Setelah imunisasi, banyak bayi mengalami demam ringan, dan ini sering membuat orang tua merasa cemas. Padahal, demam setelah imunisasi justru menandakan bahwa tubuh si kecil sedang bekerja membentuk perlindungan alami melalui antibodi. Jadi, jangan buru-buru panik dulu, Mams.
Meski biasanya tidak berbahaya, demam bisa membuat bayi gelisah, rewel, bahkan sulit tidur. Di sinilah peran Mams sangat penting, yaitu memberikan kenyamanan sekaligus memastikan kondisi si kecil tetap aman.
Artikel ini akan membahas penyebab demam setelah imunisasi, cara mengatasi demam setelah imunisasi, hingga tanda bahaya yang perlu diwaspadai agar Mams tahu kapan harus segera membawa si kecil ke dokter.
Penyebab Bayi Bisa Demam Setelah Imunisasi
Demam pasca-imunisasi sebenarnya adalah reaksi normal dari tubuh. Ketika vaksin masuk, sistem imun bayi menganggapnya sebagai “penyusup” dan langsung bekerja membentuk antibodi. Proses ini memicu peningkatan suhu tubuh, yang artinya vaksin sedang menjalankan tugasnya dengan baik.
Beberapa jenis vaksin memang lebih sering menimbulkan demam dibandingkan yang lain. Misalnya, vaksin DTaP (Difteri, Tetanus, Pertusis) biasanya memicu demam dalam 1–3 hari setelah penyuntikan. Sedangkan vaksin MMR (Campak, Gondongan, Rubela) dapat menyebabkan demam muncul lebih lambat, yakni sekitar 5–14 hari setelah diberikan. Reaksi ini biasanya ringan, mungkin disertai bayi sedikit lebih rewel atau lelah, dan akan hilang dalam beberapa hari.
Rata-rata, demam berlangsung 1–2 hari dan jarang melebihi 3 hari. Selama suhu bayi tidak lebih dari 38°C, dia masih mau menyusu, dan tampak aktif, Mams tidak perlu khawatir. Namun, jika suhu melonjak hingga 39°C atau bertahan lebih dari 3 hari, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Cara Utama Mengatasi Demam Setelah Imunisasi
Setelah imunisasi, bayi sering mengalami demam ringan yang sebenarnya merupakan tanda tubuh sedang membentuk kekebalan. Meski normal, kondisi ini bisa membuat si kecil rewel sehingga Mams perlu tahu cara mengatasi demam setelah imunisasi dengan tepat. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan di rumah:
1. Beri ASI Lebih Sering
Saat si kecil demam, tubuhnya kehilangan cairan lebih cepat melalui keringat maupun pernapasan. Karena itu, menyusui lebih sering sangat penting agar kebutuhan cairan tetap tercukupi. ASI bukan hanya menghidrasi, tapi juga mengandung nutrisi lengkap yang lebih mudah diserap tubuh bayi ketika kondisinya sedang lemah.
Selain itu, kontak kulit ke kulit saat menyusui juga memberikan efek menenangkan. Bayi yang merasa aman di pelukan Mams akan lebih mudah tertidur, dan tidur yang cukup membantu pemulihan lebih cepat. Menariknya, penelitian menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif cenderung mengalami gejala lebih ringan setelah imunisasi karena antibodi alami dalam ASI ikut memperkuat daya tahan tubuhnya.
2. Kompres Hangat (Suam-Suam Kuku)
Kompres hangat merupakan salah satu cara mengatasi demam setelah imunisasi yang aman dan efektif. Air hangat membantu melancarkan sirkulasi darah sehingga panas tubuh bisa dilepaskan secara perlahan. Caranya sederhana, celupkan kain bersih ke dalam air hangat (bukan panas), peras, lalu tempelkan lembut di dahi, ketiak, atau lipatan paha bayi.
Mams tidak perlu menggunakan es atau air dingin. Justru, suhu dingin ekstrem bisa membuat pembuluh darah menyempit, memicu bayi menggigil, dan akhirnya menaikkan suhu tubuh lebih tinggi. Dengan kompres hangat, suhu tubuh bayi akan turun secara alami tanpa memberi efek kaget pada tubuhnya. Selain itu, proses mengompres juga bisa menjadi momen bonding, karena sentuhan lembut Mams memberi rasa aman bagi si kecil.
3. Pakaikan Baju Tipis dan Nyaman
Pakaian yang tepat sangat berpengaruh pada kenyamanan bayi saat demam. Gunakan baju berbahan katun yang ringan, lembut, dan mudah menyerap keringat. Hindari pakaian tebal atau selimut berlapis karena dapat membuat panas tubuh terperangkap, sehingga suhu bayi malah semakin tinggi.
Jika bayi tampak menggigil, cukup tambahkan kain tipis sebagai pelindung sementara. Pastikan ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Dengan kondisi ini, tubuh bayi dapat lebih mudah menyeimbangkan suhunya. Mams juga bisa menjaga kelembapan ruangan dengan humidifier agar udara tidak terlalu kering, sehingga bayi lebih nyaman bernapas saat tidur.
