Pernahkah Mams melihat si kecil tiba-tiba tersentak saat tidur? Tangan dan kakinya mengejang, terbuka lebar, lalu kembali memeluk dada sambil menangis. Momen seperti ini sering membuat orang tua panik, apalagi jika terjadi berulang di malam hari. Tapi tenang, Mams, kondisi ini bukan karena mimpi buruk. Gerakan tersentak ini adalah bagian dari refleks alami yang disebut refleks Moro.
Refleks Moro adalah respons bawaan bayi terhadap rangsangan yang mengejutkan. Gerakannya khasnya yaitu tangan terentang, jari terbuka, lalu kembali ke posisi seolah memeluk diri. Meski terlihat mengejutkan, justru refleks ini menjadi tanda bahwa sistem saraf bayi bekerja dengan baik. Nah, agar Mams tak lagi bingung saat mengalaminya, mari kita pahami lebih dalam fungsi refleks ini dan cara menenangkan si kecil.
Refleks Moro adalah Sistem Perlindungan Alami Bayi yang Menakjubkan
Sejak dalam kandungan, tepatnya di usia kehamilan sekitar 28 minggu, refleks Moro mulai terbentuk dan akan berkembang sepenuhnya saat bayi lahir cukup bulan. Refleks ini termasuk dalam kelompok refleks primitif, mekanisme bertahan hidup bawaan bayi untuk merespons ancaman. Menurut National Institutes of Health (NIH), keberadaan refleks Moro menunjukkan bahwa batang otak dan jalur saraf motorik bayi berfungsi dengan baik.
Pemicu refleks ini bisa berupa suara keras, cahaya mendadak, gerakan cepat, atau perubahan posisi secara tiba-tiba. Karena sistem saraf bayi belum sempurna, tubuhnya belum mampu membedakan mana rangsangan yang berbahaya atau tidak. Maka tak heran, hal kecil saja bisa membuat bayi terlihat “kaget”. Umumnya, refleks ini akan hilang secara perlahan saat bayi berusia 4 hingga 6 bulan, seiring matangnya sistem saraf dan kontrol otot.
Mengapa Refleks Moro Sering Terjadi Saat Bayi Tidur?
Saat bayi tidur, otaknya tetap aktif memantau perubahan di sekitarnya. Sistem saraf pusat yang belum matang membuatnya sangat sensitif terhadap suara, sentuhan, atau perubahan suhu. Hal inilah yang memicu refleks Moro, meski sedang dalam keadaan tidur.
Refleks ini paling sering terjadi pada fase tidur aktif atau REM (Rapid Eye Movement). Di fase ini, meskipun tubuh tampak diam, aktivitas otak justru sedang tinggi-tingginya. Karena bayi menghabiskan sekitar 50% waktu tidurnya di fase REM, maka peluang munculnya refleks Moro pun cukup besar. Bahkan suara pelan atau gesekan ringan pada kasur bisa memicu bayi “kaget”.
Bayi prematur cenderung menunjukkan refleks Moro yang lebih sering dan lebih sensitif. Ini disebabkan oleh belum matangnya sistem saraf dan ototnya. Oleh karena itu, menjaga lingkungan tidur bayi tetap tenang, hangat, dan minim rangsangan sangat penting untuk membantu mereka tidur lebih nyenyak tanpa gangguan refleks ini.
Refleks Moro Sampai Kapan? Kapan Harus Waspada?
Secara alami, refleks Moro akan berkurang saat bayi berusia 3–4 bulan dan biasanya hilang sepenuhnya di usia 6 bulan. Proses ini menandakan bahwa otak bayi berkembang dan mulai mampu mengontrol reaksi tubuhnya terhadap rangsangan luar. Selama refleks ini muncul di kedua sisi tubuh dan terjadi pada usia yang wajar, Mams tidak perlu khawatir.
Namun, bila refleks masih muncul setelah usia 6 bulan, atau hanya terjadi di satu sisi tubuh, perlu diwaspadai. Kondisi ini bisa mengindikasikan gangguan neurologis seperti cerebral palsy atau trauma saat lahir. Sebaliknya, bayi yang sejak awal tidak menunjukkan refleks ini juga perlu dievaluasi lebih lanjut. Bisa jadi ada masalah pada sistem saraf, seperti asfiksia lahir atau kelainan struktur otak.
Jika refleks tampak terlalu kuat, berlangsung lama, atau sering muncul saat bayi tampak gelisah, ini juga bisa jadi pertanda kondisi langka seperti hyperekplexia (respon kaget berlebihan). Konsultasikan segera dengan dokter anak jika Mams melihat tanda-tanda ini agar evaluasi tumbuh kembang bayi dapat dilakukan sejak dini dan dengan pendekatan yang tepat.
