.

  • Circle Malam (Cerita dan Syukur)

Sebelum tidur, ajak semua anggota keluarga berbagi cerita tentang hari mereka. Satu hal yang menyenangkan, satu hal yang membuat sedih, dan satu hal yang disyukuri. Ini membangun kebiasaan refleksi dan komunikasi terbuka. Si kecil jadi terbiasa mengungkapkan perasaan. Rutinitas ini sederhana, tapi sangat mempererat hubungan.

A Word From Navila

Membangun hubungan yang dekat tidak harus mahal atau rumit, contohnya membangun quality time bersama keluarga. Kuncinya ada pada perhatian yang tulus, momen kecil yang dilakukan dengan kesadaran, dan rutinitas yang bermakna. Si kecil mungkin tidak akan ingat mainan apa yang dibelikan, tapi mereka akan selalu ingat perasaan dicintai dalam momen-momen sederhana bersama orang tua.

Dan jika Mams ingin menghadirkan suasana baru yang tetap sarat kedekatan, kenapa tidak coba staycation keluarga? Temukan inspirasi seru dan sehat untuk mempererat bonding keluarga melalui artikel ini: Ide Staycation Seru dan Sehat untuk Keluarga di Rumah.


References

  • Shonkoff, J. P., Boyce, W. T., Cameron, J., Duncan, G. J., Fox, N. A., & Greenough, W. T. (2004). Children’s emotional development is built into the architecture of their brains (National Scientific Council on the Developing Child)[PDF Document]. https://developingchild.harvard.edu/wp-content/uploads/2024/10/Childrens-Emotional-Development-Is-Built-into-the-Architecture-of-Their-Brains.pdf
  • Li, J., Ramirez, T., & Barnes, S. (2023). Early Relational Health: A Review of Research, Principles, and Perspectives. The Burke Foundation. https://www.gse.harvard.edu/sites/default/files/2023-09/ERH-Report_final.pdf
  • NYU Langone Health. Spending (Much More) Time with Your Young Child: Strengthening Skills & Relationships Through Play. Retrieved from https://nyulangone.org/news/spending-much-more-time-your-young-child-strengthening-skills-relationships-through-play
  • LDA of Lowa. Topic 4: How Does Quality Time Impact Parent-Child Relationships? Retrieved from https://ldaiowa.org/parenting-guide-section-4/topic-4-how-does-quality-time-impact-parent-child-relationships/
  • Li, D., & Guo, X. (2023). The effect of the time parents spend with children on children’s well-being. Frontiers in psychology, 14, 1096128. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2023.1096128/full
  • Parents. 9 Subtle Signs Your Child Might Need More Attention. Retrieved from https://www.parents.com/signs-your-kid-needs-more-attention-8757474