Begadang tiap malam, bayi menangis, penyesuaian rutinitas harian dalam memenuhi kebutuhan bayi newborn, semua ini bisa membuat Bunda dan Ayah sebagai orang tua yang baru menjadi kewalahan dan lelah.
Bagi orang tua yang belum siap, biasanya akan mengalami baby blues. Bukan hanya Bunda, tapi Ayah juga bisa mengalaminya. Faktanya, baby blues pada ayah adalah hal yang cukup umum.
Sekitar 10% Ayah mengalami depresi sebelum atau setelah kelahiran bayi mereka, menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association.
Ayah Baby Blues vs Ibu Baby Blues
Baby blues atau postpartum depression adalah depresi yang dialami seseorang setelah kelahiran bayi.
Biasanya, baby blues identik terjadi pada wanita, namun tahukah Bunda bahwa Ayah juga bisa mengalami baby blues.
Sebenarnya, pria tidak mengalami baby blues, melainkan depresi pasca-kelahiran bayi. Baby blues sebenarnya hanya dialami oleh wanita karena perubahan hormon pasca persalinan.
Meski begitu, istilah baby blues lebih dikenal di kalangan masyarakat umum.
Seseorang dengan baby blues mungkin mengalami kekhawatiran, kesedihan, dan kelelahan dalam jangka waktu yang lama.
Sekitar 1 dari 10 Ayah baru mengalami depresi pasca-kelahiran bayi.
Penelitian Sabrina et al. (2019) menunjukkan bahwa depresi pasca-kelahiran pada pria dapat mempengaruhi interaksi Ayah dengan anak secara negatif.
Jenna Berendzen, ARNP dari UnityPoint Health, memberikan pengalaman unik, dia dan suaminya ternyata mengalami baby blues setelah kelahiran anak pertama mereka.
Baby blues pada pria mungkin tidak langsung tampak jelas. Ini bisa berkembang selama sekitar satu tahun.
Berendzen menjelaskan bahwa depresi pasca-kelahiran pada pria adalah perubahan suasana hati dan fungsi Ayah baru dalam tahun pertama setelah bayi lahir, diadopsi, atau bergabung dalam struktur keluarga.
“Banyak orang mencoba menyederhanakan postpartum depression sebagai hanya penurunan hormon yang dialami wanita. Jika itu benar, kita tidak akan melihat depresi pada orang lain selain orang yang melahirkan secara fisik.
Dengan postpartum depression pada pria, penelitian menunjukkan adanya perubahan hormon pada pria dalam bentuk perubahan kadar testosteron ketika bayi lahir. Dengan PPD secara umum, hormon memang berperan, tetapi ini juga melibatkan aspek psikologis dan sosial,” kata Berendzen.
Beberapa perbedaan antara baby blues pada pria dan wanita adalah:
- 1 dari 10 pria mengalami depresi pasca-kelahiran sedangkan 1 dari 7 wanita mengalaminya.
- Wanita biasanya mengalami gejala puncak sekitar bulan kedua hingga ketiga setelah melahirkan, sementara pria biasanya mengalami puncak gejala di akhir tahun pertama.
- Pria cenderung menunjukkan lebih banyak kemarahan dan perilaku berisiko, sementara wanita cenderung menunjukkan tangisan, putus asa, kehilangan minat, dan rasa bersalah.
Apa saja Gejala Baby Blues pada Ayah?
Baby blues pada Ayah dapat menunjukkan berbagai gejala yang mirip dengan baby blues pada ibu.
Menurut data dari CDC, berikut adalah gejala-gejala yang umum terjadi:
1. Merasa Terus-Menerus Sedih, Cemas, atau Kosong
Depresi pasca-persalinan pada Ayah sering kali menyebabkan perasaan sedih, cemas, atau kosong yang berlangsung terus-menerus.
Studi menunjukkan bahwa perubahan hormon, stres, dan tuntutan baru sebagai orang tua dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang signifikan, memicu perasaan negatif yang mendalam.
2. Memiliki Pikiran Negatif (Perasaan Putus Asa, Bersalah, atau Tidak Berharga)
Ayah yang mengalami depresi pasca-kelahiran mungkin sering memiliki pikiran negatif dan perasaan putus asa, bersalah, atau tidak berharga.
