Difteri adalah infeksi serius yang menyerang saluran pernapasan, sementara tetanus menyebabkan kaku otot, keduanya dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan benar. Itulah mengapa imunisasi DT menjadi bagian dari vaksinasi wajib di banyak negara, termasuk Indonesia.
Vaksinasi ini bertujuan melindungi individu dari penyakit dan membangun kekebalan kolektif di masyarakat untuk mencegah penyebaran. Dengan memahami pentingnya imunisasi DT, kita turut berkontribusi pada kesehatan yang lebih baik untuk anak-anak dan masyarakat. Mari kita pelajari lebih lanjut tentang apa itu imunisasi DT dan perannya dalam menjaga kesehatan publik.
Apa Itu Imunisasi DT?
Imunisasi DT adalah vaksin yang melindungi anak dari dua penyakit berbahaya, yaitu difteri dan tetanus. Vaksin ini mengandung toksoid difteri dan toksoid tetanus untuk merangsang tubuh membentuk kekebalan terhadap kedua infeksi tersebut.
Mengapa Difteri dan Tetanus berbahaya? Difteri sangat berbahaya karena menyerang saluran pernapasan dan dapat menyebabkan penyumbatan, sementara tetanus menyebabkan kejang otot yang bisa mengganggu pernapasan. Keduanya sangat menular dan berpotensi fatal tanpa vaksin.
Perbedaan antara imunisasi DT dan DPT terletak pada komposisinya. Imunisasi DPT melindungi dari difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan), sedangkan DT hanya melindungi dari difteri dan tetanus.
Kapan Imunisasi DT Sebaiknya Diberikan?
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 42 Tahun 2013 dan Nomor 12 Tahun 2017, imunisasi DT termasuk bagian dari imunisasi dasar lengkap yang harus diberikan kepada anak-anak.
Lalu, imunisasi DT umur berapa? Jadwal awal pemberian vaksin ini dimulai sejak anak berusia 2 hingga 4 bulan. Kemudian, vaksin DT diberikan lagi sebagai booster di beberapa usia tertentu: 18 bulan, 5–7 tahun, serta imunisasi lanjutan yang dikenal sebagai imunisasi Td atau Tdap untuk remaja berusia 10–18 tahun.
Setelah itu, vaksin ini disarankan untuk diulang setiap 10 tahun sekali sepanjang hidup. Setidaknya, anak akan mendapatkan vaksin DT sebanyak lima kali dengan jadwal berikut:
- Dosis pertama pada usia 2 bulan
- Dosis kedua pada usia 4 bulan
- Dosis ketiga pada usia 6 bulan
- Dosis keempat pada usia 15–18 bulan
- Dosis kelima pada usia 4–6 tahun
Ketika anak mencapai usia 7 tahun ke atas, imunisasi lanjutan diberikan dalam bentuk vaksin Td. Biasanya, dosis Td diberikan lagi pada usia 11 tahun, dan dilanjutkan pada usia dewasa (19–64 tahun) untuk perlindungan jangka panjang.
Di Indonesia, imunisasi DT dan Td juga dilaksanakan di sekolah dengan jadwal berikut:
- Kelas 1 SD: Imunisasi campak dilakukan setiap bulan Agustus, sementara imunisasi difteri-tetanus (DT) diberikan setiap bulan November.
- Kelas 2 dan 3 SD: Anak-anak menerima imunisasi tetanus-difteri (Td) pada bulan November.
Program ini diadakan untuk memastikan setiap anak terlindungi dari penyakit serius seperti difteri dan tetanus, dengan vaksinasi yang terstruktur dan dilakukan secara bertahap sesuai usia dan jenjang sekolah.
Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Imunisasi DT
Menurut rekomendasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum anak diberikan imunisasi DT.
Sebelum memberikan imunisasi DT pada anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika anak sedang sakit parah, tunda vaksinasi hingga dia sembuh. Namun, jika hanya mengalami pilek ringan, flu, atau demam rendah, imunisasi umumnya aman dilakukan.
Selain itu, penting untuk memberi tahu dokter jika anak pernah mengalami reaksi alergi terhadap vaksin atau memiliki riwayat alergi yang mengkhawatirkan. Komunikasi yang baik dengan dokter memastikan imunisasi dapat dilakukan dengan aman, memberikan perlindungan maksimal bagi kesehatan anak.
Apa Saja Manfaat Imunisasi DT?
