Ketika si kecil terus menangis tanpa henti dan sulit ditenangkan, rasa panik atau lelah pasti pernah Mams alami. Tapi hati-hati, mengguncang bayi meski hanya beberapa detik bisa menimbulkan dampak serius. Kondisi ini dikenal sebagai Shaken Baby Syndrome (SBS), cedera otak parah yang bisa berujung pada kematian.

SBS bukan luka luar biasa, tapi trauma internal akibat guncangan keras pada kepala bayi. Di usia dini, kepala dan leher bayi belum kuat. Otak mereka sangat lunak dan mudah terguncang hingga membentur dinding tengkorak, menyebabkan perdarahan dan kerusakan permanen. Artikel ini akan mengulas bagaimana SBS terjadi, dampaknya dalam jangka panjang, serta cara aman menenangkan bayi tanpa risiko.

Bagaimana Guncangan Bisa Membunuh? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Otak bayi masih sangat lunak dan mengambang dalam cairan serebrospinal yang berfungsi sebagai bantalan. Tapi karena tengkorak dan otot leher mereka belum matang, perlindungan alami ini belum maksimal. Saat diguncang dengan keras, otak bisa menghantam sisi dalam tengkorak dan menyebabkan pembuluh darah di otak dan retina pecah. Akibatnya? Terjadi perdarahan dalam (subdural hemorrhage) dan perdarahan retina yang berbahaya.

Kondisi ini menimbulkan tekanan dalam kepala yang meningkat tajam. Saat oksigen ke otak terhambat, terjadilah pembengkakan otak. Ini bisa membuat bayi kehilangan kesadaran, kejang, henti napas, bahkan meninggal dunia. Kalaupun bayi bertahan, potensi cedera otaknya akan menetap seumur hidup.

Coba bayangkan otak bayi seperti agar-agar dalam toples kaca. Jika toples dikocok kuat-kuat, agar-agar itu akan hancur menabrak dinding toples. Begitulah yang terjadi saat bayi diguncang. Cedera seperti ini sering kali tak terlihat secara kasat mata, namun menghancurkan sistem saraf dari dalam.

Dampak Jangka Panjang Shaken Baby Syndrome

Tak semua korban SBS langsung meninggal. Namun faktanya, menurut studi Turkish Archives of Pediatrics sekitar 65–80% dari mereka mengalami kerusakan otak permanen. Bentuknya bisa beragam, epilepsi, cerebral palsy, kebutaan, gangguan bicara, hingga keterlambatan perkembangan.

Yang membuat kondisi ini makin mengkhawatirkan adalah efek jangka panjang yang bisa muncul belakangan. Anak mungkin tampak normal saat bayi, tetapi mulai menunjukkan gejala seperti kesulitan belajar atau gangguan perilaku saat memasuki usia sekolah. Hal ini karena cedera otak bisa bersifat laten dan baru berdampak saat anak tumbuh.

Banyak anak korban SBS yang akhirnya memerlukan terapi seumur hidup. Mereka bisa kehilangan kemampuan berbicara, berjalan, atau beraktivitas mandiri. Sayangnya, edukasi mengenai bahaya SBS masih minim, padahal penyadaran dini bisa menyelamatkan masa depan anak.

Apakah Mengayun Bayi Bisa Menyebabkan Shaken Baby Syndrome?

Kekhawatiran ini sering muncul dan membuat banyak orang tua jadi takut menyentuh bayinya. Namun perlu Mams pahami, SBS tidak disebabkan oleh gerakan lembut seperti mengayun atau menimang. Yang membahayakan adalah guncangan keras, cepat, dan mendadak, biasanya karena pengasuh panik atau frustrasi menghadapi tangisan bayi.

Gerakan lembut seperti menggendong sambil berjalan, menimang pelan, atau menaruh bayi di stroller adalah aman. Bahkan teknik seperti white noise dan membedong bisa membantu bayi lebih tenang. SBS hanya bisa terjadi jika bayi diguncang kuat hingga otaknya terbentur tengkorak.

Jadi, selama gerakan dilakukan dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jika Mams mulai merasa kewalahan, lebih baik letakkan bayi di tempat aman dan ambil jeda sejenak untuk menenangkan diri.

Cara Cegah Shaken Baby Syndrome

Cara-cara ini bisa Mams terapakan dalam menenangkan si kecil dengan tenang, sehingga meminimalisir shaken baby syndrome.

