Pola asuh permisif adalah pendekatan pengasuhan yang sangat peka terhadap kebutuhan anak, penuh kehangatan, tanpa hukuman, dan memberikan kebebasan pada anak. Meskipun terdengar positif, penting untuk diingat bahwa dampaknya mungkin tidak selalu baik dalam jangka panjang. Artikel ini akan membahas alasan mengapa pendekatan ini perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
Apa Itu Pola Asuh Permisif?
Pola asuh permisif adalah gaya pengasuhan di mana orang tua memberi kebebasan penuh kepada anak dengan sedikit aturan atau tuntutan. Orang tua permisif cenderung perhatian, penyayang, dan fleksibel, namun jarang menerapkan konsekuensi atau aturan yang konsisten.
Penelitian Diana Baumrind menyebutkan bahwa orang tua permisif lebih mengutamakan respons terhadap kebutuhan anak daripada menuntut perilaku tertentu. Mereka menghindari konfrontasi dan memberi anak kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri.
Menurut Dalimonte-Merckling dan Williams (2020), orang tua permisif biasanya sangat perhatian, melibatkan anak dalam keputusan besar, menekankan kebebasan daripada tanggung jawab, dan jarang menetapkan aturan yang konsisten. Menurut Dalimonte-Merckling dan Williams (2020), orang tua yang menerapkan pola asuh permisif memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Sangat perhatian dan penuh kasih sayang kepada anak-anak mereka.
- Sering melibatkan anak-anak dalam keputusan besar, bahkan meminta pendapat mereka.
- Lebih menekankan kebebasan anak dibandingkan tanggung jawab.
- Hanya memiliki sedikit aturan atau standar perilaku, dan aturan yang ada pun sering tidak konsisten.
- Kadang-kadang menggunakan iming-iming seperti mainan, hadiah, atau makanan untuk membuat anak patuh.
- Lebih sering berperan sebagai teman daripada sebagai sosok orang tua.
- Tidak banyak menyediakan jadwal atau struktur yang jelas dalam kehidupan sehari-hari.
- Jarang menegakkan konsekuensi atau hukuman untuk perilaku yang tidak diinginkan.
Contoh Pola Asuh Permisif
Orang tua dengan gaya pengasuhan permisif cenderung menghindari pemberian batasan atau konsekuensi atas perilaku anak. Pendekatan ini bisa bervariasi berdasarkan usia dan situasi anak.
Misalnya, ketika anak memukul saudaranya atau menolak membereskan mainan, orang tua permisif mungkin memilih untuk tidak memberi teguran atau konsekuensi dan malah merapikan mainan tersebut sendiri. Dr. Whitney Casares, MD, MPH, menjelaskan bahwa orang tua permisif sering kali lebih memilih untuk tetap diam dan mengambil alih situasi.
Contoh pola asuh permisif lainnya adalah:
- Screen time: Anak-anak sering kali bebas mengakses gadget tanpa batas waktu atau aturan, yang akhirnya bisa membuat mereka menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar.
- Makanan dan camilan: Orang tua permisif cenderung membiarkan anak-anak makan kapan saja dan apa saja, tanpa memperhatikan gizi yang baik atau kebutuhan nutrisi mereka.
- Jam tidur: Mereka mungkin tidak memberlakukan aturan tidur, sehingga anak tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup setiap malamnya.
Pola Asuh Permisif pada Anak yang Lebih Besar
Pada anak-anak yang lebih besar, orang tua permisif cenderung memberikan kebebasan tanpa banyak pengawasan, bahkan sering kali tidak mengetahui di mana atau dengan siapa anak mereka. Mereka enggan menerapkan batasan agar anak tidak kecewa, yang dapat membuat anak melakukan aktivitas yang kurang terkontrol.
Di masa pubertas, kebebasan yang berlebihan dapat menyebabkan anak terpapar hal-hal negatif yang berisiko merusak masa depannya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami pengasuhan yang baik dan tips menghadapi masa pubertas anak.
