Saat pergantian musim (pancaroba) tubuh orang Indonesia akan beradaptasi ke musim baru yang terkadang membuat tubuh menjadi rentan terkena penyakit.

Salah satu penyakit yang mengintai adalah penyakit DBD. Tak pandang usia, penyakit DBD akan menyerang siapa saja termasuk bayi.

Penyakit ini merupakan penyakit menular dan cukup ditakuti oleh semua orang tak terkecuali para orang tua yang memiliki bayi.

Bagaimana tidak? Penyakit DBD jika mengidap pada bayi dan jika tidak langsung ditangani secara profesional akan menjadi parah dan berimbas pada kematian.

Maka dari itu, sebagai orang tua kita harus banyak mencari lebih jauh soal DBD seperti bahaya DBD pada bayi. Maka dari itu mari simak informasi seputar DBD berikut!

Apa itu DBD?

Bahaya DBD pada Bayi, apa itu dbd

DBD atau Demam Berdarah Dengue (dengue hemorrhagic fever) merupakan penyakit yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Di Indonesia, DBD tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, dengan tingkat penyebaran tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.

Virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, menjadi penyebab utama DBD. Ketika nyamuk menggigit manusia, virus dapat masuk ke dalam tubuh.

Nyamuk Aedes aegypti biasanya berukuran kecil, berwarna hitam pekat, dengan dua garis vertikal putih di punggung dan garis-garis putih horizontal pada kaki.

Nyamuk ini aktif terutama pada pagi hingga sore hari, terkadang juga menggigit pada malam hari, terutama di dalam rumah yang gelap dan sejuk.

Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena DBD, seperti tinggal atau bepergian ke daerah tropis.

Daerah dengan risiko tinggi termasuk Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika Latin, dan Afrika. Riwayat infeksi virus dengue sebelumnya juga dapat membuat gejala DBD menjadi lebih parah.

Selain itu, usia di bawah 15 tahun juga merupakan faktor risiko yang signifikan untuk terkena DBD, khususnya bayi. Jadi, selalu ketahui dan waspada bahaya DBD pada bayi ya, Bunda.

Apa saja Ciri-ciri Bayi Terkena DBD?

Gejala DBD pada bayi biasanya baru muncul di hari keempat hingga kesepuluh setelah gigitan pertama.

Orang tua wajib tahu ciri-ciri dan bahaya DBD pada bayi sebelum hal yang tidak baik terjadi pada buah hati. Berikut ini ciri-ciri DBD pada bayi yang perlu orang tua waspadai:

1. Demam Tinggi Hingga Beberapa Hari

Pada bayi yang terinfeksi DBD, salah satu tanda yang dapat dikenali adalah demam. Suhu tubuhnya dapat meningkat hingga mencapai 37,5° C hingga 40° C, dan biasanya berlangsung selama 2-7 hari.

Terkadang, suhu tubuhnya bahkan dapat turun di bawah 36° C, yang dikenal sebagai demam tapal kuda.

2. Lebih Rewel dari Biasanya

Demam yang dialami bayi dapat menyebabkan ketidaknyamanan, seperti sakit kepala.

Karena bayi belum dapat mengungkapkan keluhannya secara langsung, mereka mungkin menjadi rewel dan gelisah sebagai cara untuk mengekspresikan ketidaknyamanan mereka kepada orang tua.

Bayi juga mungkin menolak makan atau mengalami gangguan pencernaan yang ditandai dengan nyeri perut, mual, dan muntah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan secara signifikan.

3. Gangguan Pencernaan

Bayi yang terkena DBD sering mengalami gangguan pencernaan, seperti nyeri perut, mual, dan muntah.

Ini disebabkan oleh dampak virus dengue pada sistem pencernaan bayi, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan gangguan dalam proses pencernaan makanan.

4. Nafsu Makan Berkurang

Salah satu ciri khas bayi yang terinfeksi DBD adalah penurunan drastis dalam nafsu makan.

Karena merasa tidak nyaman akibat demam dan gangguan pencernaan, bayi mungkin menolak untuk makan atau mengonsumsi sejumlah makanan yang biasanya mereka konsumsi.

Penurunan nafsu makan ini dapat menyebabkan bayi kehilangan nutrisi penting yang diperlukan untuk kesehatan dan perkembangan mereka.

5. Kemunculan Bintik Merah pada Kulit

Ciri lain dari DBD pada bayi adalah kemunculan bintik merah pada kulit, yang disebabkan oleh penurunan jumlah trombosit dalam darah.

Jumlah bintik merah ini bervariasi tergantung pada tingkat trombosit dalam tubuh bayi, dan umumnya tidak dapat dihilangkan meskipun kulitnya ditarik atau diregangkan.

