Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi orang tua saat ini, seperti dampak media sosial dan kekerasan di sekolah, banyak orang tua merasa perlu untuk lebih melindungi anak-anak mereka. Pola asuh intensif, yang melibatkan perhatian penuh dan pengawasan ketat terhadap setiap langkah anak, menjadi pilihan untuk menciptakan rasa aman.
Namun, dengan semakin tingginya keterlibatan orang tua, timbul pertanyaan: apakah pola asuh ini benar-benar mendukung perkembangan anak, atau malah menghambat kemandirian dan membentuk karakter mereka? Mari kita bahas lebih dalam tentang dampak dari pola asuh intensif ini, mengutip dari Parents.
Apa Itu Pola Asuh Intensif?
Pola asuh intensif adalah cara pengasuhan di mana orang tua terlibat secara aktif dan mendalam dalam berbagai aspek kehidupan anak. Tujuannya untuk mendukung perkembangan anak secara maksimal, baik dari sisi pendidikan, keterampilan sosial, hingga kesejahteraan emosional. Fokus utama dari pola asuh ini bukan hanya pada lamanya waktu yang dihabiskan bersama, tetapi lebih pada kualitas hubungan dan interaksi antara orang tua dan anak.
Contohnya, Bunda secara rutin membantu anak dengan pekerjaan rumah, memantau kemajuan akademis, dan berkomunikasi erat dengan guru untuk memastikan anak mencapai prestasi optimal.
Perbedaan dengan pola asuh lainnya terletak pada aturan dan tujuan. Berbeda dengan pola asuh otoriter yang kaku, intensive parenting lebih fleksibel namun tetap memberikan struktur, mirip dengan pola asuh otoritatif, namun dengan intensitas keterlibatan yang lebih tinggi. Selain itu, pola asuh intensif berfokus pada pencapaian optimal anak dalam berbagai bidang, sementara pola asuh lain mungkin lebih menekankan kepatuhan (otoriter), kebebasan (permisif), atau bahkan mengabaikan (tidak terlibat).
Walaupun memberikan prioritas kepada anak adalah hal yang baik, para ahli mengingatkan bahwa pola asuh intensif bisa membawa tekanan yang tidak sehat bagi anak-anak. Selain itu, orang tua yang terlalu fokus pada anak sering kali lupa untuk merawat diri sendiri, yang akhirnya dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam kehidupan keluarga.
Kekurangan Pola Asuh Intensif
Menurut Dr. Anne Welsh, PhD (seorang psikolog klinis yang berbasis di Belmont, Massachusetts, dan spesialis dalam kesehatan mental ibu), terlibat dalam kehidupan anak dan peduli dengan mereka secara mendalam adalah hal yang baik. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, gaya pengasuhan intensif justru dapat memicu stres bagi seluruh anggota keluarga.
“Tujuan utama dalam mendidik anak adalah memastikan mereka merasa dicintai. Tetapi, dengan pola asuh intensif, tanpa disadari kita mungkin memberikan pesan bahwa kita hanya dianggap berhasil sebagai orang tua jika segalanya terlihat sempurna.” jelas Dr. Welsh.
Selain itu, pola asuh intensif sering kali mengesampingkan kebutuhan orang tua sendiri. Tidak hanya memberikan tekanan berlebih kepada anak, tetapi pendekatan ini juga bisa berdampak negatif pada kesehatan mental orang tua.
“Kita tahu bahwa salah satu faktor terpenting untuk mendukung kebahagiaan dan kesejahteraan anak adalah memiliki orang tua yang sehat secara mental dan emosional,” tambah Dr. Welsh.
Pola Asuh Intensif: Membantu atau Justru Merugikan?
Intensive parenting, yang biasanya melibatkan perhatian dan pengawasan orang tua yang sangat mendalam terhadap setiap aspek kehidupan anak, memang memiliki kelebihan, tetapi juga bisa membawa beberapa dampak negatif. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Keuntungannya:
- Anak mendapatkan perhatian penuh yang bisa mendukung perkembangan emosional dan sosial mereka.
