Menjadi orang tua baru sering kali membuat Mams dihadapkan pada berbagai nasihat turun-temurun tentang mitos perawatan bayi. Mulai dari memakaikan gurita agar perut tidak kembung, menempelkan koin di pusar supaya tidak bodong, hingga memberi pisang sejak dini agar bayi kenyang dan cepat tumbuh. 

Meskipun semua ini disampaikan dengan niat baik, penting untuk diketahui bahwa tidak semuanya benar secara medis. Dalam dunia kesehatan anak modern, pendekatan berbasis sains sangat dianjurkan karena kesalahan dalam perawatan awal bisa berdampak pada kenyamanan hingga tumbuh kembang si kecil ke depannya.

Memakaikan Gurita untuk Cegah Kembung

Mitos perawatan bayi yang umum adalah bahwa gurita bisa menghindarkan bayi dari kembung memang sudah lama dipercaya. Namun, Mams, secara medis, kembung pada bayi bukan disebabkan oleh “angin” yang bisa ditekan dari luar. Penyebab utamanya justru karena sistem pencernaan yang masih berkembang dan beradaptasi. Penggunaan gurita yang terlalu ketat justru dapat mengganggu pernapasan bayi, karena mereka bernapas menggunakan otot perut. Alih-alih memberikan kenyamanan, bayi bisa merasa sesak atau bahkan lebih sering menangis karena tidak nyaman.

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Jeumpa, Aceh, mencatat bahwa bayi yang rutin menggunakan gurita, terutama yang dililit terlalu kencang, mengalami gumoh lebih sering dibandingkan bayi tanpa gurita. Selain membuat isi lambung terdorong keluar, gesekan kain pada kulit bayi juga dapat menyebabkan iritasi, apalagi jika dipakai dalam waktu lama. Organ-organ dalam bayi yang sedang tumbuh pun butuh ruang untuk berkembang, dan tekanan dari gurita bisa menghambat proses ini.

Sebagai langkah yang lebih aman, Mams cukup memakaikan baju longgar dari bahan lembut yang sesuai suhu ruangan. Jika bayi tampak kembung atau sering gumoh, fokuslah pada teknik menyusui yang tepat dan biasakan menyendawakan bayi setelah minum. Pendekatan ini jauh lebih efektif dan nyaman dibandingkan melilitkan kain ke perutnya.

Menempelkan Koin di Pusar Supaya Tidak “Bodong”

Pusar yang tampak menonjol sering membuat orang tua khawatir dan memicu kebiasaan menempelkan koin sebagai solusinya. Padahal, tonjolan ini umumnya merupakan hernia umbilikalis, kondisi umum yang terjadi saat otot perut bayi belum tertutup sempurna. Sekitar 10–23% bayi mengalami kondisi ini, dan menurut data medis dari Cleveland Clinic, sebagian besar kasus akan sembuh dengan sendirinya sebelum anak berusia lima tahun tanpa intervensi apa pun.

Menempelkan koin justru berisiko. Selain tidak efektif, tekanan dari benda asing ini bisa menyebabkan iritasi, infeksi kulit, atau bahkan memperburuk kondisi hernia jika usus ikut terjepit, walau hal ini jarang terjadi. Yang lebih penting adalah menjaga area pusar tetap bersih dan kering, serta memantau jika ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, atau cairan. Bila tonjolan tidak mengecil setelah usia 4–5 tahun, barulah konsultasi ke dokter menjadi langkah bijak.

Daripada mengandalkan cara-cara lama yang belum terbukti, lebih baik berikan perawatan berdasarkan pengawasan medis. Mams bisa membantu si kecil tetap nyaman tanpa harus menempuh jalan yang justru menimbulkan risiko baru. Nah, untuk itu penting mengetahui cara membersihkan tali pusar si kecil yang tepat. Ketahui selengkapnya di: Panduan Memandikan Bayi Baru Lahir dan Perawatan Tali Pusar.

Navila All Products

Memberi Pisang atau Nasi Sejak Usia Minggu Pertama

Beberapa orang percaya bahwa memberi pisang atau nasi sejak bayi baru lahir bisa membantu bayi kenyang lebih lama. Namun, secara ilmiah, sistem pencernaan bayi baru lahir belum siap menerima makanan padat. WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa bayi sebaiknya mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, karena ASI-lah yang menyediakan nutrisi terbaik sekaligus perlindungan alami dari infeksi.

Pemberian makanan padat sebelum waktunya dapat menyebabkan masalah seperti sembelit, perut kembung, bahkan risiko tersedak. Selain itu, bayi usia seminggu masih memiliki refleks tongue-thrust, yaitu gerakan lidah yang secara otomatis mendorong keluar benda asing dari mulut, yang artinya tubuhnya belum siap menerima makanan lain selain ASI.

