Hari-hari pertama kehidupan bayi adalah masa paling rentan dan menentukan. Di saat tubuh mungilnya baru mulai beradaptasi, sistem imunnya masih belum siap melawan ancaman dari luar. Salah satu infeksi serius yang bisa muncul bahkan sejak hari pertama kelahiran adalah neonatal sepsis, infeksi yang menyebar melalui aliran darah dan bisa berakibat fatal bila tidak segera dikenali.

Gejalanya sering kali samar, seperti bayi tampak lemas, malas menyusu, atau suhu tubuh yang tidak stabil, sehingga tidak jarang terlewat oleh orang tua. Karena itu, penting bagi Mams untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini, memahami faktor risikonya, dan tahu langkah pencegahan yang tepat.

Apa Itu Neonatal Sepsis dan Mengapa Sangat Berbahaya?

Neonatal sepsis adalah infeksi sistemik yang menyerang bayi berusia kurang dari 28 hari. Infeksi ini terjadi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau jamur masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi ini termasuk darurat medis karena bisa memicu peradangan hebat yang berujung pada kerusakan organ vital seperti jantung, paru-paru, dan ginjal. Bayi baru lahir, terutama yang prematur, sangat rentan karena sistem imunnya belum matang, sehingga tubuhnya tidak mampu melawan infeksi dengan efektif.

Dalam praktik klinis, neonatal sepsis dibagi menjadi dua jenis, yaitu Early-Onset Sepsis (EOS) dan Late-Onset Sepsis (LOS). EOS terjadi dalam 72 jam pertama kehidupan dan biasanya berasal dari infeksi yang ditularkan dari ibu, seperti ketuban pecah dini atau infeksi saluran kemih. Sementara LOS muncul setelah 72 jam dan sering kali disebabkan oleh paparan lingkungan, misalnya peralatan medis yang tidak steril atau penularan dari tenaga kesehatan. Jenis bakteri yang umum ditemukan antara lain Group B Streptococcus, E. coli, Klebsiella, dan Staphylococcus aureus.

Data dari WHO menunjukkan bahwa neonatal sepsis merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada bayi baru lahir secara global. Di Indonesia sendiri, studi dalam BMC Public Health mencatat angka kejadian 11,5 per 1.000 kelahiran hidup dengan tingkat kematian mencapai 21,5% dalam 28 hari pertama. Fakta ini menegaskan bahwa deteksi dini dan pemberian antibiotik secara cepat menjadi kunci utama dalam menyelamatkan nyawa dan mencegah komplikasi jangka panjang.

Penyebab Neonatal Sepsis

Sumber infeksi pada neonatal sepsis bisa berasal dari berbagai tahap, mulai dari kehamilan hingga setelah bayi lahir. Pada masa kehamilan, kondisi seperti ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, infeksi saluran kemih, atau infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis) berpotensi menularkan bakteri ke janin melalui plasenta atau cairan ketuban. Jalur infeksi ini sangat terbuka dan berisiko tinggi menyebabkan sepsis sejak lahir.

Proses persalinan juga menyimpan risiko penularan, terutama jika berlangsung lama atau menggunakan alat medis tanpa protokol steril yang ketat. Patogen seperti GBS, E. coli, dan Klebsiella kerap ditemukan dalam kasus ini. Berdasarkan laporan Clinical Medicine Insights: Pediatrics, infeksi Group B Streptococcus adalah penyebab terbanyak sepsis awal pada bayi baru lahir di banyak negara, termasuk Indonesia.

Setelah bayi lahir, paparan lingkungan menjadi faktor penting lainnya. Bayi yang dirawat di NICU lebih berisiko terkena infeksi nosokomial, yakni infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit. Penggunaan kateter, ventilator, atau tangan yang tidak bersih dapat menjadi jalur masuk bakteri. Selain itu, ketidakseimbangan mikrobiota usus (dysbiosis) juga terbukti memperlemah pertahanan alami tubuh bayi. Karena itu, kebersihan dan perawatan lingkungan sangat berperan dalam menekan risiko infeksi.

Gejala Neonatal Sepsis yang Sering Tak Disadari Orang Tua

Salah satu tantangan utama dalam mendeteksi neonatal sepsis adalah gejalanya yang tidak khas. Bayi mungkin tampak “berbeda dari biasanya”, lebih lesu, tidak tertarik menyusu, atau menunjukkan perubahan suhu tubuh, entah itu demam atau malah kedinginan. Beberapa bayi mengalami napas cepat, sesak, atau bahkan henti napas singkat (apnea). Tanda lain yang sering terlewat adalah kulit yang tampak pucat atau kebiruan, serta bayi yang tiba-tiba menjadi sangat rewel atau terlalu diam.