Kebaikan dari Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif, yang lebih fokus pada kesejahteraan emosional anak, memiliki beberapa keuntungan. Berikut adalah beberapa kebaikan dan kelebihan utama dari pola asuh ini:
1. Fokus pada Hubungan
Banyak orang tua permisif mengutamakan hubungan yang baik dengan anak dan berusaha membuat anak bahagia. Hal ini sering kali dipicu oleh pengalaman masa kecil orang tua yang kurang menyenangkan, sehingga mereka berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka.
2. Minimnya Konflik
Orang tua permisif cenderung menghindari konflik dengan memenuhi keinginan anak. Ini membuat hubungan terlihat lebih damai dengan sedikit perselisihan. Dari sudut pandang orang tua, mereka merasa tidak melukai perasaan anak dengan cara ini.
3. Mendorong Kreativitas
Orang tua dengan pola asuh ini percaya bahwa memberi kebebasan pada anak dapat meningkatkan kreativitas mereka. Mereka ingin anak-anak berpikir secara bebas tanpa dibatasi oleh aturan.
4. Kesejahteraan Emosional
Salah satu keuntungan utama pola asuh permisif adalah penekanan pada kesejahteraan emosional anak. Dengan memberi ruang bagi anak untuk mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi, orang tua menciptakan lingkungan yang mendukung keterbukaan emosional. Hal ini membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan kecerdasan emosional.
5. Mendorong Kemandirian
Pola asuh ini juga mendorong kemandirian. Dengan sedikit aturan, anak-anak didorong untuk mengeksplorasi minat dan berpartisipasi dalam permainan imajinatif, yang mengembangkan kemampuan inovasi dan pemecahan masalah.
6. Membangun Ikatan yang Kuat
Pola asuh permisif sering kali menciptakan ikatan yang kuat antara orang tua dan anak. Dengan fokus pada kehangatan dan penerimaan, anak-anak merasa lebih nyaman untuk berbagi pikiran dan perasaan mereka, yang memperdalam kepercayaan dan koneksi emosional.
7. Mendorong Otonomi dan Keterampilan Pengambilan Keputusan
Dengan memberi anak kesempatan untuk membuat keputusan dan bertanggung jawab atas pilihan mereka sejak dini, pola asuh ini mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan dan rasa tanggung jawab. Kebebasan ini memungkinkan anak-anak tumbuh menjadi individu yang mandiri dan percaya diri.
Dampak Risiko dari Pola Asuh Permisif
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif sering kali kurang disiplin diri, memiliki keterampilan sosial yang lemah, cenderung egois dan menuntut, serta merasa tidak aman karena kurangnya batasan dan arahan yang jelas. Berikut adalah beberapa dampak umum yang muncul pada anak-anak dengan pola asuh permisif:
1. Prestasi Akademik Rendah
Karena orang tua permisif tidak menetapkan ekspektasi yang jelas, anak-anak tidak memiliki tujuan untuk dicapai. Pola asuh ini sering dikaitkan dengan rendahnya pencapaian akademis.
2. Pengambilan Keputusan yang Buruk
Anak-anak ini kesulitan membuat keputusan yang baik karena tidak ada aturan atau pedoman yang diberikan oleh orang tua mereka.
3. Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Obat Terlarang
Menurut penelitian Berge et al (2016) menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua permisif lebih mungkin terlibat dalam perilaku nakal atau penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang.
4. Lebih Agresif dan Kurang Memahami Emosi
Karena tidak diajarkan cara menghadapi emosi dengan baik, terutama ketika mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan, anak-anak ini cenderung sulit mengelola stres atau situasi emosional yang sulit.
5. Kesulitan Mengatur Waktu dan Kebiasaan
Tanpa adanya aturan yang jelas di rumah, anak-anak tidak belajar membatasi waktu. Ini menyebabkan kebiasaan buruk seperti terlalu banyak menonton televisi, bermain game, atau makan yang berlebihan. Hal ini bisa berujung pada masalah kesehatan seperti obesitas.
Cara Menyeimbangkan Pola Asuh Permisif
Ada beberapa cara untuk menyeimbangkan pola asuh permisif yang Bunda terapkan, di antaranya:
Memberi Kebebasan dengan Tetap Menetapkan Aturan
Memberi kebebasan kepada anak dalam pola asuh permisif tetap memerlukan penerapan batasan dan aturan yang jelas. Batasan ini penting agar anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan belajar bertanggung jawab.