Imunisasi DT punya peran vital dalam menjaga kesehatan anak dengan melindungi dari penyakit serius seperti difteri dan tetanus. Berikut ini adalah manfaat yang diberikan imunisasi DT:
1. Mengurangi Risiko Difteri
Imunisasi DT melindungi anak dari difteri, infeksi saluran napas yang bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti gangguan pernapasan dan gagal jantung. Vaksin ini efektif hingga 97% dalam mencegah difteri.
2. Mencegah Risiko Tetanus
Imunisasi DT juga membantu mencegah tetanus, yang sering dikenal sebagai “lockjaw.” Tetanus, atau “lockjaw,” adalah penyakit yang menyebabkan otot kaku dan bisa berakibat fatal. Imunisasi DT mencegah tetanus dengan efektivitas hampir 100%.
3. Perlindungan Terhadap Varian Baru Penyakit Terkait Difteri dan Tetanus
Imunisasi DT tidak hanya membantu mencegah infeksi dari strain bakteri Corynebacterium diphtheriae (difteri) dan Clostridium tetani (tetanus) yang umum terjadi, tetapi juga memberikan perlindungan terhadap varian yang mungkin muncul di masa depan.
Hal ini karena vaksin DT membantu tubuh anak mengenali bakteri penyebab difteri dan tetanus sehingga sistem kekebalan dapat merespons lebih cepat dan efektif bila terpapar varian baru.
4. Mengurangi Tingkat Keparahan Gejala Difteri dan Tetanus
Selain mencegah infeksi, imunisasi DT juga berfungsi untuk mengurangi tingkat keparahan gejala jika anak terpapar bakteri penyebab difteri atau tetanus.
Anak yang telah menerima imunisasi biasanya akan mengalami gejala yang lebih ringan dibandingkan anak yang belum divaksinasi.
5. Peningkatan Kekebalan Tubuh secara Menyeluruh
Imunisasi DT, khususnya, membantu membangun sistem imun yang lebih kuat, yang tidak hanya siap melawan difteri dan tetanus tetapi juga bisa lebih tanggap dalam menghadapi infeksi lain yang mungkin ditemui.
Efek Samping Imunisasi DT dan Penanganannya
Efek samping imunisasi DT umumnya mereda dalam beberapa jam hingga hari setelah vaksinasi. Beberapa efek samping yang sering muncul antara lain:
- Nyeri, kemerahan, atau bengkak di area suntikan
- Demam ringan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Badan terasa lemas
- Mual atau muntah
- Diare
- Nafsu makan menurun
- Pada anak kecil, biasanya jadi lebih rewel dari biasanya
Demam ringan setelah imunisasi DT merupakan hal yang wajar dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Ini adalah respons alami tubuh saat mulai membangun sistem kekebalan baru dengan bantuan vaksin. Demam menunjukkan bahwa tubuh anak sedang aktif membentuk perlindungan terhadap penyakit.
Jika terjadi demam tinggi, bayi menangis terus-menerus lebih dari 3 jam, atau mengalami kejang, penting untuk segera membawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Jika anak mengalami demam atau tidak nyaman setelah imunisasi DT, beberapa langkah sederhana di rumah bisa membantu meringankan gejalanya:
- Kompres dingin di area suntikan untuk meredakan nyeri atau bengkak.
- Pastikan anak cukup minum untuk menjaga kebutuhan cairan tubuh, baik melalui ASI atau jus buah.
- Kenakan pakaian yang nyaman agar anak tidak merasa gerah.
- Jika perlu, berikan obat penurun panas sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
Tips perawatan ini bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan anak setelah imunisasi DT dan membuat pemulihannya lebih cepat.
A Word From Navila
Imunisasi DT melindungi anak-anak, bahkan orang dewasa, dari penyakit difteri dan tetanus. Infeksi ini dapat menyebabkan pneumonia, gagal paru-paru, kelumpuhan, dan bahkan kematian. Anak-anak biasanya mendapatkan imunisasi DT dalam lima kali suntikan. Setelah berusia 12 tahun, umumnya orang perlu mendapatkan vaksin difteri sekali setiap 10 tahun.
Tahukan Bunda, imunisasi dan vaksinasi ternyata berbeda? Ketahui informasinya hanya di: Perbedaan Imunisasi dan Vaksinasi yang Perlu Bunda Ketahui.
Bunda mau informasi terlengkap tentang moms and baby lainnya? Yuk, kunjungi akun media sosial Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare. Sehat selalu Bunda dan si kecil hebat!