- Orang tua yang lebih terlibat biasanya lebih cepat menyadari masalah atau kebutuhan anak, sehingga bisa memberikan bantuan yang tepat waktu.
- Anak merasa lebih aman dan terlindungi karena adanya pengawasan yang konsisten.
Risikonya:
- Anak bisa merasa terbebani atau kurang mandiri karena terlalu bergantung pada orang tua.
- Pola asuh yang sangat intensif dapat membatasi kebebasan anak untuk belajar dan bereksplorasi dengan cara mereka sendiri.
- Orang tua bisa merasa kelelahan atau stres akibat pengawasan yang terus-menerus.
Pola asuh intensif bisa memberikan manfaat jika dilakukan dengan seimbang, namun penting untuk memberi anak ruang agar mereka bisa berkembang secara mandiri dan belajar menghadapi tantangan mereka sendiri.
Penyebab Adanya Pola Asuh Intensif
Banyak yang meyakini bahwa orang tua mulai menerapkan gaya pengasuhan intensif karena tantangan dalam membesarkan anak di dunia modern yang semakin kompleks, sehingga memerlukan perhatian dan pengawasan lebih. Berikut beberapa alasan lainnya:
1. Pengaruh Media Sosial
Para ahli berpendapat bahwa media sosial menjadi salah satu faktor utama yang memicu gaya pengasuhan intensif. Media sosial hanya memberikan gambaran singkat dari kenyataan yang sebenarnya. Namun, paparan terus-menerus terhadap standar yang tampaknya sempurna dapat berdampak negatif.
2. Tingginya Ekspektasi Terhadap Orang Tua
Selain media sosial, Dr. Welsh juga menyebutkan bahwa ekspektasi terhadap orang tua semakin tinggi belakangan ini. Menurutnya, sekarang ini ada tuntutan agar orang tua selalu stabil secara emosional dan hadir sepenuhnya untuk anak-anak mereka.
3. Tipe Kepribadian Orang Tua
Dr. Welsh juga mencatat bahwa orang tua dengan tipe kepribadian tertentu, seperti mereka yang berprestasi tinggi dan perfeksionis, lebih cenderung memilih gaya pengasuhan intensif.
“Mereka terbiasa bekerja keras, merencanakan dengan matang, dan selalu menganalisis segala hal dengan teliti,” tambahnya.
Cara Menghadapi Pola Asuh Intensif
Jika Bunda merasa tanpa sengaja menerapkan pola asuh yang terlalu intensif, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menyesuaikannya. Berikut tipsnya:
- Ingat, tidak masalah jika anak-anak terkadang merasa bosan. Biarkan mereka mencari cara untuk mengisi waktu tanpa kegiatan yang terstruktur atau arahan dari Bunda.
- Beri anak kesempatan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Tahan keinginan untuk langsung turun tangan dan beri mereka ruang untuk mengatasi konflik.
- Hindari membandingkan keluarga Bunda dengan keluarga lain. Fokuslah pada apa yang penting bagi keluarga Bunda dan percayalah pada naluri pengasuhan sendiri.
- Fokuskan perhatian pada hal-hal yang membawa kebahagiaan bagi keluarga, bukan pada kekhawatiran.
Pola asuh intensif memang memiliki banyak sisi positif, namun penting untuk menyeimbangkan keterlibatan dengan memberi ruang bagi anak untuk tumbuh dan belajar mandiri. Dengan menjaga keseimbangan ini, orang tua dan anak bisa menciptakan hubungan yang lebih sehat dan harmonis.
References
- Parents. Is Intensive Parenting Helping or Hurting Kids? Retrieved from https://www.parents.com/is-intensive-parenting-helping-or-hurting-kids-8734276
- Parents Under Pressure: The U.S. Surgeon General’s Advisory on the Mental Health & Well-Being of Parents. Department of Health and Human Services. 2024. https://www.hhs.gov/sites/default/files/parents-under-pressure.pdf
- Nomaguchi, K., & Milkie, M. A. (2020). Parenthood and well‐being: A decade in review. Journal of Marriage and Family, 82(1), 198-223. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jomf.12646