Penelitian mengindikasikan bahwa perasaan ini dapat timbul dari tekanan untuk memenuhi peran baru dan perasaan ketidakmampuan dalam mengatasi tanggung jawab sebagai orang tua.
3. Mudah Tersinggung atau Marah
Kekurangan tidur dan stres dapat menyebabkan iritabilitas dan kemarahan yang mudah tersulut.
Penelitian menunjukkan bahwa ketegangan emosional dan kelelahan dapat memperburuk kecenderungan seseorang untuk marah dan tidak sabar.
4. Gelisah
Gelisah atau perasaan tidak tenang adalah gejala umum yang bisa dirasakan oleh Ayah.
Kewalahan dengan tanggung jawab baru dan perubahan dalam rutinitas sehari-hari dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan kegelisahan.
5. Kekurangan Energi atau Motivasi
Depresi pasca-kelahiran sering menyebabkan penurunan energi dan motivasi.
Ayah mungkin merasa kelelahan yang ekstrem dan tidak memiliki dorongan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Studi menunjukkan bahwa perubahan dalam keseimbangan kimia otak dapat mempengaruhi tingkat energi dan motivasi seseorang.
6. Kesulitan Berkonsentrasi dan Membuat Keputusan
Gejala ini sering terjadi akibat stres yang berkepanjangan dan kekurangan tidur.
Kesulitan dalam berkonsentrasi dan membuat keputusan dapat mempengaruhi kemampuan Ayah untuk menjalankan tanggung jawab sehari-hari dengan efektif.
7. Masalah Memori
Depresi pasca-persalinan dapat berdampak pada fungsi memori.
Penelitian menunjukkan bahwa ketidakmampuan untuk fokus dan mengingat informasi penting dapat memperburuk perasaan stres dan kecemasan.
8. Tidur Terlalu Banyak atau Terlalu Sedikit
Gangguan tidur adalah gejala umum dari depresi. Ayah mungkin mengalami tidur yang berlebihan atau justru kurang tidur, yang dapat memperburuk gejala depresi mereka.
9. Kehilangan Nafsu Makan atau Makan Berlebihan
Perubahan pola makan, seperti kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan, sering terjadi pada orang yang mengalami depresi.
Penelitian menunjukkan bahwa perubahan dalam pola makan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.
10. Pikiran untuk Bunuh Diri
Dalam kasus yang lebih parah, pikiran untuk bunuh diri bisa muncul. Ini adalah gejala serius yang memerlukan perhatian medis segera.
Penelitian menunjukkan bahwa pikiran bunuh diri dapat terjadi akibat perasaan putus asa dan tekanan yang ekstrem.
11. Nyeri atau Rasa Sakit yang Terus-Menerus
Nyeri fisik yang terus-menerus, seperti sakit kepala atau nyeri otot, seringkali terkait dengan depresi.
Penelitian menunjukkan bahwa depresi dapat menyebabkan atau memperburuk rasa sakit fisik.
Penyebab Baby Blues pada Ayah
Baby blues pada Ayah adalah kondisi yang semakin mendapat perhatian, karena dampaknya pada kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.
Berikut adalah beberapa penyebab utama yang dapat menyebabkan baby blues pada Ayah, mengutip dari Medical News Today:
1. Perubahan Hormon
Selama kehamilan, hormon wanita mengalami perubahan signifikan untuk mendukung perkembangan janin.
Namun, pria juga dapat mengalami perubahan hormon yang mempengaruhi suasana hati mereka.
Penelitian Darby et al. (2017) menunjukkan bahwa pria mungkin mengalami penurunan kadar testosteron selama kehamilan pasangan mereka.
Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor psikologis dan dapat berdampak pada suasana hati pria.
Penurunan testosteron dapat menyebabkan gejala depresi, termasuk kelelahan dan penurunan motivasi.
Selain testosteron, hormon lain yang dapat berubah adalah estrogen, kortisol, vasopressin, dan prolaktin, yang semuanya dapat mempengaruhi kesehatan mental pria selama periode prenatal dan pasca-persalinan.
2. Rasa Kewalahan
Menjadi orang tua untuk pertama kalinya bisa sangat menekan dan menyebabkan perasaan kewalahan.
Tugas dan tanggung jawab baru, serta kebutuhan bayi yang tidak terduga, dapat membuat Ayah merasa tidak siap dan cemas.
