Mams, tahukah jika kenaikan berat badan yang berlebihan saat hamil bisa menimbulkan risiko, baik untuk ibu maupun janin? Banyak yang mengira itu hal wajar. Padahal jika tidak dikendalikan, bisa memicu komplikasi serius seperti diabetes gestasional, tekanan darah tinggi, hingga persalinan yang sulit.
Data dari Riskesdas menunjukkan bahwa 21,8% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan sebagian besar adalah perempuan. Ini berarti risiko tersebut cukup dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Yuk, kenali lebih dalam dampak obesitas saat hamil dan cari tahu cara mencegahnya agar kehamilan tetap sehat, aman, dan nyaman untuk Mams dan si kecil.
Apa Itu Obesitas pada Ibu Hamil?
Obesitas pada ibu hamil terjadi saat IMT (Indeks Massa Tubuh) mencapai 30 atau lebih, baik sebelum maupun di awal kehamilan. IMT dihitung dengan rumus:
IMT = berat badan (kg) ÷ (tinggi badan dalam meter x tinggi badan dalam meter)
Contohnya, jika berat badan 80 kg dan tinggi 1,6 meter, maka IMT = 80 ÷ (1,6 x 1,6) = 31,25 (tergolong obesitas).
IMT digunakan untuk menentukan status berat badan. IMT normal berkisar antara 18,5 hingga 24,9, sedangkan angka 30 ke atas sudah termasuk obesitas. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional, hipertensi, hingga bayi lahir besar (makrosomia). Berikut kategori IMT secara umum:
- IMT <18,5 = Kurus
- IMT 18,5–24,9 = Normal
- IMT 25–29,9 = Overweight
- IMT ≥30 = Obesitas
Penyebab utama obesitas saat hamil meliputi pola makan tinggi kalori, kurang aktivitas fisik, faktor genetik, dan perubahan hormon. Gaya hidup tidak aktif serta konsumsi makanan olahan tinggi gula dan lemak mempercepat kenaikan berat badan. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga pola makan seimbang dan tetap aktif demi kesehatan ibu dan janin.
Risiko Obesitas pada Ibu Hamil
Beberapa risiko dari kelebihan berat badan bumil bukan hanya berdampak pada sang ibu tapi juga janin. Berikut uraiannya:
Untuk Ibu
- Diabetes Gestasional
Saat hamil, kadar gula darah ibu bisa naik lebih tinggi dari normal jika mengalami obesitas. Ini bisa membuat persalinan jadi lebih sulit dan meningkatkan risiko ibu terkena diabetes tipe 2 setelah melahirkan. - Preeklampsia
Obesitas bisa membuat ibu hamil berisiko mengalami tekanan darah tinggi yang disertai pembengkakan dan kerusakan organ tubuh. Kondisi ini berbahaya untuk ibu dan bayi dalam kandungan. - Operasi Caesar
Ibu yang obesitas biasanya sulit melahirkan secara normal, sehingga lebih besar kemungkinan harus menjalani operasi caesar.
Untuk Bayi
- Makrosomia (Bayi Lahir Besar)
Bayi yang lahir dari ibu obesitas biasanya punya berat badan besar, lebih dari 4 kilogram. Bayi besar ini bisa membuat proses melahirkan jadi sulit dan berisiko. - Risiko Obesitas pada Anak
Anak yang lahir dari ibu obesitas cenderung lebih mudah mengalami obesitas saat tumbuh besar nanti. - Cacat Tabung Saraf
Risiko bayi lahir dengan masalah pada saraf tulang belakang, seperti spina bifida, lebih tinggi jika ibu hamil obesitas dan tidak cukup mengonsumsi asam folat.
Berapa Berat Badan Ideal Ibu Hamil?
Berat badan ideal saat hamil tergantung pada IMT (Indeks Massa Tubuh) ibu sebelum hamil. Semakin rendah IMT, semakin banyak kenaikan berat badan yang dianjurkan. Sebaliknya, ibu dengan IMT tinggi disarankan menaikkan berat badan lebih sedikit. Berikut panduan kenaikan berat badan ideal:

Jika kenaikan terlalu banyak, ibu berisiko mengalami komplikasi seperti diabetes gestasional, preeklampsia, hingga bayi lahir besar. Tapi jika terlalu sedikit, bayi bisa lahir kecil atau prematur. Jadi, penting untuk rutin memantau berat badan dan konsultasi ke dokter.
Cara Mencegah dan Mengatasi Obesitas Saat Hamil
Obesitas selama kehamilan bisa meningkatkan risiko komplikasi, baik bagi ibu maupun janin. Karena itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga berat badan tetap ideal melalui gaya hidup sehat. Berikut beberapa langkah yang direkomendasikan oleh ahli kesehatan internasional:
1. Pola Makan Sehat dan Seimbang
Ibu hamil disarankan memilih makanan yang tinggi nutrisi namun rendah kalori, seperti sayuran hijau, buah-buahan segar, protein tanpa lemak (ayam tanpa kulit, tahu, tempe), serta karbohidrat kompleks seperti nasi merah. Hindari makanan olahan, gorengan, serta minuman manis.
Konsumsi makanan sebaiknya dibagi menjadi porsi kecil namun sering, guna menjaga kadar gula darah tetap stabil dan mencegah rasa lapar berlebihan.
