Pernahkah Mams mengalami rasa mual, pusing, atau bahkan keringat dingin saat bepergian jauh, padahal sebelumnya baik-baik saja? Banyak yang mengira hal ini hanya karena “tidak tahan naik kendaraan”. Padahal, mabuk perjalanan terjadi karena gangguan koordinasi antara sistem sensorik tubuh, khususnya mata, telinga bagian dalam, dan otak. Ketiganya bekerja sama untuk menjaga keseimbangan, dan ketika sinyalnya tidak sejalan, otak merespons dengan gejala seperti mual atau pusing.
Memahami mabuk perjalanan karena apa bisa membantu Mams menanganinya dengan cara yang lebih tepat. Reaksi ini sebenarnya bukan penyakit, melainkan mekanisme alami tubuh yang salah menafsirkan gerakan. Artikel ini akan membahas penyebab orang mabuk kendaraan dari sisi medis dan menawarkan cara mengatasi mabuk perjalanan tanpa obat yang aman serta alami, agar perjalanan Mams sekeluarga tetap nyaman dan menyenangkan.
Konflik Sensorik, Akar dari Mabuk Perjalanan
Salah satu penyebab orang mabuk kendaraan yang paling utama adalah konflik sensorik. Kondisi ini terjadi ketika otak menerima informasi yang tidak selaras dari sistem pengatur keseimbangan tubuh. Misalnya, saat mobil melaju, sistem vestibular di telinga bagian dalam merasakan gerakan, namun jika Mams sedang membaca buku atau melihat layar, mata justru menangkap benda diam. Ketidaksesuaian inilah yang membuat otak bingung menafsirkan posisi tubuh, dan akhirnya memicu respons mual atau pusing sebagai bentuk perlindungan.
Pusat pengatur mual di batang otak, yaitu nucleus tractus solitarius, akan merespons ketidakseimbangan ini dengan mengaktifkan sistem saraf otonom. Gejalanya pun mulai muncul, kepala terasa ringan, perut tidak nyaman, keringat dingin, hingga muntah. Peneliti menyebut bahwa otak memiliki model internal untuk memprediksi gerakan. Saat prediksi tidak sesuai dengan realitas sensorik, otak menganggapnya sebagai gangguan, inilah dasar dari mabuk perjalanan karena apa.
Sistem vestibular menjadi kunci penting dalam proses ini karena berfungsi membaca arah, kecepatan, dan posisi tubuh terhadap gravitasi. Jika ada gangguan kecil sekalipun pada sistem ini, respons tubuh bisa sangat kuat. Dan semakin sering otak menerima konflik tanpa adanya penyesuaian, semakin tinggi kemungkinan mabuk perjalanan akan berulang.
Bagaimana Otak dan Telinga Mengatur Keseimbangan Tubuh
Sistem keseimbangan tubuh bekerja melalui koordinasi antara telinga bagian dalam dan otak. Di dalam telinga, terdapat struktur kompleks bernama labirin vestibular, yang terdiri dari saluran melengkung berisi cairan. Saat kepala bergerak, cairan ini bergeser dan menstimulasi sel-sel sensorik, lalu diteruskan ke otak sebagai sinyal gerakan. Mekanisme ini memungkinkan tubuh menjaga orientasi meski dalam posisi bergerak atau bahkan saat mata tertutup.
Namun masalah timbul saat informasi dari mata dan telinga tidak selaras. Contohnya, saat Mams melihat ponsel di dalam mobil, mata mengira tubuh diam, padahal telinga mendeteksi percepatan. Otak pun menerima dua sinyal yang saling bertolak belakang, sehingga pusat pengatur mual diaktifkan. Akibatnya, muncul keluhan seperti mual, pusing, atau tidak nyaman di perut.
Setiap orang memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap konflik sensorik ini. Studi Frontiers menunjukkan bahwa orang dengan konektivitas otak tertentu atau yang memiliki riwayat migrain cenderung lebih mudah mabuk. Faktor lain seperti stres, kelelahan, dan kurang tidur juga turut memperkuat respons tubuh terhadap ketidakseimbangan gerak. Maka, memahami cara kerja sistem keseimbangan tubuh akan sangat membantu Mams dalam mengantisipasi mabuk perjalanan lebih awal.
Faktor yang Membuat Seseorang Lebih Mudah Mabuk Perjalanan
Tingkat kepekaan seseorang terhadap mabuk perjalanan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu yang paling utama adalah usia. Kelompok usia 2–12 tahun memiliki sistem vestibular yang belum sepenuhnya matang, sehingga mereka lebih rentan mengalami mual saat bepergian dengan kendaraan. Sebaliknya, orang dewasa biasanya sudah memiliki toleransi sensorik yang lebih stabil, sementara pada usia lanjut, kemampuan adaptasi bisa menurun kembali karena proses penuaan alami.