Tips Menenangkan Bayi Saat Terkena Refleks Moro
Refleks Moro memang wajar terjadi, tapi bisa membuat bayi mudah terbangun dan rewel saat tidur. Agar si kecil lebih tenang, berikut beberapa tips yang bisa Mams coba di rumah.
1. Gunakan Bedong yang Aman dan Nyaman
Bedong (swaddling) adalah teknik membungkus bayi dengan kain untuk memberi rasa nyaman seperti saat di rahim. Ini efektif mengurangi gerakan tiba-tiba akibat refleks Moro. Namun, penting memastikan bedong tidak terlalu ketat, terutama di area pinggul. Gunakan kain yang lentur dan breathable agar bayi tetap nyaman.
2. Coba Teknik “Hand on Chest”
Letakkan tangan Mams secara lembut di dada bayi saat ia mulai gelisah. Sentuhan ini memberikan rasa aman seperti pelukan. Kontak fisik seperti ini terbukti menurunkan hormon stres dan membantu bayi tidur lebih rileks. Hindari menggoyang atau menepuk bayi terlalu kuat, cukup dengan sentuhan tenang.
3. Gunakan White Noise dan Ciptakan Lingkungan Tidur yang Tenang
Suara white noise seperti detak jantung atau suara kipas angin bisa menenangkan bayi dan mengurangi risiko kaget. Pastikan volume tidak lebih dari 50 desibel, yaitu setara suara pelan atau percakapan lembut, cukup terdengar tapi tidak mengganggu telinga bayi. Jauhkan juga perangkat minimal 2 meter dari bayi untuk menjaga keamanannya. Lingkungan yang minim cahaya dan bebas gangguan sangat membantu bayi tidur lebih nyenyak.
4. Pilih Produk Tidur Bayi yang Aman
Sleep sack ergonomis dan mesin white noise dengan timer otomatis bisa menjadi solusi praktis. Beberapa produk bahkan dilengkapi fitur suara detak jantung yang menyerupai suasana dalam rahim. Pastikan produk yang digunakan tersertifikasi aman dan tidak mengandung risiko tersedak atau kematian mendadak (SIDS).
5. Tetap Amati dan Konsultasikan Bila Perlu
Meskipun refleks Moro adalah hal normal, tetap perhatikan jika frekuensinya terlalu tinggi, hanya terjadi di satu sisi tubuh, atau berlangsung terlalu lama. Jika si kecil tampak sulit tidur atau sering menangis karena refleks ini, segera konsultasi ke dokter anak untuk memastikan tumbuh kembangnya tetap optimal.
A Word from Navila
Melihat bayi tersentak saat tidur memang bisa buat Mams khawatir. Tapi yakinlah, refleks Moro adalah bagian dari proses alami perkembangan sistem saraf si kecil. Selama terjadi dalam rentang usia normal dan tidak disertai tanda gangguan lain, refleks ini justru tanda bahwa bayi merespons rangsangan dengan baik.

Agar tidur bayi makin nyenyak, Mams bisa menambahkan kehangatan dari Navila Telon Oil sebelum tidur. Kombinasi bahan alami dan aroma menenangkan seperti lavender atau green tea bisa bantu redakan kegelisahan dan membuat bayi merasa lebih rileks. Cukup oleskan pada dada, punggung, dan telapak kaki si kecil sebelum tidur, lalu biarkan ia terlelap dalam pelukan hangat. Navila Telon Oil, sahabat terbaik untuk tidur bayi yang tenang dan tanpa gangguan.
References
- Cleveland Clinic. Moro Reflex. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/moro-reflex
- Physiopedia. Moro Reflex. Retrieved from https://www.physio-pedia.com/Moro_Reflex
- McNamara, F., Lijowska, A. S., & Thach, B. T. (2002). Spontaneous arousal activity in infants during NREM and REM sleep. The Journal of Physiology, 538(1), 263-269. https://physoc.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1113/jphysiol.2001.012507
- Edwards, C. W., & Al Khalili, Y. (2023). Moro reflex. In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542173/
- Mount Sinai. Moro reflex. Retrieved from https://www.mountsinai.org/health-library/symptoms/moro-reflex
- Dixley, A., & Ball, H. L. (2022). The effect of swaddling on infant sleep and arousal: A systematic review and narrative synthesis. Frontiers in Pediatrics, 10, 1000180. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fped.2022.1000180/full
- Spencer, J. A., Moran, D. J., Lee, A., & Talbert, D. (1990). White noise and sleep induction. Archives of disease in childhood, 65(1), 135-137. https://adc.bmj.com/content/65/1/135.abstract
1 comment