2. Aktivitas Fisik Ringan (Dengan Izin Dokter)
Olahraga ringan seperti jalan kaki 30 menit per hari atau prenatal yoga terbukti aman dan bermanfaat, selama tidak ada kondisi medis yang membatasi. Aktivitas ini membantu menjaga berat badan, memperbaiki mood, serta mempersiapkan tubuh menghadapi persalinan. Sebelum mulai, pastikan berkonsultasi dengan dokter atau bidan untuk memastikan jenis olahraga sesuai dengan kondisi kehamilan.
3. Konsultasi Gizi Secara Rutin
Setiap ibu hamil memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda. Ahli gizi atau dokter kandungan dapat membantu memantau kenaikan berat badan ideal dan menyusun pola makan sesuai kebutuhan. Menurut CDC, ibu dengan obesitas (IMT ≥ 30) disarankan hanya naik 5–9 kg selama kehamilan, lebih rendah dari ibu dengan berat badan normal.
4. Dukungan Suami dan Keluarga
Menjalani pola hidup sehat saat hamil membutuhkan dukungan emosional dan logistik. Suami bisa membantu menyiapkan makanan sehat, menemani olahraga, hingga memberi semangat saat ibu merasa lelah atau kurang motivasi. Studi menunjukkan bahwa dukungan pasangan dapat meningkatkan kepatuhan ibu terhadap gaya hidup sehat selama kehamilan, yang berdampak positif bagi kesehatan janin.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera periksakan ke dokter jika berat badan naik tajam dalam waktu singkat, terutama lebih dari 0,9 kg per minggu setelah trimester pertama kehamilan. Perubahan berat badan yang drastis bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang perlu penanganan segera.
Selain itu, waspadai gejala seperti tekanan darah tinggi, pembengkakan tiba-tiba pada wajah atau tangan, sakit kepala parah, dan penglihatan kabur. Gejala-gejala ini tidak boleh diabaikan karena bisa menjadi pertanda preeklampsia atau kondisi serius lainnya. Pemeriksaan dini sangat penting untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi selama masa kehamilan.
A Word From Navila
Obesitas saat hamil bukanlah hal yang harus dikhawatirkan berlebihan, namun memang membutuhkan perhatian khusus. Pencegahan sejak dini dengan pola makan yang seimbang, rutin beraktivitas fisik yang sesuai, serta kontrol kesehatan secara teratur sangat penting untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Ingat, Mams tidak sendirian dalam perjalanan ini. Dukungan dari pasangan dan keluarga sangat membantu menjaga semangat dan kenyamanan selama kehamilan. Navila percaya, dengan perhatian dan langkah yang tepat, Mams dapat menjalani kehamilan yang sehat, aman, dan penuh kebahagiaan.
Untuk mendukung perjalanan ini, yuk intip inspirasi menu dan panduan makanan sehat bagi ibu menyusui dan bayi di sini: Makanan untuk Ibu Menyusui Agar Bayi Cerdas, Gemuk dan Sehat.
References
- Kementerian Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2018 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. Vol. 53, Laporan Nasional Riskesdas 2018. 2018. p. 154–65. Available from https://layanandata.kemkes.go.id/katalog-data/riskesdas/ketersediaan-data/riskesdas-2018
- Masdarwati, M., Kadir, E., Imran, A., & Handayani, E. T. (2022). Factors associated with obesity incidence in the military command health unit XIV/Hasanuddin Makassar. Al Gizzai: Public Health Nutrition Journal, 3(2), 123–130. https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/algizzai/article/view/26006/13306
- Amelia, Y. T. (2022). Hubungan Obesitas dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2022. Jurnal Kesehatan Stikes Bina Usada Palu, 5(2), 59–66. https://jurnal.stikesbup.ac.id/index.php/jks/article/view/177
- Moore Simas, T. A., Waring, M. E., Sullivan, G. M., Liao, X., Rosal, M. C., Hardy, J. R., & Berry Jr, R. E. (2013). Institute of medicine 2009 gestational weight gain guideline knowledge: survey of obstetrics/gynecology and family medicine residents of the United States. Birth, 40(4), 237-246. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/birt.12061
- Fikes Alma Ata. (n.d.). Cara Menghitung Penambahan Berat Badan Ideal Saat Hamil. Universitas Alma Ata. Retrieved from https://fikes.almaata.ac.id/cara-menghitung-penambahan-berat-badan-ideal-saat-hamil/
- Setyawan, R. (2021). Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Wanita Usia Subur (WUS). Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 3(3), 162–169. https://doi.org/10.34011/jks.v3i3.1416
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Waspadai Obesitas Saat Hamil, Ini Cara Mengatasinya. Retrieved from https://ayosehat.kemkes.go.id/waspadai-obesitas-saat-hamil-ini-cara-mengatasinya
- Saputri, L. R., & Prawitasari, T. (2021). Hubungan Obesitas dalam Kehamilan terhadap Kejadian Makrosomia di RSUD Dr. H. Moh. Anwar Kabupaten Sumenep. Medula: Jurnal Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Madura, 9(1), 13–19. https://mail.journalofmedula.com/index.php/medula/article/download/134/92
- Wardani, N. K. (2015). Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu Sebelum Hamil dengan Kejadian Preeklampsia di RSUD Sleman Yogyakarta. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 3(1), 23–30. https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/download/219/pdf1
- Haris, A., Yusnita, & Fithriani, D. (2021). Pengaruh Obesitas dalam Kehamilan terhadap Kejadian Preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Universitas Lampung. https://repository.lppm.unila.ac.id/31226/1/Pengaruh%20Obesitas%20dalam%20Kehamilan.pdf