Sebagai orang tua, Bunda pasti ingin memberikan yang terbaik untuk si kecil, termasuk memperkenalkan makanan sehat seperti sayuran.

Namun, meskipun banyak sayuran yang bermanfaat, ternyata ada beberapa jenis sayuran yang sebaiknya tidak diberikan pada bayi saat MPASI. 

Ini karena beberapa faktor seperti kandungan, tekstur, dan kurang cocok untuk lambung si kecil. 

Apa saja sayuran itu? Yuk, simak daftar sayuran yang tidak boleh untuk MPASI dan bagaimana tips memilih dan mengolah sayuran MPASI yang aman!

7 Sayuran yang Tidak Boleh untuk MPASI

Bunda, meskipun sayuran dikenal kaya nutrisi, ternyata ada beberapa jenis yang sebaiknya tidak diberikan pada bayi dalam masa MPASI. Berikut penjelasannya:

1. Wortel 

Wortel memang tinggi vitamin A, yang baik untuk kesehatan mata. Namun, wortel juga mengandung kadar gula alami yang cukup tinggi. 

Karena rasanya yang manis, bayi bisa jadi lebih suka wortel dan cenderung menolak sayuran lain yang rasanya tidak manis. 

Bila ingin tetap memberikan wortel, pastikan Bunda menyeimbangkannya dengan sayuran lain agar bayi terbiasa dengan variasi rasa.

2. Tomat 

Tomat kaya akan vitamin C, namun sifatnya yang sangat asam bisa menimbulkan iritasi pada perut bayi atau bahkan menyebabkan ruam popok

Jika Bunda tetap ingin mengenalkan tomat pada si kecil, pilih tomat yang sudah matang sempurna, lalu buang kulit dan bijinya. 

Kulit dan biji tomat cukup sulit dicerna oleh sistem pencernaan bayi yang masih berkembang.

3. Bayam

Bayam adalah sumber zat besi yang penting untuk energi dan perkembangan bayi. 

Namun, bayam sebaiknya diberikan saat bayi sudah lebih besar karena mengandung nitrat yang bisa mempengaruhi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. 

Bunda bisa mengenalkan bayam yang sudah dimasak dan dihaluskan dalam porsi kecil, serta diimbangi dengan makanan lain.

4. Brokoli

Brokoli dikenal kaya akan vitamin K dan antioksidan yang penting bagi pertumbuhan tulang dan kesehatan tubuh. 

Namun, brokoli juga mengandung zat bernama goitrogen yang bisa memengaruhi fungsi kelenjar tiroid jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. 

Kelenjar tiroid yang terganggu dapat memicu masalah kesehatan lain, seperti obesitas atau penyakit jantung. 

Karena itu, brokoli sebaiknya diberikan setelah bayi berusia 1 tahun, agar risikonya bisa diminimalkan.

5. Kembang Kol 

Mirip dengan brokoli, kembang kol juga mengandung goitrogen yang bisa mengganggu kesehatan tiroid bila dikonsumsi berlebihan. 

Kembang kol juga cenderung menimbulkan gas pada bayi, yang bisa menyebabkan perut kembung. 

Jika ingin mengenalkan kembang kol, lakukan secara bertahap dan perhatikan reaksi bayi.

6. Seledri 

Seledri dikenal memiliki banyak serat dan vitamin, namun teksturnya yang berserat kasar membuatnya sulit dicerna bayi. 

Selain itu, seledri juga memiliki potensi alergi. Bunda disarankan menunggu hingga bayi lebih besar sebelum memperkenalkan seledri dalam menu MPASI.

7. Jagung 

Jagung sering dianggap sebagai makanan ringan yang aman, namun sebenarnya jagung cenderung sulit dicerna oleh sistem pencernaan bayi. 

Tekstur dan kandungan serat pada jagung juga berpotensi menimbulkan alergi. Bagi bayi, makanan yang lebih halus seperti ubi jalar bisa menjadi alternatif yang lebih baik daripada jagung.

Tips Memilih dan Mengolah Sayuran yang Aman untuk MPASI

Kini Bunda sudah mengetahui jenis-jenis sayur yang tidak direkomendasikan dikonsumsi terus-menerus oleh bayi. 

