Sejak lahir, sistem pencernaan bayi masih dalam proses berkembang, sehingga lebih rentan mengalami gangguan seperti sembelit, atau diare. Hal ini terjadi karena organ pencernaannya masih belajar menyesuaikan diri, terutama ketika mulai mengenal makanan padat saat MPASI.

Menariknya, pencernaan bayi baru berkembang lebih matang setelah usia 6 bulan dan terus beradaptasi seiring pertumbuhannya. Inilah sebabnya penting bagi orang tua untuk memahami cara menjaga kesehatan saluran cerna si kecil agar tetap nyaman dan terhindar dari masalah yang bisa mengganggu tumbuh kembangnya. Lalu, apa saja masalah pencernaan yang sering terjadi pada bayi? Berikut uraian lengkapnya!

Jenis-Jenis Masalah Pencernaan

Apa saja masalah pencernaan yang umum terjadi pada bayi? Berikut uraian lengkapnya:

1. Kolik

Kolik pada bayi adalah kondisi di mana si kecil menangis berjam-jam tanpa alasan yang jelas, biasanya terjadi sejak usia dua minggu hingga sekitar empat bulan. Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang sering luput dari perhatian, seperti:

  • Overstimulasi
  • Stres dari Mams
  • Sistem pencernaan yang masih berkembang
  • Intoleransi laktosa

Untuk membedakan kolik dengan masalah lain, ada beberapa ciri khas yang bisa diperhatikan. Biasanya, tangisan bayi akibat kolik terjadi pada jam yang sama setiap hari, terutama di sore atau malam hari. Tangisannya juga lebih kencang dari biasanya, sulit ditenangkan, sering disertai ekspresi wajah tegang, tangan mengepal, dan kaki menekuk ke arah perut. 

Durasi tangisannya pun bisa lebih dari tiga jam sehari dan terjadi setidaknya tiga kali dalam seminggu. Jika bayi menunjukkan gejala lain seperti demam, muntah, atau diare, kemungkinan ada kondisi medis lain yang mendasarinya, sehingga perlu segera diperiksakan ke dokter. 

2. Refluks (Gumoh)

Gumoh sebenarnya adalah hal yang wajar pada bayi karena sistem pencernaannya masih berkembang. Namun, ada beberapa tanda refluks pada bayi yang perlu diwaspadai karena bisa mengarah ke refluks gastroesofageal (GERD). Jika bayi masih sering gumoh setelah usia 6 bulan, mengalami kesulitan menaikkan berat badan, atau gumohnya disertai cairan berwarna kehijauan, kuning, atau bahkan berdarah, ini bisa jadi pertanda kondisi yang lebih serius. 

Selain itu, jika bayi terlihat rewel setelah makan, sering batuk, atau tampak sesak napas, ada kemungkinan isi lambungnya naik ke saluran pernapasan, yang bisa berdampak buruk bagi kesehatannya.

Jika tidak ditangani dengan baik, GERD bisa mempengaruhi pertumbuhan bayi, karena nutrisi yang seharusnya diserap tubuh malah terbuang akibat sering gumoh. Hal ini bisa membuat berat badan bayi sulit naik, bahkan berisiko mengalami kekurangan gizi. Selain itu, bayi yang mengalami refluks berulang juga bisa mengalami gangguan pernapasan seperti batuk kronis atau mengi. Tak jarang, bayi pun menjadi lebih rewel dan tidurnya terganggu karena rasa tidak nyaman di perutnya.

3. Sembelit

Sembelit pada bayi sering terjadi saat mereka mulai mengenal MPASI. Perubahan dari ASI eksklusif ke makanan padat bisa membuat sistem pencernaannya beradaptasi, terutama jika tekstur makanan terlalu kental atau rendah serat. Makanan seperti nasi putih atau olahan cenderung membuat tinja lebih keras, sementara sayuran dan buah bisa membantu melancarkan BAB.

Selain itu, bayi juga perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan makanan baru, jadi lebih baik mengenalkan satu jenis makanan dalam beberapa hari. Kandungan zat besi dalam MPASI juga bisa memicu sembelit, jadi kalau bayi mulai sulit BAB setelah mengonsumsi makanan tertentu, mungkin perlu dikonsultasikan dengan dokter.

Selain makanan, kurangnya cairan juga bisa membuat sembelit makin parah. Setelah mulai MPASI, kebutuhan cairan bayi meningkat, cara mengatasi bayi sembelit adalah dengan memastikan dia cukup minum, baik dari ASI, susu formula, atau air putih sesuai usianya. Jika bayi kekurangan cairan, tinja bisa jadi lebih keras dan sulit dikeluarkan. Tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, popok yang tetap kering selama beberapa jam, atau urine berwarna lebih gelap juga perlu diperhatikan.