Perasaan kewalahan ini dapat berkontribusi pada timbulnya gejala depresi.
Menurut American Psychological Association, transisi menjadi orang tua seringkali memicu stres dan kecemasan yang tinggi, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko depresi.
3. Kurang Tidur
Kurang tidur adalah masalah umum di kalangan orang tua baru. Penelitian oleh Mohammed (2015) menunjukkan bahwa kekurangan tidur dapat meningkatkan risiko depresi.
Ketika bayi baru lahir, pola tidur seseorang sering terganggu, dan tidur yang tidak cukup berkualitas dapat memperburuk suasana hati dan kesejahteraan emosional.
Kurang tidur mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatasi stres, yang dapat memperburuk gejala depresi.
4. Depresi Ibu
Jika ibu bayi mengalami depresi pasca-persalinan, Ayah juga dapat terkena dampaknya.
Ini mungkin disebabkan oleh perasaan psikologis yang ditimbulkan oleh situasi tersebut atau rasa kewalahan karena harus mengatasi kebutuhan ibu dan bayi sekaligus.
Penelitian Paulson & Bazemore (2010) menunjukkan bahwa adanya depresi pada ibu dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Ayah.
5. Riwayat Depresi atau Kecemasan
Pria dengan riwayat depresi atau kecemasan sebelumnya mungkin lebih rentan mengalami depresi pasca-kelahiran.
Ketidakseimbangan kimia di otak yang sudah ada sebelumnya dapat diperburuk oleh tekanan tambahan dari tanggung jawab sebagai orang tua baru.
Riwayat masalah kesehatan mental dapat meningkatkan risiko mengalami gejala depresi lebih lanjut.
6. Faktor Lain
Faktor tambahan yang dapat mempengaruhi perkembangan depresi pada Ayah termasuk usia muda, kesulitan finansial, dan tingkat stres yang tinggi.
Usia muda dapat berhubungan dengan kurangnya pengalaman dan kesiapan dalam menghadapi tanggung jawab baru.
Kesulitan finansial dan stres tambahan juga dapat memperburuk perasaan cemas dan depresi pada pria, atau juga bisa karena Couvade syndrome.
Cara Mengatasi Baby Blues pada Ayah
Baby blues pada pria sering dianggap tidak umum, maka dari itu banyak dari pria merasa malu jika mengakui mengalami depresi ini.
“Tapi tidak ada yang memalukan tentang depresi pasca-persalinan. Menjadi seorang ayah adalah tanggung jawab yang besar, dengan waktu yang panjang dan tanpa bayaran, serta masyarakat tidak memberikan dukungan yang cukup kepada pria dalam peran ini,” tegas Dr. Scott Bea, PsyD seorang Psikolog klinis dari Cleveland Clinic.
Untuk menjaga suasana hati tetap positif selama masa-masa menjadi Ayah baru, Dr. Bea merekomendasikan untuk fokus pada perawatan diri yang dasar, yaitu:
- Makan dengan baik.
- Berolahraga.
- Istirahat dengan baik.
- Hindari minuman beralkohol, berjudi, dan perilaku negatif lainnya.
- Bicarakan perasaan, baik dengan pasangan, orang tua, saudara, teman, atau siapa pun yang terpercaya.
Adaptasi diri dengan bayi newborn memang membutuhkan waktu. Wajar jika suasana hati Ayah sedikit tidak stabil dalam proses ini.
Namun, jika gejala sindrom ini bertahan lebih dari dua hingga tiga minggu, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari konselor atau psikoterapis.
“Meminta bantuan tidak berarti Anda tidak berdaya. Ini berarti Anda melakukan apa yang perlu Anda lakukan agar bisa menjadi pasangan terbaik, dan Ayah terbaik yang Anda bisa,” kata Dr. Bea.
Ternyata, baby blues bisa dialami oleh Ayah atau Bunda. Saling pengertian, peduli satu sama lain dan komunikasi yang terbuka bisa menjadi solusi emosional bagi keduanya. Sehat selalu Ayah dan Bunda!
Setelah mengetahui informasi-informasi tersebut, diharapkan Bunda semua jadi lebih paham. Mau informasi seputar ibu dan bayi lainnya?
Yuk kunjungi akun Navila di Instagram @navilababy dan TikTok @navilacare.
3 comments