Pernahkah Mams merasa bingung saat si kecil tiba-tiba tantrum di tengah keramaian atau ngambek tanpa sebab yang jelas? Tenang, itu hal yang wajar! Tapi, mengajarkan anak cara mengelola emosinya sejak dini ternyata sangat penting untuk tumbuh kembangnya, Mams.
Anak yang bisa memahami dan menenangkan dirinya sendiri akan lebih mudah bergaul, beradaptasi, dan membuat keputusan yang bijak. Yuk, simak tips simpel dan efektif dalam artikel ini untuk bantu si kecil belajar mengendalikan emosinya dengan cara yang sehat dan menyenangkan!
Mengapa Anak Sering Kesulitan Mengendalikan Emosi?
Anak sering kesulitan mengendalikan emosi karena otaknya, khususnya bagian yang mengatur emosi seperti korteks prefrontal, belum sepenuhnya berkembang. Hal ini membuat dia sulit memahami perasaan sendiri dan cenderung meluapkannya secara spontan, seperti lewat tantrum.
Tantrum terjadi karena anak belum mampu mengungkapkan keinginan atau perasaan dengan kata-kata, sehingga frustrasinya meledak dalam bentuk tangisan atau teriakan. Frustrasi juga muncul ketika situasi tidak sesuai harapan, misalnya saat permintaan si kecil ditolak.
Beberapa penyebab lain yang dapat menyebabkan anak merasa marah antara lain:
- Kelelahan
- Frustrasi karena kesulitan menyampaikan keinginan atau tidak mampu melakukan apa yang si kecil inginkan
- Kadang-kadang marah sebagai cara untuk menarik perhatian orang tua
- Overstimulasi akibat berada di lingkungan yang bising atau ramai terlalu lama
- Rasa lapar
- Meniru perilaku orang di sekitarnya
- Merasa dibanding-bandingkan dengan orang lain
7 Cara Mengendalikan Emosi pada Anak
Mengelola emosi besar bukan hal yang mudah bagi anak, terutama bagi si kecil yang sangat sensitif. Lalu, bagaimana cara mengendalikan emosi pada anak? Berikut adalah beberapa cara yang bisa Mams lakukan untuk mendukung emosinya, mengutip dari Parents:
1. Validasi Perasaan Anak
Saat anak menangis karena hal kecil, seperti luka ringan yang sebenarnya tidak parah, reaksi pertama Mams mungkin ingin meredakan tangis si kecil dengan cepat. Namun, mengabaikan atau meremehkan emosi anak justru dapat membuat dia semakin kesal.
Sebaliknya, tunjukkan empati dengan mengatakan hal-hal seperti, “Mam tahu itu sakit,” atau “Kamu pasti kaget waktu jatuh tadi.” Mengakui perasaan anak membantu dia merasa dipahami dan lebih tenang.
2. Bantu Anak Mengenali Emosi
Mengajarkan anak mengenali emosi adalah langkah awal penting. Mams bisa memberi contoh dengan berkata, “Kamu terlihat sedih,” atau “Mam lihat kamu sedang marah.” Cara lain adalah dengan mengajak si kecil berdiskusi melalui karakter dalam buku atau film. Tanyakan, “Menurutmu, tokoh ini sedang merasa apa?” Dengan latihan, anak akan lebih mudah menamai dan memahami perasaannya sendiri.
3. Berikan Informasi dan Pilihan
Anak sensitif sering merasa lebih baik jika dia diberi informasi tentang apa yang akan terjadi. Misalnya, jika si kecil takut suntikan, jelaskan bahwa suntikan membantu mencegah penyakit, dan beri dia pilihan kecil, seperti lengan mana yang akan disuntik. Dengan melibatkan anak dalam keputusan kecil, si kecil merasa lebih punya kendali dan lebih percaya diri.
4. Ajarkan Keterampilan Mengelola Emosi
Bekali anak dengan keterampilan sederhana untuk menenangkan diri, seperti latihan pernapasan dalam, menghitung mundur, atau menggunakan mantra positif, misalnya “Aku bisa melewati ini.” Mams juga bisa menyediakan “kotak penenang” berisi benda-benda yang si kecil sukai, seperti buku gambar, mainan kecil, atau musik menenangkan.
5. Pisahkan Emosi dan Perilaku
Ajarkan bahwa semua emosi itu wajar, tetapi cara mengekspresikannya harus sesuai. Misalnya, si kecil boleh merasa marah, tetapi tidak boleh memukul. Jelaskan bahwa perilaku buruk akan ada konsekuensinya, seperti “Kamu dihukum bukan karena marah, tapi karena memukul.”
6. Cari Solusi Bersama
Setelah anak lebih tenang, ajak dia memikirkan solusi. Jika si kecil terluka, tanyakan, “Mau kita cuci dulu atau pakai perban?” Ini tidak hanya membantunya merasa dihargai, tetapi juga melatih keterampilan pemecahan masalah.
7. Mencoba Aromaterapi
Aromaterapi dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk membantu anak menenangkan diri, terutama dalam situasi yang membuat si kecil merasa cemas atau terstimulasi secara emosional. Beberapa aroma, seperti lavender, chamomile, atau sandalwood, dikenal memiliki efek menenangkan yang dapat membantu anak merasa lebih rileks.

Mams bisa menggunakan Minyak Telon Navila, karena mengandung minyak alami seperti minyak kayu putih, kelapa, lavender, dll, yang memiliki aroma menenangkan, sangat cocok untuk anak-anak yang sering merasa gelisah atau rewel.
Mams bisa memijatkan Minyak Telon Navila pada perut atau punggung anak untuk memberikan rasa nyaman, atau menggunakan minyak ini dalam diffuser agar aroma menenangkan tersebar di sekitar anak, menciptakan suasana yang lebih relaksasi dan tenang.
A Word From Navila
Kesimpulannya, mengetahui cara mengendalikan emosi pada anak serta mengajarkannya adalah langkah penting dalam mendukung perkembangannya, karena dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi, hubungan sosial, dan pengambilan keputusan yang sehat.
Meskipun banyak anak mengalami fase emosional yang kuat, terutama hingga usia 8 atau 9 tahun, orang tua sebaiknya memantau dan mencari bantuan profesional jika perilaku emosional anak mengganggu kehidupan sehari-hari atau menandakan masalah medis atau psikologis yang lebih serius.
Dengan dukungan yang tepat, anak dapat belajar mengelola emosinya dengan cara yang sehat, sehingga dia dapat berkembang menjadi individu yang lebih seimbang dan tangguh.
References
- Parents. 8 Ways to Help an Emotionally Sensitive Child. Retrieved from https://www.parents.com/kids/development/behavioral/emotionally-sensitive-children/
- APA. How to help kids understand and manage their emotions. Retrieved from https://www.apa.org/topics/parenting/emotion-regulation
- Child Mind Institute. How to Help Children Calm Down. Retrieved from https://childmind.org/article/how-to-help-children-calm-down/
- Kemenkes. Melatih Pengelolaan Emosi Pada Anak. Retrieved from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/3125/melatih-pengelolaan-emosi-pada-anak