4. Diare

Diare pada bayi memang sering terjadi, tapi orang tua perlu tahu kapan itu masih tergolong normal dan kapan harus waspada. Diare biasa biasanya hanya ditandai dengan frekuensi BAB yang lebih sering dan tinja lebih encer, tanpa gejala lain yang mengkhawatirkan. Penyebab diare pada bayi bisa karena perubahan pola makan, tumbuh gigi, atau infeksi ringan yang umumnya bisa sembuh sendiri. 

Namun, jika diare disertai darah atau lendir, demam tinggi, muntah terus-menerus, atau tanda dehidrasi seperti mulut kering dan bayi tampak lemas, itu bisa jadi pertanda infeksi serius yang butuh penanganan segera.

Orang tua perlu segera membawa bayi ke dokter jika diare berlangsung lebih dari tiga hari, terutama jika ada gejala seperti demam tinggi atau bayi terlihat sangat lemas. Bayi yang mengalami muntah berulang kali juga berisiko mengalami dehidrasi, jadi harus segera diperiksa. 

Selain itu, jika bayi di bawah enam bulan mengalami diare, sebaiknya jangan menunggu terlalu lama untuk berkonsultasi dengan dokter karena mereka lebih rentan terhadap dehidrasi. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, risiko komplikasi akibat diare bisa dicegah.

5. Intoleransi Laktosa & Alergi Makanan

Intoleransi laktosa dan alergi protein susu sapi sering disalahartikan karena gejalanya mirip, padahal keduanya sangat berbeda. Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh bayi kesulitan mencerna laktosa, yaitu gula alami dalam susu, akibat kurangnya enzim laktase. Gejalanya biasanya hanya berhubungan dengan pencernaan, seperti perut kembung, sering buang angin, diare, atau nyeri perut. 

Sementara itu, alergi protein susu sapi terjadi karena sistem imun bayi bereaksi terhadap protein dalam susu sapi, seperti kasein dan whey. Gejalanya bisa lebih luas, termasuk munculnya ruam, gatal-gatal, batuk, sesak napas, hingga gangguan pencernaan seperti muntah dan diare.

Ada beberapa tanda yang sering tidak disadari orang tua sebagai bagian dari alergi atau intoleransi ini. Misalnya, bayi yang mengalami eksim berulang atau hidung tersumbat tanpa sebab yang jelas bisa jadi memiliki alergi susu sapi. Pada intoleransi laktosa, seringnya bayi mengalami perut kembung atau buang angin mungkin dianggap hal biasa, padahal itu bisa menjadi tanda tubuhnya kesulitan mencerna laktosa.

Hubungan Pencernaan Bayi dengan Perkembangan dan Imunitas

Kesehatan pencernaan bayi memainkan peran penting dalam perkembangan dan daya tahan tubuhnya. Di dalam usus bayi terdapat mikrobiota, yaitu kumpulan bakteri baik yang membantu mencerna makanan, menyerap nutrisi, dan melindungi dari infeksi. Frontiers Media menemukan mikrobiota yang seimbang sangat berkontribusi pada sistem imun yang lebih kuat, sehingga bayi lebih tahan terhadap penyakit. 

Jika keseimbangan mikrobiota terganggu, misalnya akibat penggunaan antibiotik yang berlebihan atau pola makan yang kurang baik, risiko alergi dan gangguan imun di masa depan bisa meningkat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menjaga pencernaan bayi agar sehat dengan memberikan ASI, memilih MPASI yang tepat, dan memastikan bayi terpapar lingkungan yang mendukung pertumbuhan bakteri baik dalam ususnya.

Cara Mencegah dan Mengatasi Masalah Pencernaan pada Bayi

Setelah mengetahui apa saja masalah pencernaan pada bayi selanjutnya langkah atasinya. Berikut beberapa cara mencegah dan mengatasi masalah pencernaan pada si kecil yang bisa Mams lakukan, di antaranya:

1. Pola Makan Ibu Menyusui

Pola makan ibu menyusui berperan besar dalam kualitas ASI dan bisa berdampak langsung pada sistem pencernaan bayi. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar bayi terhindar dari masalah pencernaan, yaitu:

  • Hindari makanan pedas dalam jumlah berlebihan, karena dapat mengubah rasa ASI dan berpotensi memicu gangguan seperti perut kembung atau diare pada bayi.
  • Batasi konsumsi kafein dari kopi, teh, atau cokelat, karena zat ini bisa masuk ke dalam ASI dan membuat bayi menjadi lebih rewel atau sulit tidur.
  • Perhatikan asupan susu sapi dan kedelai, karena beberapa bayi sensitif terhadap protein dalam kedua bahan tersebut, yang bisa menyebabkan reaksi alergi atau gangguan pencernaan.

