Selama ini, baby blues identik dengan ibu setelah melahirkan. Padahal, Ayah pun bisa mengalami hal serupa. Kondisi ini dikenal sebagai paternal postpartum depression (PPD) dan bukan hal sepele.

Data menunjukkan bahwa sekitar 8–13% Ayah baru mengalami depresi pascapersalinan, bahkan angkanya bisa naik hingga 50% jika sang ibu juga terdampak. Sayangnya, kondisi ini sering luput dari perhatian karena gejalanya tidak selalu terlihat jelas dan bisa muncul beberapa bulan setelah bayi lahir.

Mengapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana mengenalinya? Simak penjelasannya berikut.

Ayah Baby Blues vs Ibu Baby Blues

Selama ini, baby blues dikenal sebagai kondisi emosional yang hanya dialami ibu setelah melahirkan. Namun faktanya, Ayah pun bisa mengalaminya, dan ini dikenal sebagai depresi pasca-kelahiran pada Ayah. Meski gejalanya sering tersembunyi, dampaknya bisa serius bagi ayah, ibu, dan bayi.

Apa bedanya?

  • Ibu: Gejala biasanya muncul di 2–3 bulan pertama, dipicu perubahan hormon, dan ditandai dengan tangisan, rasa bersalah, atau keputusasaan.
  • Ayah: PPD bisa muncul lebih lambat, bahkan hingga tahun pertama. Faktor penyebabnya termasuk stres, kurang tidur, dan penurunan testosteron. Gejalanya lebih tersembunyi, seperti mudah marah, menarik diri, atau perilaku impulsif.

Statistik global menyebutkan bahwa 1 dari 10 ayah mengalami depresi pasca-kelahiran. Sedangkan, 1 dari 7 ibu mengalami hal serupa.

Keduanya membutuhkan dukungan emosional dan perhatian serius karena kesehatan mental orang tua, adalah fondasi awal tumbuh kembang si kecil.al, bukan hanya perubahan hormon.

Gejala Baby Blues pada Ayah

Baby blues pada Ayah dapat menunjukkan berbagai gejala yang mirip dengan baby blues pada Ibu. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut adalah gejala-gejala yang umum terjadi:

1. Perasaan Sedih atau Kosong yang Berkepanjangan

Ayah mungkin merasa sedih, cemas, atau hampa tanpa alasan yang jelas. Perasaan ini bisa berlangsung lama dan memengaruhi hubungan dengan keluarga. Studi menunjukkan bahwa perubahan hormon dan stres dapat memicu perasaan negatif ini.

2. Pikiran Negatif dan Merasa Tidak Berharga

Perasaan putus asa, bersalah, atau tidak mampu menjalani peran sebagai ayah dapat muncul. Tekanan untuk memenuhi tanggung jawab baru sering kali menjadi pemicu utama.

3. Mudah Marah dan Iritabel

Kurang tidur dan stres dapat membuat ayah lebih mudah tersinggung atau marah, bahkan untuk hal-hal sepele. Kondisi ini sering kali tidak disadari sebagai gejala depresi.

4. Kehilangan Energi dan Motivasi

Merasa lelah terus-menerus dan tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari adalah tanda umum lainnya. Perubahan ini dapat memengaruhi kualitas hidup dan interaksi dengan keluarga.

5. Gangguan Tidur

Kesulitan tidur atau tidur berlebihan bisa menjadi tanda depresi. Tidur yang tidak berkualitas memperburuk kondisi emosional dan fisik.

Penyebab Baby Blues pada Ayah

Baby blues pada Ayah merupakan kondisi emosional yang bisa muncul setelah kelahiran anak, dipicu oleh faktor biologis dan psikologis. Penurunan hormon seperti testosteron, serta perubahan kadar estrogen, kortisol, dan prolaktin dapat memengaruhi suasana hati. Penelitian Darby et al. (2017) menunjukkan bahwa perubahan ini, ditambah kurang tidur akibat merawat bayi, bisa menyebabkan kelelahan emosional dan gejala depresi ringan.