4. Gunakan Paracetamol Sesuai Anjuran Dokter
Ketika suhu bayi mencapai 38°C atau lebih, atau terlihat sangat rewel dan sulit ditenangkan, paracetamol bisa diberikan sesuai dosis yang dianjurkan. Obat ini membantu menurunkan demam sekaligus meredakan rasa tidak nyaman yang membuat bayi sulit beristirahat. Namun, Mams perlu ingat bahwa tidak semua kondisi demam membutuhkan obat.
Gunakan paracetamol khusus bayi dan pastikan dosisnya sesuai dengan berat badan, bukan perkiraan usia saja. Selalu gunakan alat takar dari kemasan obat, bukan sendok dapur, agar dosisnya tepat. Untuk bayi di bawah 2 bulan, pemberian obat tidak boleh dilakukan tanpa pengawasan dokter karena sistem tubuhnya masih sangat sensitif.
Penting juga untuk tidak memberikan obat lain seperti ibuprofen tanpa rekomendasi dokter, karena tidak semua obat aman untuk usia bayi tertentu. Prinsipnya, obat hanya diberikan jika benar-benar diperlukan, sementara demam ringan biasanya akan mereda sendiri dalam 1–2 hari dengan perawatan sederhana.
Berapa Lama Demam Setelah Imunisasi Bertahan?
Pertanyaan yang sering muncul adalah berapa lama demam setelah imunisasi berlangsung? Menurut Seattle Children’s Hospital, umumnya, demam muncul dalam 24 jam pertama setelah suntikan dan mereda dalam 1–2 hari. Namun, pada beberapa vaksin seperti DTaP, demam bisa bertahan hingga 3–4 hari. Bahkan, reaksi ringan seperti nyeri di area suntikan dapat berlangsung sampai 7 hari.
Setiap bayi memiliki respon yang berbeda. Karena itu, penting bagi Mams untuk memantau suhu tubuh secara berkala. Selama suhu tidak lebih dari 39°C dan bayi tetap mau menyusu, kondisi ini tergolong normal. Tetapi bila demam tidak kunjung turun, bayi tampak sangat lemas, atau muncul gejala lain seperti kejang dan ruam menyebar, segera cari bantuan medis.
Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?
Mams perlu waspada jika suhu bayi mencapai 39°C atau lebih, demam berlangsung lebih dari 3 hari, atau disertai tanda bahaya seperti bayi tidak mau menyusu, sangat lemas, atau mengalami kejang. Bayi berusia di bawah 3 bulan dengan demam apa pun juga harus segera diperiksakan ke dokter karena risiko infeksi serius lebih tinggi.
Mencatat reaksi bayi setelah imunisasi juga sangat membantu. Catat kapan demam mulai, berapa suhu tertinggi, serta gejala tambahan yang muncul. Informasi ini akan memudahkan dokter dalam memberikan penilaian yang tepat. Dengan pemantauan cermat, Mams bisa merasa lebih tenang karena sebagian besar demam setelah imunisasi hanyalah reaksi normal.
A Word From Navila
Demam setelah imunisasi sering membuat orang tua khawatir, padahal justru menjadi tanda bahwa tubuh bayi sedang membangun kekebalan. Dengan langkah sederhana seperti memberikan ASI lebih sering, melakukan kompres hangat, memakaikan baju tipis, hingga paracetamol sesuai anjuran dokter, Mams bisa membantu si kecil merasa lebih nyaman.
Tetaplah waspada terhadap tanda bahaya, dan jangan ragu membawa bayi ke dokter bila kondisinya tidak membaik. Dengan perhatian penuh dan perawatan tepat, Mams bisa mendampingi si kecil melewati masa ini dengan tenang. Mams juga perlu tahu lebih banyak seputar manfaat imunisasi lainnya, yuk lanjutkan membaca di: Apa Itu Imunisasi DT?
References
- Vaccine Education Center. Vaccine safety: Fever and vaccines. Children’s Hospital of Philadelphia. Retrieved from https://www.chop.edu/vaccine-education-center/vaccine-safety/other-vaccine-safety-concerns/fever-and-vaccines
- Seattle Children’s Hospital. Immunization reactions. Retrieved from https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/immunization-reactions/
- Better Health. Immunisation – side effects. Retrieved from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/immunisation-side-effects
- Pisacane, A., Continisio, P., Palma, O., Cataldo, S., De Michele, F., & Vairo, U. (2010). Breastfeeding and risk for fever after immunization. Pediatrics, 125(6), e1448-e1452. https://publications.aap.org/pediatrics/article-abstract/125/6/e1448/72481
- Crook, J. (2023). Paracetamol use in infants and young children. The Pharmaceutical Journal. Retrieved from https://pharmaceutical-journal.com/article/ld/paracetamol-use-in-infants-and-young-children
- St. Louis Children’s Hospital. Fever (0–12 months). Retrieved from https://www.stlouischildrens.org/health-resources/symptom-checker/fever-0-12-months