2. Pijat Bayi untuk Meredakan Perut Kembung

Pijat bayi bisa menjadi cara yang ampuh untuk membantu mengeluarkan gas berlebih di perut dan membuat bayi lebih nyaman. Beberapa teknik pijat bayi kembung yang bisa dicoba, antara lain:

  • Pijat “I Love You.” Gerakan ini dilakukan dengan lembut di area perut bayi, membentuk huruf “I”, “L”, dan “U” mengikuti arah jarum jam. Pijatan ini membantu melancarkan pergerakan usus dan mendorong gas keluar, sehingga perut bayi terasa lebih lega.
  • Pijat Melingkar. Letakkan tangan di perut bayi, lalu pijat dengan gerakan melingkar searah jarum jam menggunakan tekanan ringan. Teknik ini bisa membantu meredakan rasa tidak nyaman di perut serta memperlancar proses pencernaan bayi.

3. Pemberian Probiotik Alami

Probiotik merupakan bakteri baik yang berperan dalam menjaga keseimbangan mikroflora usus serta mendukung sistem pencernaan bayi agar tetap sehat. Ada beberapa sumber probiotik alami yang bisa diberikan dengan aman, salah satunya adalah yoghurt. Yoghurt mengandung Lactobacillus, bakteri baik yang membantu proses pencernaan. 

Namun, pastikan memilih yoghurt tanpa tambahan gula dan konsultasikan dengan dokter sebelum memberikannya pada si kecil. Selain itu, ASI juga menjadi sumber probiotik alami terbaik karena mengandung nutrisi penting yang membantu perkembangan sistem pencernaan bayi secara optimal.

Sebelum mencoba suplemen probiotik atau makanan fermentasi lainnya, ada baiknya orang tua berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pilihan probiotik yang diberikan sesuai dengan kondisi bayi dan tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

A Word From Navila

Mengetahui apa saja masalah pencernaan yang sering terjadi pada bayi adalah kunci untuk memastikan tumbuh kembangnya berjalan optimal. Salah satu cara alami lainnya yang dapat membantu mengatasi masalah pencernaan, seperti perut kembung dan kolik, adalah dengan menggunakan minyak telon.

Manfaat Minyak Telon Navila Telon Oil All Variants

Minyak Telon Navila, dengan bahan-bahan alaminya, tidak hanya memberikan kehangatan tetapi juga membantu meredakan ketidaknyamanan pada perut bayi. Kandungan minyak anis di dalamnya dipercaya efektif mengurangi gas berlebih dan rasa sakit di saluran cerna bayi. Dengan rutin mengoleskan Minyak Telon Navila pada perut si kecil, Mams dapat membantu menjaga kenyamanan dan kesehatan pencernaannya secara alami.


References

  • IDAI. Kolik pada Bayi (Bagian 1). Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1
  • Parents. A Parent’s Guide to Colic in Babies. Retrieved from https://www.parents.com/baby/care/colic/colic-101-what-it-is-and-what-to-do/
  • NHS. Reflux in babies. Retrieved from https://www.nhs.uk/conditions/reflux-in-babies/
  • Baker, S. S., Liptak, G. S., Colletti, R. B., Croffie, J. M., Di Lorenzo, C., Ector, W., & Nurko, S. (1999). Constipation in infants and children: evaluation and treatment. Journal of pediatric gastroenterology and nutrition, 29(5), 612-626. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10554136/
  • Mayo Clinic. Diarrhea. Retrieved from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diarrhea/symptoms-causes/syc-20352241
  • Healthline. Is Your Baby’s Poop Telling You They’re Lactose Intolerant? Retrieved from https://www.healthline.com/health/baby/lactose-intolerant-baby-poop
  • IDAI. Rekomendasi Diagnosis dan Tatalaksana Alergi Susu Sapi. Retrieved from https://www.idai.or.id/professional-resources/pedoman-konsensus/rekomendasi-diagnosis-dan-tatalaksana-alergi-susu-sapi
  • Lazar, V., Ditu, L. M., Pircalabioru, G. G., Gheorghe, I., Curutiu, C., Holban, A. M., … & Chifiriuc, M. C. (2018). Aspects of gut microbiota and immune system interactions in infectious diseases, immunopathology, and cancer. Frontiers in immunology, 9, 1830. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30158926/
  • Healthline. 5 Foods to Limit or Avoid While Breastfeeding. Retrieved from https://www.healthline.com/nutrition/breastfeeding-foods-to-avoid
  • Medical News Today. Causes and how to relieve gas in a baby. Retrieved from https://www.medicalnewstoday.com/articles/324725