6. Risiko Perdarahan dan Memar

Bayi yang terinfeksi DBD sering mengalami perdarahan yang tidak lazim dan dapat mengalami memar.

Perdarahan biasanya terjadi di area seperti gusi, hidung, atau saat buang air kecil dan besar, yang disertai dengan keluarnya darah.

Ketika terjadi perdarahan, bayi biasanya terlihat pucat karena kehilangan cairan dari pembuluh darah.

7. Terlihat Mengantuk

Bayi yang terkena DBD juga cenderung terlihat mengantuk atau lelah secara berlebihan.

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk demam, gangguan pencernaan, dan ketidaknyamanan umum yang dialami bayi akibat infeksi virus.

Mengantuk adalah respons alami tubuh bayi terhadap stres dan ketidaknyamanan, serta merupakan upaya tubuh untuk memulihkan energi dan melawan infeksi.

8. Munculnya Muntah sebagai Gejala DBD

Bayi yang terinfeksi DBD juga berisiko mengalami muntah, yang biasanya terjadi hingga 3 kali sehari.

Hal ini disebabkan oleh ketidaknyamanan pada perut bayi yang terinfeksi virus dengue, sehingga mual dan muntah menjadi respons alami tubuhnya.

Muntah berulang ini dapat menyebabkan kehilangan cairan dan nutrisi penting, membuat bayi merasa lemah dan tidak bersemangat untuk menyusu.

9. Peningkatan Kecepatan Napas

Salah satu efek dari DBD pada bayi adalah peningkatan kecepatan napas.

Cairan yang merembes keluar pembuluh darah, seperti plasma darah, dapat berkumpul di paru-paru bayi, menyebabkan sesak napas yang sering ditandai dengan pernapasan yang cepat.

Tahapan DBD Mengidap pada Bayi

Terdapat tiga tahapan demam berdarah, dimulai dari manifestasi awal hingga proses penyembuhan. Setiap fase membutuhkan pendekatan yang unik.

Maka, penting untuk memahami ketiga tahap demam berdarah berikut ini:

1. Tahap Demam (Febrile Phase)

Awalnya, DBD ditandai dengan demam yang tiba-tiba dan berkepanjangan selama 2-7 hari dan mencapai suhu 40° C.

Selama fase ini, demam tinggi akan disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan sendi, serta munculnya bintik-bintik merah pada kulit yang menandakan penurunan trombosit hingga di bawah 100 ribu per mikroliter darah.

Semakin banyak bintik yang muncul, semakin rendah kadar trombosit nya, karena virus dengue dapat merusak pembuluh kapiler dalam tubuh.

Anak mungkin juga mengalami penurunan nafsu makan, mual, dan muntah. Jika curiga anak mengalami fase demam karena DBD, segera bawa mereka ke dokter untuk pemeriksaan darah.

2. Tahap Kritis (Critical Phase)

Pada hari ke-4 hingga ke-6 setelah demam pertama kali muncul, anak memasuki tahap kritis.

Fase kritis merupakan periode yang sangat penting, sehingga orang tua wajib tetap waspada.

Gejalanya termasuk muntah berkelanjutan, pendarahan dari hidung dan gusi, nyeri perut, muntah darah, dan BAB berdarah.

Meskipun suhu tubuh mungkin tampak normal, ini sebenarnya bisa menjadi tanda bahaya, karena menandakan penurunan jumlah trombosit dan kondisi syok.

Pada kasus yang parah, tekanan darah bisa turun drastis hingga menyebabkan kerusakan pada organ vital seperti ginjal dan hati.

Kondisi ini merupakan ancaman serius bagi nyawa jika tidak segera ditangani.

Fase ini biasanya terjadi tiga hingga tujuh hari setelah anak mengalami demam dan berlangsung selama 24 hingga 48 jam. 

3. Tahap Pemulihan (Recovery Phase)

Fase terakhir, pemulihan, terjadi dalam waktu 48-72 jam setelah demam mulai mereda.

Selama fase ini, anak bisa menunjukkan perbaikan secara bertahap, seperti peningkatan nafsu makan, keceriaan, dan pola buang air yang normal.

Pada tahap pemulihan, cairan yang sebelumnya keluar dari pembuluh darah akan kembali diserap oleh pembuluh darah.

Pemeriksaan darah juga akan menunjukkan peningkatan jumlah trombosit dan hematokrit yang kembali normal.

Pengobatan DBD pada Bayi

Hingga kini, belum ada metode pengobatan khusus yang secara tegas diklaim efektif untuk menyembuhkan DBD pada bayi.

Namun, tim medis akan berupaya mengurangi gejala yang timbul pada bayi dan mencegah munculnya komplikasi serius.

Rumah sakit akan memberikan perawatan khusus guna memperkuat sistem kekebalan tubuh bayi agar dapat melawan virus dengue secara alami.