Selanjutnya, Bunda juga perlu mengetahui tips memilih dan mengolah sayuran untuk MPASI, berikut rinciannya:

  1. Mulailah mengenalkan satu jenis sayuran baru setiap 3-5 hari untuk memantau ada atau tidaknya reaksi alergi atau sensitivitas, seperti ruam atau gangguan pencernaan.
  2. Masak sayuran berdaun hijau hingga benar-benar matang agar kadar nitratnya berkurang. Gunakan air matang dan hindari merendam sayuran lebih dari 10 menit karena dapat mengurangi nutrisinya.
  3. Jika memungkinkan, pilih sayuran organik untuk MPASI. Untuk sayuran non-organik, cuci dengan larutan air garam atau baking soda agar residu pestisida di permukaan bisa berkurang.
  4. Kukus atau rebus sayuran sampai teksturnya cukup lembut untuk dihaluskan. Sebaiknya hindari penggunaan microwave untuk sayuran hijau karena panas berlebih bisa merusak nutrisi.
  5. Saat mengenalkan sayuran baru, perhatikan tanda-tanda reaksi negatif seperti kulit kemerahan, gatal, atau bayi tampak gelisah setelah makan. Jika ada gejala ini, hentikan pemberian sayuran tersebut dan konsultasikan ke dokter.
  6. Tunda pemberian sayuran yang berpotensi menyebabkan gas hingga bayi setidaknya berusia 8-10 bulan. Jika ingin mengenalkannya lebih awal, pastikan sayuran dimasak hingga lunak dan halus agar lebih mudah dicerna.

Mitos dan Fakta Seputar Sayuran untuk MPASI

Banyak mitos tentang pemberian sayuran untuk MPASI yang bisa membingungkan orang tua. Berikut beberapa mitos populer dan faktanya:

1.  Semua Sayuran Hijau Aman untuk Bayi

Fakta: Tidak semua sayuran hijau cocok untuk bayi di bawah satu tahun. Bayam, brokoli, dan selada mengandung nitrat tinggi yang berpotensi membahayakan bayi jika dikonsumsi berlebihan. 

Menurut American Academy of Pediatrics, bayi di bawah 6 bulan belum bisa mengolah nitrat dengan sempurna, yang bisa mengakibatkan methemoglobinemia atau gangguan oksigen dalam darah.

2. Tomat adalah Sayuran Terbaik untuk MPASI

Fakta: Tomat memang tinggi vitamin C, tetapi juga cukup asam, yang dapat memicu iritasi lambung dan ruam pada beberapa bayi. 

Sebaiknya, tomat diberikan setelah usia bayi lebih dari 8 bulan, dalam jumlah kecil untuk melihat reaksinya.

3. Semua Sayuran Aman Dimakan Tanpa Perlu Pencucian Khusus

Fakta: Sayuran non-organik sering mengandung residu pestisida yang bisa berisiko untuk bayi. 

Untuk MPASI, cucilah sayuran non-organik dengan air garam atau baking soda untuk membantu menghilangkan pestisida dari permukaannya.

A Word From Navila

Sebenarnya tidak dilarang Bunda memberikan sayuran pada si kecil, apalagi di masa MPASI yang mana masa golden age, tentu membutuhkan nutrisi penting.

Tapi, kebutuhan sayuran bayi dan orang dewasa sangatlah berbeda ya Bunda. Bayi sebenarnya tidak membutuhkan terlalu banyak buah dan sayur, karena bisa mengganggu penyerapan zat besi, kalsium, dan lemak yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Dokter spesialis anak, Maria Galuh Kamenyangan Sari, SpA., MKes, menyarankan agar sayur dan buah diberikan sebagai camilan atau makanan selingan di antara waktu makan utama. 

Namun, pastikan jarak pemberian camilan tidak terlalu dekat dengan waktu makan selanjutnya.

Jadi, lakukan pemberian sayuran secara berkala dan tentunya berdasarkan saran dari dokter, ya.

Bunda mau informasi terlengkap tentang Moms, Baby, Family, dan Parenting lainnya? Yuk, kunjungi akun Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Sehat selalu Bunda dan si kecil hebat!