Studi dalam Public Health Nutrition juga menyebutkan bahwa pemberian MPASI dini bisa memengaruhi keseimbangan mikrobiota usus, meningkatkan risiko alergi, dan mengganggu sistem imun. Oleh karena itu, jika si kecil tampak sering menyusu, itu bukan karena ASI tidak cukup, melainkan karena tubuhnya sedang bertumbuh dan membutuhkan asupan lebih dari sumber yang tepat.

Bayi Harus Selalu Memakai Sarung Tangan dan Kaos Kaki

Sering kali kita melihat bayi memakai sarung tangan dan kaos kaki hampir sepanjang waktu, dengan alasan agar tidak kedinginan atau menghindari luka di wajah akibat cakaran. Namun, ternyata kebiasaan ini bisa menghambat perkembangan sensorik bayi. Bagian tangan dan kaki memiliki banyak reseptor saraf peraba, yang sangat penting dalam membantu bayi mengenal dunia sejak dini.

Penelitian dari Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa stimulasi melalui sentuhan langsung membantu perkembangan otak dan motorik halus. Jika bayi terus-menerus memakai sarung tangan, dia kehilangan kesempatan untuk meraba dan menggenggam benda di sekitarnya. Padahal, aktivitas ini penting untuk mendukung perkembangan sensorik dan motorik halus sejak dini.

Mams bisa tetap menjaga keamanan bayi dengan cara yang lebih alami, misalnya dengan rutin memotong kuku si kecil menggunakan alat khusus bayi. Biarkan tangan dan kakinya bebas saat cuaca tidak terlalu dingin, agar dia bisa mendapatkan stimulasi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal.

Minyak Telon Dilarang untuk Bayi

Sebagian orang menghindari penggunaan minyak telon karena takut menimbulkan iritasi atau rasa panas berlebih. Faktanya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak menyatakan minyak telon dilarang digunakan. Namun, memang perlu digunakan dengan bijak, terutama pada bayi dengan kulit sensitif. Kuncinya terletak pada komposisi dan cara pemakaian yang tepat.

Kulit bayi, terutama yang baru lahir, sangat tipis dan rentan terhadap reaksi bahan tertentu. Jika minyak telon mengandung kadar minyak kayu putih terlalu tinggi, bisa menimbulkan sensasi panas atau kemerahan pada kulit bayi. Karena itu, Mams sebaiknya memilih produk yang memang diformulasikan khusus untuk bayi, dan selalu melakukan tes pada area kecil kulit terlebih dahulu sebelum penggunaan menyeluruh.

Oleskan minyak telon secara tipis, cukup di area perut, dada, atau punggung, dan hanya bila diperlukan. Jika muncul reaksi seperti ruam atau gatal, hentikan pemakaian dan konsultasikan ke dokter. Dengan cara ini, Mams bisa tetap mendapatkan manfaat hangat dari minyak telon tanpa mengorbankan kenyamanan kulit si kecil. Yuk, ketahui alasan selengkapnya di: Stop Menggunakan Minyak Telon? Lanjut Dong! Simak Penelitian Terbaru Ini!

A Word from Navila

Merawat bayi tidak cukup hanya mengandalkan tradisi, tetapi juga membutuhkan pemahaman ilmiah agar setiap langkah yang dilakukan benar-benar aman dan bermanfaat. Banyak mitos perawatan bayi yang terdengar logis, namun jika tidak didukung bukti medis, justru bisa menghambat tumbuh kembang si Kecil. Dengan memilih perawatan berbasis sains, Mams memastikan buah hati tumbuh dalam kenyamanan dan perlindungan terbaik.

Untuk melengkapi perawatan penuh cinta, Navila menghadirkan rangkaian produk yang lembut dan aman bagi bayi serta ibu modern:

Navila All Products

Untuk si kecil (Navila Baby):

Untuk Mams (Navila Mama):

Karena di setiap sentuhan, Navila tidak hanya memberikan kelembutan, tetapi juga perlindungan penuh cinta bagi Mams dan si Kecil.


References

  • Ismiati, I., & Marhamah, M. H. (2024). Hubungan Penggunaan Gurita Dengan Frekuensi Gumoh Pada Bayi 0-4 Minggu Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jeumpa Kabupaten Bireun. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 16, 48-56.
  • Cleveland Clinic. Umbilical Hernia. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/umbilical-hernia
  • WHO. Infant and young child feeding. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infant-and-young-child-feeding
  • Abrams, E. M., & Becker, A. B. (2013). Introducing solid food: Age of introduction and its effect on risk of food allergy and other atopic diseases. Canadian Family Physician, 59(7), 721-722.
  • Libertus, K., & Landa, R. J. (2014). Scaffolded reaching experiences encourage grasping activity in infants at high risk for autism. Frontiers in Psychology, 5, 1071.
  • IDAI. Memilih Produk Kulit untuk Si Kecil. Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memilih-produk-kulit-untuk-si-kecil