Misalnya, meskipun anak diberi kebebasan memilih pakaian, tetap tentukan aturan seperti mengenakan jaket saat cuaca dingin. Pendekatan ini memberi anak rasa kontrol, namun tetap dalam batasan yang ditetapkan.
Contoh Praktik Sehari-hari yang Bisa Diterapkan
Buatlah rutinitas harian yang teratur, seperti jadwal makan, belajar, dan tidur. Berikan anak kesempatan untuk memilih, misalnya memilih menu sarapan dari beberapa pilihan sehat atau memilih aktivitas yang mereka sukai.
Ingatkan mereka untuk menyelesaikan aktivitas yang dipilih, seperti berpartisipasi dalam kelas seni. Selain itu, izinkan anak menghias kamarnya sesuai selera, namun tetapkan kesepakatan bahwa kamar harus tetap teratur. Misalnya, setelah menempelkan poster, mainan harus disimpan di tempatnya.
Teknik Komunikasi Efektif untuk Menghindari Konflik
Beberapa teknik ini bisa Bunda terapkan dalam menggunakan pola asuh permisif.
1. Pendekatan Positif
Saat berbicara dengan anak, gunakan kata-kata yang positif. Misalnya, alih-alih mengatakan “Jangan berlari!” Bunda bisa menyarankan, “Ayo kita berjalan perlahan saja supaya aman.”
2. Dengarkan dan Hargai Perasaan Anak
Ketika anak menyampaikan perasaan atau keinginan, dengarkan dengan penuh perhatian dan tunjukkan bahwa Bunda memahami mereka.
Contohnya,Bunda bisa berkata, “Bunda mengerti kamu ingin bermain lebih lama, tetapi sekarang saatnya pulang. Kita bisa bermain lagi besok.”
3. Tanyakan dengan Pertanyaan Terbuka
Ajak anak untuk berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan terbuka yang mendorong mereka berpikir dan berbagi pendapat.
Misalnya, tanyakan, “Bagaimana pendapatmu tentang waktu tidur yang kita tetapkan? Apakah ada waktu lain yang lebih baik menurutmu?”
4. Tetap Tenang dan Terbuka
Ketika ada konflik, usahakan untuk tetap tenang dan gunakan nada suara yang netral. Hindari berbicara dengan nada marah atau menghakimi.
Misalnya, jika anak tidak membereskan mainannya, Bunda bisa mengatakan, “Bunda lihat kamu belum membereskan mainan. Mari kita bicarakan konsekuensinya.”
Tanda-Tanda Menggunakan Pola Asuh Permisif Berlebihan
Orang tua sering menggunakan pola asuh permisif agar anak tidak rewel dan pengasuhan lebih mudah. Namun, penting bagi Bunda untuk menunjukkan ketegasan dalam pengasuhan demi perkembangan anak di masa depan. Bunda perlu memperhatikan tanda-tanda tertentu sebelum melanjutkan pola asuh permisif, karena jika diterapkan secara berlebihan, dampaknya bisa negatif bagi anak.
Checklist Tanda-Tanda Pola Asuh Permisif
Setelah menyelesaikan checklist ini, jika Bunda menemukan banyak jawaban “Ya“, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan penyesuaian dalam pendekatan pengasuhan. Menciptakan keseimbangan antara kebebasan dan batasan sangat penting untuk perkembangan anak yang sehat dan bertanggung jawab.
A Word From Navila
Pola asuh permisif adalah pola asuh yang cenderung memberi kebebasan pada anak, namun Bunda perlu strategi khusus untuk menyeimbangkan kebebasan dan keteraturan. Bunda bisa mengajarkan aturan yang jelas dan harapan yang konsisten, serta menegakkannya dengan kasih sayang. Dengan memberikan keseimbangan antara aturan dan dukungan, Bunda dapat membantu anak mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil dalam hidup.
Bunda tertarik untuk melihat informasi moms and baby terlengkap lainnya? Yuk, kunjungi media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare.
2 comments