Pengobatan DBD pada anak sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan langsung dokter di rumah sakit hingga kondisi bayi benar-benar membaik.

Setelah mendapat izin pulang dari dokter, orang tua dapat melakukan langkah-langkah seperti:

  • Memastikan bayi tidak mengalami dehidrasi dengan memberikan cairan tambahan, khususnya ASI untuk bayi di bawah 6 bulan, dan air untuk bayi di atas 6 bulan.
  • Meredakan demam dengan obat penurun demam yang diresepkan dokter.
  • Menjamin bayi mendapatkan istirahat yang cukup.

Selain itu, penting untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti pada bayi selama masa penyembuhan.

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah bahaya DBD pada bayi, karena vaksin dengue hanya cocok untuk anak usia 9-16 tahun.

Lakukan Cara Ini untuk Mencegah Bahaya DBD pada Bayi

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2022 total kasus DBD sebanyak 131.263 dan 40% di antaranya terjadi pada anak usia 0-14 tahun.

Maka dari itu mari kita upayakan pencegahan sebelum menyerang si kecil dan mengetahui apa bahaya DBD pada bayi. Berikut beberapa cara mencegah DBD pada bayi, diantaranya:

1. Lakukan 3M

3M adalah menguras, menutup bak mandi, dan mengubur barang bekas, tiga cara ini dilakukan dengan tujuan untuk memutus rantai penyebaran nyamuk.

Nyamuk demam berdarah berkembang biak di air yang tergenang, termasuk bak mandi, wadah air, dan tempat-tempat lain yang bisa menampung air.

Dengan secara rutin membersihkan tempat-tempat tersebut setidaknya seminggu sekali, kita dapat menghilangkan telur-telur nyamuk yang ada.

2. Gunakan Tanaman Tradisional

Beberapa tanaman tradisional memiliki sifat penolak nyamuk atau anti inflamasi yang dapat membantu mencegah gigitan nyamuk.

Di antaranya kayu putih (eucalyptus), sereh wangi (citronella), serai dapur (lemongrass), lavender dan chamomile.

3. Lilin Aromaterapi

Penggunaan lilin aromaterapi dengan aroma seperti lavender, eucalyptus, atau peppermint dapat membantu mengusir nyamuk dari lingkungan sekitar bayi.

4. Pelihara Ikan

Ikan-ikan tertentu, seperti ikan guppy atau ikan mas, dapat dimasukkan ke dalam bak-bak atau tempat-tempat lain yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Ikan-ikan ini akan memakan larva nyamuk, membantu mengendalikan populasi nyamuk.

5. Gunakan Minyak Telon Navila

Kado Lahiran Hampers Minyak Telon navila

Salah satu cara efektif menghindari gigitan nyamuk DBD adalah dengan anti nyamuk. Anti nyamuk semprot dan anti nyamuk bakar umumnya kurang disukai para Ibu karena dapat mengganggu pernapasan si Kecil.

Anti nyamuk yang lebih aman untuk anak-anak adalah anti nyamuk oles, seperti Navila Telon Oil. 

Navila Telon Oil mengandung minyak kayu putih 40%, minyak adas manis 5%, minyak kelapa 44%, dan minyak zaitun 5% dan yang pasti aman untuk baby newborn dan berkulit sensitif. 

Oleskan Navila Telon Oil pada si kecil begitu selesai mandi atau saat udara dingin.

Selain mampu mengusir dan mencegah gigitan nyamuk, Navila Telon Oil memiliki aroma yang sangat wangi dan berbeda dengan produk minyak telon lainnya.

Terdapat lima jenis varian, yaitu Arasso, Saranghae, Green Tea, Lavender, dan Kasturi. Pilih wangi kesukaan Bunda dan menghindarkan bahaya DBD pada bayi. Klik di sini untuk melakukan pemesanan.

A Word From Navila

Penyakit Demam Berdarah sangatlah berbahaya, karena dapat menyebabkan kematian.

Sebagai orang tua yang bijak, Bunda dan Ayah wajib mengetahui segala jenis informasi tentang DBD guna untuk menghindarkannya dari si kecil.

Jika si kecil menunjukkan gejala-gejala DBD segera periksakan ke dokter dan lakukan pengobatan yang memadai.

Lakukan pula pencegahan agar tidak terdampak bahaya DBD pada bayi dan keluarga. Anak yang sehat adalah kunci masa depan yang cerah. 

Itulah dia informasi seputar bahaya DBD pada bayi. Setelah mengetahui informasi-informasi tersebut, diharapkan bunda semua jadi lebih paham.

Mau informasi seputar ibu dan bayi lainnya? Yuk kunjungi akun Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Semoga bermanfaat!