Apa yang Mams rasakan saat kontraksi datang lebih awal dari waktu yang seharusnya? Rasa cemas, bingung, atau mengira itu hanya keluhan biasa di trimester akhir sering kali muncul. Tapi jika kontraksi terasa teratur, disertai nyeri punggung bawah atau tekanan di panggul, Mams perlu waspada. Bisa jadi, itu tanda awal dari kondisi serius bernama partus prematurus imminens.

Kondisi ini menandakan tubuh Ibu sedang bersiap melahirkan sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Artinya, ada ancaman persalinan dini yang bisa berdampak besar bagi Ibu dan bayi. Jika tidak segera ditangani, risiko komplikasi akan meningkat. Maka dari itu, penting untuk mengenali gejalanya sejak awal.

Partus prematurus imminens bukan sekadar istilah medis rumit. Ini adalah sinyal bahwa persalinan bisa terjadi lebih cepat dari seharusnya. Semakin dini dikenali, semakin besar peluang untuk mencegah kelahiran prematur. Yuk, Mams, simak penjelasan lengkap tentang gejala, penyebab, dan cara penanganannya di artikel ini!

Partus Prematurus Imminens Adalah Ancaman Nyata Persalinan Sebelum Waktunya

Partus prematurus imminens adalah kondisi kontraksi teratur yang muncul sebelum kehamilan 37 minggu. Meski kontraksi terjadi, serviks belum mengalami pembukaan yang berarti. Artinya, tubuh Ibu telah menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan, meskipun belum waktunya. Jika dideteksi sejak awal, kondisi ini masih bisa dicegah berkembang menjadi persalinan prematur. Karena itu, penting bagi Mams untuk tidak mengabaikan kontraksi yang muncul terlalu dini.

Dalam dunia medis, partus prematurus diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Imminens adalah tahap awal, di mana belum ada pembukaan serviks. Incipiens menandakan persalinan dini telah dimulai, sedangkan habitualis mengacu pada kejadian prematur yang berulang. Pembedaan ini penting untuk menentukan langkah intervensi yang paling tepat. Diagnosis yang cepat memberi peluang lebih besar untuk mempertahankan kehamilan hingga cukup bulan.

Menurut data WHO, lebih dari 15 juta bayi lahir prematur setiap tahun, dan sekitar satu juta di antaranya meninggal akibat komplikasi yang bisa dicegah. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan partus prematurus imminens. Sayangnya, banyak Ibu mengira nyeri punggung atau tekanan di panggul hanyalah keluhan biasa. Padahal, itu bisa menjadi tanda awal persalinan dini yang serius.

Tanda-Tanda Klinis yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil

Salah satu gejala utama partus prematurus imminens adalah kontraksi rahim yang terjadi lebih dari empat kali dalam satu jam sebelum usia kehamilan cukup bulan. Berbeda dengan kontraksi palsu, kontraksi ini terasa teratur, makin kuat, dan tidak hilang meski Ibu sudah beristirahat. Inilah yang membuatnya perlu segera diperiksa oleh tenaga medis. Rasa yang muncul bisa mirip nyeri haid atau sensasi tegang di perut bagian bawah. Bila berlangsung lebih dari satu jam, segera periksa ke tenaga medis, ya Mams.

Selain kontraksi, gejala lain yang perlu diwaspadai adalah tekanan di area panggul atau vagina, seperti ada dorongan dari janin ke bawah. Tak jarang, Ibu menganggapnya sebagai efek kelelahan biasa. Namun, jika disertai perubahan pada keputihan yang lebih banyak, encer seperti air, atau bahkan bercampur darah, ini bisa menjadi petunjuk penting. Bahkan kebocoran cairan ketuban pun bisa keliru disangka keputihan, sehingga perlu perhatian ekstra.

Yang paling menentukan adalah perubahan pada serviks, yang hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan dokter. Jika serviks mulai memendek atau membuka sebelum waktunya, itu pertanda serius bahwa persalinan dini sudah dekat. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), kondisi ini memerlukan tindakan segera. Penanganan seperti pemberian tokolitik (obat penghambat kontraksi) dan kortikosteroid untuk pematangan paru bayi biasanya dilakukan bila gejala dikenali sejak awal.

Penyebab dan Faktor Risiko yang Meningkatkan Kemungkinan Terjadinya

Ada berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya partus prematurus imminens, baik dari aspek medis maupun gaya hidup. Riwayat persalinan prematur sebelumnya menjadi salah satu penyebab paling umum. Jika jarak antar kehamilan terlalu dekat, risiko mengalami kontraksi dini juga meningkat. Kehamilan ganda, seperti mengandung bayi kembar, turut memperbesar tekanan pada rahim dan meningkatkan risiko pembukaan serviks sebelum waktunya.

