Kehamilan kerap menghadirkan berbagai kejutan yang tidak selalu bisa diprediksi. Di antara perubahan fisik dan emosional yang terjadi, sebagian Mams mungkin mengalami dorongan aneh, seperti keinginan mencium bau tanah, mengunyah es batu, atau bahkan menjilat sabun. Meski terdengar tidak masuk akal, kondisi ini nyata dan bisa dialami oleh ibu hamil di berbagai belahan dunia.

Fenomena tersebut dikenal sebagai Pica Syndrome, yaitu gangguan makan yang ditandai dengan keinginan mengonsumsi benda non-makanan secara berulang. Meskipun kerap dianggap sebagai bagian dari “ngidam aneh”, Pica sebenarnya merupakan kondisi medis yang dapat menjadi sinyal tubuh sedang mengalami ketidakseimbangan, baik dari sisi nutrisi maupun psikologis. Untuk itu, penting bagi Mams memahami apa itu Pica, mengapa bisa terjadi selama kehamilan, dan bagaimana cara menghadapinya secara bijak.

Apa Itu Pica Syndrome dan Mengapa Bisa Terjadi Saat Hamil?

Pica Syndrome adalah kondisi yang memicu dorongan terus-menerus untuk mengonsumsi benda yang bukan makanan, seperti tanah, kapur, sabun, kertas, bahkan detergen. Berdasarkan panduan medis internasional (DSM-5), Pica dikategorikan sebagai gangguan perilaku makan. Kondisi ini paling umum terjadi pada anak-anak dan ibu hamil, serta pada individu dengan gangguan mental tertentu. Pada ibu hamil, Pica perlu ditangani dengan hati-hati karena bisa membahayakan kesehatan Mams maupun janin.

Salah satu penyebab utama munculnya Pica adalah kekurangan zat gizi, terutama zat besi dan seng. Kekurangan nutrisi ini dapat memengaruhi cara kerja otak dalam mengirimkan sinyal lapar, sehingga muncul keinginan terhadap benda-benda yang tidak seharusnya dikonsumsi. Misalnya, kekurangan zat besi bisa menimbulkan keinginan kuat mengunyah es batu atau mencium aroma tanah. Menariknya, gejala Pica pada sebagian Mams bisa mereda begitu keseimbangan nutrisi dalam tubuh kembali tercapai.

Di samping faktor gizi, perubahan hormonal selama kehamilan juga berperan besar. Hormon seperti estrogen dan progesteron dapat memengaruhi sensitivitas indra penciuman dan perasa, membuat Mams lebih mudah merasa tergoda oleh bau atau tekstur yang tidak biasa. Di sisi lain, faktor psikologis seperti stres, rasa cemas, atau isolasi emosional juga dapat memicu perilaku Pica sebagai bentuk mekanisme pelampiasan. Dengan kata lain, kondisi ini bersifat multifaktor dan perlu pendekatan menyeluruh untuk diatasi.

Apakah Pica Syndrome Berbahaya untuk Ibu dan Janin?

Meski terkesan sepele, Pica bisa menimbulkan dampak serius bagi kesehatan Mams dan janin, tergantung pada jenis benda yang dikonsumsi. Misalnya, tanah atau kapur mungkin mengandung parasit seperti Toxoplasma atau logam berat seperti timbal, yang berisiko menyebabkan infeksi atau keracunan. Paparan timbal saat hamil bahkan diketahui dapat mengganggu perkembangan sistem saraf janin, serta meningkatkan risiko gangguan kognitif di kemudian hari.

Benda-benda lain seperti sabun, detergen, atau pembersih rumah tangga tentu lebih berbahaya lagi. Kandungan kimianya dapat mengiritasi lambung, menyebabkan muntah hebat, atau memicu gangguan metabolisme. Bahkan mengunyah es batu secara kompulsif pun bukan tanpa risiko, karena kebiasaan ini sering kali berkaitan dengan anemia defisiensi besi. Jika tidak ditangani, kondisi tersebut bisa mengurangi pasokan oksigen ke janin dan berdampak pada pertumbuhan intrauterin.

Tak hanya itu, benda seperti kertas, kain, atau rambut bisa menyumbat saluran cerna dan menyebabkan gangguan pencernaan serius, mulai dari sembelit berat hingga obstruksi usus yang memerlukan penanganan medis. Selain masalah langsung pada sistem tubuh, konsumsi benda non-makanan juga mengganggu penyerapan nutrisi penting. Ini bisa berdampak pada tumbuh kembang janin, termasuk risiko berat badan lahir rendah dan keterlambatan perkembangan.

Cara Mengatasi Pica Saat Hamil

Menghadapi Pica memerlukan langkah-langkah yang bertumpu pada pemahaman terhadap tubuh sendiri. Langkah pertama dan terpenting adalah memeriksakan diri ke dokter atau bidan. Pemeriksaan darah dapat membantu mendeteksi anemia atau kekurangan zat besi, seng, atau asam folat, yang menjadi faktor pemicu umum Pica. Jika ditemukan defisiensi, dokter biasanya akan merekomendasikan suplemen yang sesuai atau menyesuaikan pola makan Mams agar lebih bergizi seimbang.

