Selama ini, pertumbuhan anak sering dinilai dari tinggi badannya saja. Padahal, kenaikan berat badan yang konsisten sama pentingnya untuk memantau kesehatan dan perkembangan Si Kecil. Jika berat badan tidak bertambah sesuai grafik pertumbuhan, hal itu bisa menjadi sinyal awal adanya masalah gizi yang tidak boleh diabaikan.

Weight faltering adalah kondisi ketika kenaikan berat badan anak melambat atau berhenti, sehingga grafik pertumbuhan menunjukkan penurunan atau stagnasi. Jika berlangsung lama tanpa penanganan, kondisi ini berisiko memicu stunting, gangguan pertumbuhan jangka panjang yang dapat memengaruhi kesehatan, kecerdasan, hingga kualitas hidup Si Kecil di masa depan. Mari kita pahami lebih dalam apa itu weight faltering, perbedaannya dengan stunting, penyebabnya, dan langkah pencegahannya.

Apa Itu Weight Faltering?

Weight faltering adalah penggambaran perlambatan kenaikan berat badan anak dibandingkan pola pertumbuhan normal. Kondisi ini biasanya terdeteksi saat berat badan tidak bertambah sesuai usia, atau bahkan menurun pada grafik pertumbuhan (growth chart). WHO dan CDC menetapkan bahwa penurunan persentil atau stagnasi kurva berat badan selama beberapa bulan perlu diwaspadai, karena bisa menandakan anak tidak mendapatkan nutrisi cukup untuk menunjang pertumbuhannya.

Pemantauan rutin sangat penting untuk mendeteksi tanda awal. Jika garis berat badan menurun lebih dari dua persentil atau z-score berada di bawah –1, risiko malnutrisi meningkat. Penilaian ini sebaiknya dilakukan berdasarkan tren, bukan hanya satu kali pengukuran, sehingga dokter akan memantau secara berkala untuk memastikan apakah kondisi ini sementara atau berlanjut.

Sebelumnya, istilah ini dikenal sebagai failure to thrive (FTT). Namun, banyak tenaga kesehatan kini lebih memilih istilah weight faltering karena dianggap netral dan tidak memberi kesan menyalahkan orang tua atau anak. Pendekatan bahasa yang positif diharapkan membuat proses komunikasi dan penanganan lebih efektif tanpa menambah beban psikologis bagi keluarga.

Perbedaan Weight Faltering dan Stunting

Weight faltering berfokus pada perlambatan kenaikan berat badan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, gangguan pencernaan, penyakit kronis, atau faktor psikososial yang memengaruhi pola makan anak. Jika dibiarkan, masalah ini bisa menjadi awal dari gangguan pertumbuhan yang lebih serius.

Sementara itu, stunting mengacu pada tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis. WHO menetapkan bahwa anak stunting memiliki tinggi badan di bawah minus dua standar deviasi dari median populasi acuan. Kondisi ini sulit dibalikkan, terutama jika sudah terjadi setelah usia dua tahun, dan dapat berdampak pada perkembangan kognitif serta produktivitas di masa depan.

Keduanya saling berkaitan. Weight faltering yang tidak tertangani dengan baik dapat berkembang menjadi stunting. Penelitian menunjukkan, gangguan berat badan di awal kehidupan sering menjadi prediktor hambatan pertumbuhan tinggi badan di kemudian hari. Itulah mengapa pemantauan rutin di posyandu atau fasilitas kesehatan menjadi langkah penting untuk mencegah risiko berlanjut.

Penyebab Weight Faltering pada Anak

Penyebab utama weight faltering adalah kurangnya asupan nutrisi yang memadai. Pada bayi, hal ini bisa terjadi akibat kesulitan menyusu, posisi pelekatan yang tidak tepat, atau produksi ASI yang rendah. Sementara pada anak yang sudah mulai MPASI, menu yang rendah kalori atau kurang beragam juga menjadi faktor risiko. Keterbatasan akses terhadap makanan bergizi (food insecurity) dapat memperburuk keadaan.

Gangguan pencernaan atau penyerapan nutrisi, seperti penyakit celiac, intoleransi laktosa, atau infeksi usus berulang, juga berkontribusi besar. Kondisi medis tertentu, seperti refluks atau penyakit kronis (misalnya penyakit jantung bawaan dan TBC), membuat tubuh membutuhkan energi lebih banyak, sehingga berat badan sulit naik.