Navila All Products

Karena gejala klinis bisa sangat halus, dokter biasanya mengandalkan pemeriksaan penunjang seperti hitung darah lengkap, C-Reactive Protein (CRP), dan Prokalsitonin (PCT) untuk menilai adanya peradangan. Kultur darah juga dilakukan untuk memastikan jenis bakteri penyebab, meski hasilnya tidak selalu instan. Dalam kasus tertentu, pemeriksaan cairan otak (lumbal pungsi) dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis.

Menariknya, studi Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan menunjukkan bahwa kombinasi biomarker seperti PCT dan CRP mampu meningkatkan akurasi diagnosis lebih dari 80%. PCT bahkan dapat meningkat dalam 2–4 jam setelah tubuh terpapar infeksi, sehingga membantu dokter mengambil keputusan lebih cepat. Namun, tidak ada satu pemeriksaan pun yang bisa dijadikan patokan tunggal. Evaluasi menyeluruh oleh tenaga medis tetap diperlukan untuk memastikan diagnosis yang tepat.

Penanganan dan Pencegahan Neonatal Sepsis

Jika dokter mencurigai adanya sepsis, penanganan harus segera dimulai tanpa menunggu hasil laboratorium. Antibiotik intravena akan langsung diberikan untuk menargetkan bakteri yang umum ditemukan. Kombinasi ampisilin dan gentamisin sering digunakan sebagai terapi awal. Bayi dengan kondisi berat biasanya dirawat di NICU agar bisa dipantau secara intensif. Di sana, fungsi vital seperti jantung, pernapasan, dan suhu tubuh akan diawasi ketat.

Namun, langkah yang paling ideal adalah mencegah sepsis terjadi sejak awal. Pemeriksaan kehamilan yang rutin sangat membantu untuk mendeteksi infeksi pada ibu, seperti infeksi saluran kemih atau ketuban pecah dini. Di beberapa negara, ibu hamil juga menjalani skrining bakteri GBS pada trimester akhir. Jika hasilnya positif, antibiotik akan diberikan saat persalinan untuk mencegah penularan ke bayi. Langkah ini terbukti efektif mengurangi risiko sepsis dini secara signifikan.

Setelah bayi lahir, kebersihan menjadi pertahanan utama. Mams dan keluarga disarankan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, membatasi kunjungan dari orang yang sedang sakit, dan menjaga perawatan tali pusat tetap steril. Di fasilitas kesehatan, prosedur standar kebersihan harus dijalankan dengan ketat, terutama dalam penggunaan alat medis. Langkah-langkah sederhana seperti ini dapat menurunkan risiko infeksi hingga 40%. Dan jika Mams melihat tanda-tanda seperti demam, lesu, atau bayi tidak menyusu dengan baik, segera konsultasikan ke dokter tanpa menunggu gejala memburuk.

A Word From Navila

Mams, menjaga kesehatan bayi di hari-hari pertamanya adalah tanggung jawab yang besar namun penuh makna. Neonatal sepsis adalah ancaman nyata, namun dengan pengetahuan yang tepat, Mams bisa menjadi garda terdepan dalam pencegahan. Kebersihan lingkungan, pemantauan gejala awal, dan konsultasi medis yang tepat waktu adalah kunci utamanya.

Minyak Telon Terbaik Buat Bayi: Hampers Unik Lebaran Minyak Telon Navila

Sebagai bentuk dukungan kecil untuk perawatan harian Si Kecil, Mams bisa memberikan sentuhan hangat melalui pijatan lembut dengan Minyak Telon Navila. Kehangatan alami dari telon membantu menjaga suhu tubuh bayi, sementara aromanya yang lembut memberi rasa tenang. Rutinitas sederhana ini tak hanya menguatkan ikatan antara Mams dan buah hati, tapi juga menjadi bagian dari upaya menjaga daya tahan tubuh Si Kecil tetap optimal sejak awal kehidupan.


References

  • Habib, A., Raza, S., Ali, U., Zubairi, A. M., & Salim, E. (2021). Diagnostic accuracy of serum procalcitonin (pct) as an early biomarker of neonatal sepsis using blood culture as gold standard. J Coll Physicians Surg Pak, 30(4), 383-387.
  • Singh, M., Alsaleem, M., & Gray, C. P. (2018). Neonatal sepsis.
  • Mariani, M., Parodi, A., Minghetti, D., Ramenghi, L. A., Palmero, C., Ugolotti, E., … & Castagnola, E. (2022). Early and late onset neonatal sepsis: epidemiology and effectiveness of empirical antibacterial therapy in a III level neonatal intensive care unit. Antibiotics, 11(2), 284.
  • Salsabila, K., Toha, N. M. A., Rundjan, L., Pattanittum, P., Sirikarn, P., Rohsiswatmo, R., … & Turner, T. (2022). Early-onset neonatal sepsis and antibiotic use in Indonesia: a descriptive, cross-sectional study. BMC Public Health, 22(1), 992.
  • Raturi, A., & Chandran, S. (2024). Neonatal sepsis: Aetiology, pathophysiology, diagnostic advances and management strategies. Clinical Medicine Insights: Pediatrics, 18, 11795565241281337.