Selain aspek medis, penting juga bagi Mams untuk mencermati kapan dorongan itu muncul. Apakah saat sedang stres, lelah, atau bosan? Pencatatan pola ini bisa membantu mengenali pemicu emosional yang mendasari Pica. Ketika keinginan muncul, cobalah mengalihkannya ke aktivitas pengganti seperti mengunyah buah dingin, menyikat gigi, atau berjalan santai. Kebiasaan sehat ini perlahan dapat menggantikan kebiasaan makan benda non-makanan yang berisiko.

Dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat dibutuhkan. Jangan ragu bercerita pada pasangan atau orang terdekat. Mams tidak sendirian, dan merasa malu bukanlah solusi. Jika kebiasaan terus berulang atau disertai tekanan emosional berat, konsultasi ke psikolog bisa menjadi langkah penting. Pendekatan psikoterapi atau konseling sangat efektif dalam membantu Mams memahami akar masalah dan membentuk respons yang lebih adaptif.

Kapan Mams Harus Segera ke Dokter?

Jika dorongan untuk makan benda non-makanan muncul setiap hari dan sulit dikendalikan, ini sudah masuk kategori serius. Pica bukan sekadar kebiasaan aneh, melainkan gangguan makan yang nyata dan bisa memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Semakin sering dilakukan, semakin besar risiko gangguan pencernaan, defisiensi nutrisi, hingga infeksi akibat paparan zat asing. Maka dari itu, Mams perlu segera menghubungi dokter bila dorongan ini mulai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Tanda bahaya lain adalah ketika Mams benar-benar sudah mengonsumsi benda berbahaya seperti tanah, sabun, atau kapur. Zat-zat tersebut tidak hanya memicu masalah pencernaan, tetapi juga membawa racun yang dapat memengaruhi fungsi hati, ginjal, bahkan sistem saraf. Jika setelah mengonsumsinya Mams merasa mual hebat, sembelit ekstrem, atau demam, segera periksakan diri untuk mendapatkan evaluasi dan penanganan yang tepat.

Biasanya, dokter akan mengevaluasi kemungkinan adanya kekurangan nutrisi atau paparan zat berbahaya melalui tes darah. Jika faktor psikologis juga ikut berperan, dokter bisa merujuk Mams ke psikolog untuk mendapatkan terapi lanjutan. Deteksi dan penanganan dini sangat penting agar kondisi tidak berkembang menjadi lebih kompleks dan berisiko bagi kehamilan.

A Word From Navila

Pica Syndrome mungkin membuat Mams merasa bingung, bahkan malu untuk mengakuinya. Tapi penting untuk diingat bahwa kondisi ini bukan kesalahan pribadi, melainkan sinyal bahwa tubuh dan pikiran sedang butuh perhatian lebih. Langkah kecil seperti mengenali kebutuhan nutrisi, mengelola stres, dan mencari bantuan medis adalah bentuk kasih sayang Mams terhadap diri sendiri dan si kecil yang sedang tumbuh di dalam kandungan.

Setelah kondisi lebih stabil, saatnya Mams fokus kembali pada nutrisi kehamilan yang optimal. Salah satu dampak jangka panjang dari Pica adalah kemungkinan berat badan janin yang tidak sesuai harapan. Tapi tenang, Mams bisa mendukung tumbuh kembangnya lewat pilihan makanan alami yang aman dan efektif. Simak panduan lengkapnya di: Rekomendasi Makanan Penambah Berat Badan Janin yang Aman untuk Ibu Hamil.


References

  • Iqbal, H., Khan, B., Siddiqui, S., & Ahmed, H. (2023). Epidemiology of pica amongst pregnant women and its clinical, psychological, basic science, realities and myths in UAE. Hamdan Medical Journal, 16(3), 173-176. https://journals.lww.com/hmmj/fulltext/2023/16030/epidemiology_of_pica_amongst_pregnant_women_and.9.aspx
  • Lumish, R. A., Young, S. L., Lee, S., Cooper, E., Pressman, E., Guillet, R., & O’Brien, K. O. (2014). Gestational iron deficiency is associated with pica behaviors in adolescents. The Journal of nutrition, 144(10), 1533-1539. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S002231662201015X
  • Mayo Clinic. Pregnancy week by week. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/in-depth/anemia-during-pregnancy/art-20114455
  • Parents. After a Mom’s Pregnancy Craving Goes Viral, Experts Shed Light on What Is and Isn’t Harmful. Retrieved from https://www.parents.com/experts-explain-viral-pregancy-craving-11686707
  • Drug Information Group. What are the pharmacologic options for managing pica in pregnant women? Retrieved from https://dig.pharmacy.uic.edu/faqs/2020-2/november-2020-faqs/what-are-the-pharmacologic-options-for-managing-pica-in-pregnant-women/
  • Healthline. Pica in Pregnancy: Causes, Risks, and More. Retrieved from https://www.healthline.com/health/pregnancy/pica-in-pregnancy
  • Al Nasser, Y., Muco, E., & Alsaad, A. J. (2018). Pica. https://europepmc.org/article/nbk/nbk532242