Selain faktor medis, aspek psikososial juga berperan. Stres dalam keluarga, depresi pada pengasuh, atau interaksi makan yang kurang mendukung dapat mengurangi nafsu makan anak. Sering kali, weight faltering muncul akibat kombinasi berbagai faktor ini, sehingga penanganannya memerlukan pendekatan yang menyeluruh.

Cara Mencegah dan Mengatasi Weight Faltering

Pencegahan dimulai dengan pemantauan pertumbuhan anak secara rutin. Kunjungan ke posyandu atau dokter anak membantu mendeteksi penurunan berat badan sejak dini melalui growth chart atau z-score. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), intervensi gizi yang cepat setelah deteksi dini dapat meningkatkan efektivitas pemulihan dan mencegah stunting.

Asupan gizi yang sesuai usia menjadi kunci utama. Anak membutuhkan tambahan kalori dan zat gizi makro seperti protein, karbohidrat, dan lemak dalam proporsi seimbang. AAP merekomendasikan 10–15% kalori dari protein, 50–60% dari karbohidrat, dan 30–40% dari lemak. Sumbernya bisa dari bahan makanan lokal yang mudah ditemukan, seperti:

  • Protein, seperti telur rebus atau orak-arik, ikan kembung, ayam tanpa kulit, daging sapi cincang, tahu, dan tempe.
  • Karbohidrat, berupa nasi putih, nasi merah, kentang kukus, ubi manis, singkong, roti gandum, atau bubur jagung.
  • Lemak sehat, seperti santan dalam sayur, alpukat, kacang tanah atau kacang mede (diolah aman untuk anak), minyak kelapa, dan minyak zaitun.
  • Minuman bergizi, misalnya susu sapi, susu pertumbuhan, atau susu kedelai yang diperkaya kalsium; bisa juga dibuat smoothies dari susu dan buah seperti pisang atau mangga untuk menambah kalori.

Dengan kombinasi ini, Mams bisa menyiapkan menu harian yang bervariasi, lezat, dan padat gizi, sehingga Si Kecil lebih bersemangat makan dan pertumbuhannya terjaga.

Navila All Products

Jika berat badan anak stagnan atau terus menurun, segera konsultasikan ke tenaga medis. Dokter akan mencari penyebab mendasar dan dapat merujuk ke ahli gizi untuk menyusun rencana makan yang sesuai kebutuhan. Pendekatan tim multidisipliner terbukti efektif memulihkan pertumbuhan anak sekaligus mencegah dampak jangka panjang.

A Word From Navila

Weight faltering bukan sekadar angka di timbangan, melainkan tanda bahwa tubuh kecil Si Kecil sedang membutuhkan perhatian ekstra. Peran Mams sangat penting dalam memastikan setiap tahap pertumbuhannya berjalan optimal. Dengan deteksi dini, pemantauan rutin, dan asupan gizi seimbang, risiko stunting bisa ditekan sejak awal.

Mulailah memantau berat dan tinggi Si Kecil secara teratur di posyandu atau fasilitas kesehatan terdekat. Sajikan menu bergizi seimbang setiap hari, dan jangan ragu untuk berkonsultasi jika ada tanda perlambatan pertumbuhan. Setiap langkah kecil Mams hari ini adalah investasi besar bagi masa depan Si Kecil. Yuk, pantau kesehatan si kecil dengan mengetahui cara-cara mencegah stunting lebih lanjut, hanya di: Cara Mencegah Stunting agar Pertumbuhan Anak Lebih.


References

  • Cleveland Clinic. Growth Faltering (Formerly Known as Failure To Thrive). Retrieved from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/failure-to-thrive
  • American Family Physician. Growth Faltering and Failure to Thrive in Children. Retrieved from https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2023/0600/growth-faltering-failure-to-thrive.html
  • MSD Manual. Growth and Weight Faltering in Children. Retrieved from https://www.msdmanuals.com/home/children-s-health-issues/growth-and-development/growth-and-weight-faltering-in-children
  • Wiley Online Library. The relationship between wasting and stunting in young children: A systematic review. Retrieved from https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/mcn.13246
  • AAP. Growth Faltering in Newborns and Infants. Retrieved from https://www.aap.org/en/patient-care/newborn-and-infant-nutrition/growth-faltering-in-newborns-and-infants/