Infeksi, terutama pada saluran kemih atau jaringan sekitar rahim (chorioamnionitis), juga bisa memicu kontraksi sebelum waktunya. Bila infeksi tidak tertangani, bisa terjadi ketuban pecah dini (KPD), yang bertanggung jawab atas sekitar 30% kasus kelahiran prematur. Serviks yang lemah atau inkompeten juga berisiko menyebabkan pembukaan terlalu dini karena tidak mampu menahan tekanan rahim yang membesar.

Tak kalah penting, faktor gaya hidup seperti stres berlebihan, merokok, kurang nutrisi, hingga kondisi sosial ekonomi rendah turut memengaruhi risiko. Pemeriksaan rutin dan skrining, seperti tes fetal fibronectin (fFN) atau USG serviks, dapat membantu dokter menilai risiko lebih akurat. Dengan langkah preventif yang tepat, banyak kasus partus prematurus imminens dapat dicegah agar kehamilan tetap berlangsung hingga waktu persalinan yang ideal.

Cara Dokter Menangani dan Mencegah Partus Prematurus Imminens

Jika gejala partus prematurus imminens mulai muncul, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan kondisi kehamilan. USG transvaginal digunakan untuk mengecek panjang serviks, karena serviks yang memendek (<25 mm) menunjukkan risiko tinggi persalinan prematur. Tes fFN juga penting untuk menilai potensi kelahiran dalam waktu dekat. Hasil kedua tes ini menjadi dasar penting bagi penentuan penanganan.

Ketika kontraksi sudah muncul, dokter akan memberikan tokolitik seperti nifedipin atau atosiban untuk menghentikan kontraksi sementara, biasanya dalam waktu 24–48 jam. Masa jeda ini penting untuk memberikan kortikosteroid yang mempercepat pematangan paru bayi, terutama jika usia kehamilan masih di bawah 34 minggu. Bila usia kandungan kurang dari 32 minggu, magnesium sulfat juga bisa diberikan untuk perlindungan otak bayi dari risiko cerebral palsy.

Dokter biasanya akan menyarankan Mams untuk istirahat total atau rawat inap agar tekanan pada rahim berkurang. Selama perawatan, kondisi Ibu dan janin akan dipantau ketat. Ibu juga dianjurkan mencatat frekuensi kontraksi, menghindari aktivitas fisik berat, dan memperhatikan tanda-tanda keputihan abnormal atau nyeri panggul yang tidak biasa. Semua langkah ini bertujuan untuk memperpanjang masa kehamilan dan memberikan kesempatan terbaik bagi tumbuh kembang bayi dalam kandungan.

A Word From Navila

Deteksi dini partus prematurus imminens dapat menjadi langkah penyelamat, baik bagi Ibu maupun bayi. Kondisi ini bukan sekadar istilah medis, tetapi sinyal penting bahwa tubuh mungkin sedang mempersiapkan persalinan sebelum waktunya. Dengan mengenali tanda-tandanya, dan memahami faktor-faktor yang memicu, Mams bisa mengambil keputusan lebih cepat dan tepat.

Selain itu, posisi bayi dalam kandungan juga tak kalah penting untuk diperhatikan, terutama jika Ibu berada dalam risiko persalinan prematur. Bayi sungsang, misalnya, dapat memperumit situasi saat terjadi kontraksi dini. Yuk, pelajari lebih lanjut tentang presentasi sungsang dan penanganan medisnya yang aman melalui: Persalinan Sungsang dan Pilihan Penanganan yang Aman bagi Ibu dan Bayi.


References

  • WHO. Preterm birth. Retrieved from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
  • The Guardian. Complications from preterm births now the main killer of under-fives. Retrieved from https://www.theguardian.com/global-development/2014/nov/17/preterm-births-complications-main-killer-children
  • NIH. What are the symptoms of preterm labor? Retrieved from https://www.nichd.nih.gov/health/topics/preterm/conditioninfo/symptoms
  • ACOG. Management of Preterm Labor. Retrieved from https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/practice-bulletin/articles/2016/10/management-of-preterm-labor
  • Safari, S., & Hamrah, M. P. (2017). Epidemiology and related risk factors of preterm labor as an obstetrics emergency. Emergency, 5(1), e3. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5325899/
  • Kementerian Kesehatan. Upaya Pencegahan Bayi Lahir Prematur. Retrieved from https://kemkes.go.id/eng/upaya-pencegahan-bayi-lahir-prematur
  • Rundell, K., & Panchal, B. (2017). Preterm labor: prevention and management. American family physician, 95(6), 366-372. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2017/0315/p366.html