1. Tenangkan Diri Saat Bayi Tak Kunjung Berhenti Menangis

Bayi bisa menangis selama 1–5 jam sehari, terutama di usia 2–4 bulan. Ini adalah hal wajar dan tidak selalu pertanda bayi sakit. Ketika rasa panik atau frustrasi muncul, ambil jeda sejenak, letakkan bayi di tempat aman, dan berikan waktu bagi diri sendiri untuk tenang. Dalam 10–15 menit, perasaan Mams biasanya sudah lebih stabil.

2. Bangun Sistem Dukungan, Jangan Hadapi Sendiri

Mengurus bayi seorang diri sangat melelahkan. Mams perlu melibatkan suami, keluarga, atau pengasuh yang tepercaya. Komunikasikan bahaya SBS pada semua orang yang berinteraksi dengan bayi. Edukasi dan dukungan sosial bisa mencegah tindakan impulsif yang berisiko.

3. Kenali Tanda-Tanda Bayi Lapar, Overstimulated, atau Tidak Nyaman

Tidak semua tangisan berarti hal serius. Bayi bisa menangis karena lapar, lelah, atau ingin digendong. Mengenali pola tangis dan kebutuhan bayi membantu Mams menenangkan si kecil tanpa kepanikan berlebih.

4. Gunakan Teknik Menenangkan yang Aman

Teknik seperti membedong (swaddling), skin-to-skin contact, white noise, dan dot bisa digunakan secara aman. Yang penting, hindari guncangan atau hentakan dalam bentuk apa pun. Proses menenangkan bayi butuh kesabaran dan kelembutan.

5. Edukasi Semua Pengasuh, Bukan Hanya Mams

Banyak kasus SBS justru terjadi saat bayi diasuh oleh kerabat, babysitter, atau ART yang tidak tahu bahayanya. Pastikan semua pengasuh tahu bagaimana menenangkan bayi dengan aman dan kapan harus minta bantuan jika mulai kewalahan. Pencegahan terbaik adalah informasi yang menyeluruh.

A Word From Navila

Shaken Baby Syndrome bukan insiden kecil, melainkan cedera otak traumatik yang bisa mengubah hidup bayi selamanya. Bahkan guncangan singkat bisa menimbulkan konsekuensi berat, hingga merenggut nyawa. Padahal, kejadian ini sering kali terjadi bukan karena niat jahat, tapi karena panik atau kelelahan.

Karena itu, edukasi adalah kunci. Semakin banyak orang tua dan pengasuh memahami SBS, semakin besar kemungkinan kita bisa mencegahnya. Ingat, bayi tidak butuh tindakan cepat, mereka butuh kelembutan dan kesabaran. Dan Mams, dengan memahami batas aman, Mams sudah memberikan perlindungan terbaik untuk si kecil.

Navila percaya bahwa ketenangan orang tua bisa ditumbuhkan lewat pengetahuan yang benar. Yuk, pelajari metode TICKS, teknik membedong yang aman dan nyaman untuk membantu menenangkan bayi tanpa risiko Shaken Baby Syndrome, di: Apa itu Metode TICKS? Amankah untuk Bayi?


References

  • Gabaeff, S. C. (2011). Challenging the pathophysiologic connection between subdural hematoma, retinal hemorrhage and shaken baby syndrome. Western journal of emergency medicine, 12(2), 144. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3099599/
  • Nadarasa, J., Deck, C., Meyer, F., Willinger, R., & Raul, J. S. (2014). Update on injury mechanisms in abusive head trauma-shaken baby syndrome. Pediatric radiology, 44, 565-570. https://link.springer.com/article/10.1007/s00247-014-3168-9
  • Joyce, T., Gossman, W., & Huecker, M. R. (2023). Pediatric abusive head trauma. In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499836/
  • TaÅŸar, M. A., Åžahin, F., Polat, S., İlhan, M., Çamurdan, A., Dallar, Y., & Beyazova, U. (2014). Long-term outcomes of the shaken baby syndrome prevention program: Turkey’s experience. Turkish Archives of Pediatrics/Türk Pediatri ArÅŸivi, 49(3), 203. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4462299/
  • Web MD. Shaken Baby Syndrome. Retrieved from https://www.webmd.com/parenting/baby/shaken-baby-syndrome
  • Lind, K., Laurent-Vannier, A., Toure, H., Brugel, D. G., & Chevignard, M. (2013). Outcome after a shaken baby syndrome. Archives de Pediatrie: Organe Officiel de la Societe Francaise de Pediatrie, 20(4), 446-448. https://europepmc.org/article/med/23466403
  • Cleveland Clinic. Shaken Baby Syndrome. Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/13779-shaken-baby-syndrome