Selain faktor fisik, tekanan psikologis seperti rasa kewalahan menghadapi tanggung jawab baru, kurangnya dukungan, dan stres ekonomi juga berperan besar. American Psychological Association menyebut transisi menjadi orang tua sebagai masa penuh tekanan emosional. Jika ibu mengalami depresi pasca-persalinan, kondisi mental ayah juga bisa terdampak. Riwayat gangguan mental, usia muda, dan Couvade syndrome turut meningkatkan risiko munculnya baby blues pada Ayah.

Cara Mengatasi Baby Blues pada Ayah

Baby blues pada pria sering dianggap tidak umum, maka dari itu banyak dari pria merasa malu jika mengakui mengalami depresi ini. 

“Tapi tidak ada yang memalukan tentang depresi pasca-persalinan. Menjadi seorang Ayah adalah tanggung jawab yang besar, dengan waktu yang panjang dan tanpa bayaran, serta masyarakat tidak memberikan dukungan yang cukup kepada pria dalam peran ini,”  tegas Dr. Scott Bea, PsyD seorang Psikolog klinis dari Cleveland Clinic.

Untuk menjaga suasana hati tetap positif selama masa-masa menjadi Ayah baru, Dr. Bea merekomendasikan untuk fokus pada perawatan diri yang dasar, yaitu:

  1. Makan dengan baik.
  2. Berolahraga.
  3. Istirahat dengan baik.
  4. Hindari minuman beralkohol, berjudi, dan perilaku negatif lainnya.
  5. Bicarakan perasaan, baik dengan pasangan, orang tua, saudara, teman, atau siapa pun yang terpercaya.

A Word From Navila

Proses adaptasi menjadi Ayah memang menantang, sehingga wajar jika suasana hati tidak stabil. Namun, jika gejala berlangsung lebih dari dua hingga tiga minggu, sebaiknya konsultasikan dengan konselor atau psikoterapis.

Ingatlah bahwa perjalanan ini adalah proses bersama. Dukungan, komunikasi yang terbuka, dan saling memahami adalah kunci untuk melewatinya dengan baik. Untuk membantu menjaga keharmonisan dalam hubungan, Paps bisa mencoba meluangkan waktu berkualitas bersama Mams. Temukan beberapa ide sederhana yang bisa menguatkan ikatan Paps dan Mams di: Ide Kencan dengan Pasangan.


References

  • Wainwright, S., Caskey, R., Rodriguez, A., Holicky, A., Wagner-Schuman, M., & Glassgow, A. E. (2023). Screening fathers for postpartum depression in a maternal-child health clinic: A program evaluation in a midwest urban academic medical center. BMC Pregnancy and Childbirth23(1), 675. https://link.springer.com/article/10.1186/s12884-023-05966-y
  • Health. What To Know About Male Postpartum Depression. Retrieved from https://www.health.com/male-postpartum-depression-8742954
  • Saxbe, D. E., Edelstein, R. S., Lyden, H. M., Wardecker, B. M., Chopik, W. J., & Moors, A. C. (2017). Fathers’ decline in testosterone and synchrony with partner testosterone during pregnancy predicts greater postpartum relationship investment. Hormones and behavior90, 39-47. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0018506X16301015
  • Cleveland Clinic. Yes, Postpartum Depression in Men Is Very Real. Retrieved from https://health.clevelandclinic.org/yes-postpartum-depression-in-men-is-very-real
  • Al-Abri, M. A. (2015). Sleep Deprivation and Depression: A bi-directional association. Sultan Qaboos University Medical Journal15(1), e4. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4318605/
  • Paulson, J. F., & Bazemore, S. D. (2010). Prenatal and postpartum depression in fathers and its association with maternal depression: a meta-analysis. Jama303(19), 1961-1969. https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/185905