Selain usia, faktor genetik juga berperan besar. Bila ada riwayat keluarga yang mudah mengalami mabuk kendaraan, kemungkinan besar keturunannya akan memiliki kecenderungan serupa. Begitu pula dengan individu yang memiliki riwayat migrain, terutama migrain vestibular, sistem keseimbangan mereka lebih sensitif terhadap rangsangan gerak. Penelitian MedlinePlus menunjukkan bahwa orang dengan kondisi ini memiliki respons yang berlebihan terhadap perubahan visual dan gerakan sekitarnya.
Kondisi fisik dan kebiasaan selama perjalanan juga turut memengaruhi. Tubuh yang lelah, kurang tidur, lapar, atau terlalu fokus menatap layar dapat memperkuat konflik sensorik. Jika otak sudah kesulitan beradaptasi sejak awal, maka gejala mabuk lebih mudah muncul. Oleh karena itu, menjaga tubuh tetap fit, serta menghindari aktivitas visual berlebihan saat berkendara, bisa membantu mencegah mabuk perjalanan dengan lebih efektif.
Cara Mengatasi Mabuk Perjalanan Tanpa Obat
Mams tidak selalu harus bergantung pada obat untuk mengatasi mabuk perjalanan. Ada banyak cara alami mengatasi mabuk perjalanan tanpa obat yang efektif dan aman. Cukup dengan memahami bagaimana menjaga sinkronisasi antara mata dan telinga bagian dalam. Salah satu yang paling sederhana adalah memusatkan pandangan pada titik tetap di kejauhan, seperti garis horizon, untuk membantu otak menyesuaikan persepsi gerakan dengan lebih baik.
Beberapa langkah berbasis sains yang bisa Mams terapkan antara lain:
- Arahkan pandangan ke luar jendela, fokus pada horizon untuk menyelaraskan persepsi visual dan gerakan.
- Pilih tempat duduk yang stabil seperti di depan mobil, dekat sayap pesawat, atau tengah kapal.
- Hindari membaca atau menatap layar terlalu lama saat kendaraan sedang berjalan.
- Lakukan pernapasan dalam untuk menjaga sistem saraf tetap tenang dan aliran oksigen ke otak tetap lancar.
- Gunakan aroma alami seperti peppermint atau jahe, yang terbukti secara ilmiah dapat membantu meredakan mual.
- Jika memungkinkan, tidur sejenak selama perjalanan karena saat tidur, tubuh menghentikan proses sensorik yang memicu mabuk.
Langkah-langkah ini tidak hanya aman, tapi juga cocok untuk berbagai usia termasuk ibu hamil. Tanpa efek samping, cara ini dapat membantu Mams dan keluarga menikmati perjalanan dengan lebih tenang, tanpa harus khawatir pada gejala yang mengganggu.
A Word From Navila
Mabuk perjalanan bukanlah tanda tubuh lemah, melainkan reaksi alami saat otak kebingungan menerima sinyal dari berbagai sistem sensorik. Memahami hal ini membuat Mams bisa mengambil langkah pencegahan yang lebih tepat, mulai dari menjaga tubuh tetap fit, memilih posisi duduk yang strategis, hingga mengandalkan cara alami untuk meredakan gejala.

Nah, saat gejala mulai terasa, seperti perut mulai tidak nyaman, kepala terasa berat, atau muncul keringat dingin, Navila Minyak Kayu Putih bisa menjadi sahabat andalan di perjalanan. Kandungan eucalyptus alaminya membantu menstimulasi saraf penciuman agar tubuh lebih rileks, pernapasan lebih lega, dan perut terasa lebih hangat. Cukup oleskan di area seperti leher, perut, atau pelipis, lalu hirup aromanya perlahan. Efeknya bisa membantu meredakan mual dengan lembut, tanpa harus mengonsumsi apa pun.
Yuk Mams, jangan lupa selalu siapkan Navila di tas perjalanan. Satu botol kecil bisa jadi penyelamat besar, menjaga kenyamanan Mams dan keluarga sepanjang perjalanan ke mana pun tujuannya.
References
- Oman, C. M. (1990). Motion sickness: a synthesis and evaluation of the sensory conflict theory. Canadian journal of physiology and pharmacology, 68(2), 294-303.
- Bertolini, G., & Straumann, D. (2016). Moving in a moving world: a review on vestibular motion sickness. Frontiers in neurology, 7, 14.
- Meng, D., Zhou, X., Hu, T., Zheng, J., Jin, T., Gao, H., & Hu, J. (2022). Study of clinical correlation of motion sickness in patients with vestibular migraine. Frontiers in Neuroscience, 16, 986860.
- Bertolini, G., & Straumann, D. (2016). Moving in a moving world: a review on vestibular motion sickness. Frontiers in neurology, 7, 14.
- CDC. Motion Sickness. Retrieved from https://www.cdc.gov/yellow-book/hcp/travel-air-sea/motion-sickness.html
- MedlinePlus. Motion sickness. Retrieved from https://medlineplus.gov/genetics/condition/motion-sickness/
- Brainard, A., & Gresham, C. (2014). Prevention and treatment of motion sickness. American family physician, 90(1), 41-46.