Fenomena fatherless, di mana anak tumbuh tanpa figur Ayah, semakin banyak ditemukan di masyarakat kita. Di Indonesia, hampir 20% anak tumbuh tanpa kehadiran Ayah, baik karena perceraian, ketidakhadiran fisik, atau minimnya peran Ayah dalam pengasuhan.
Dampaknya sangat besar. Anak-anak yang tidak memiliki figur Ayah berisiko mengalami masalah psikologis, kesulitan sosial, dan bahkan perilaku menyimpang. Namun, kondisi ini bukan takdir. Dengan kesadaran, peran Ayah yang lebih aktif, dan dukungan komunitas, kita bisa memutus rantai fatherless dan memberikan anak kesempatan tumbuh dengan lebih baik.
Mari kita pelajari lebih dalam bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak kita.
Apa Itu Fatherless Behavior?
Fenomena fatherless behavior mengacu pada perilaku yang mungkin muncul pada seseorang yang tumbuh tanpa atau dengan minimnya kehadiran Ayah dalam hidupnya. Perilaku ini seringkali diartikan sebagai cerminan dari ketidakstabilan emosional atau masalah hubungan karena kurangnya figur Ayah yang kuat dan mendukung.
Anak yang tidak memiliki Ayah berisiko tinggi mengalami masalah emosional, seperti kesulitan mengelola emosi, kecemasan, dan depresi. Dia juga lebih rentan terlibat dalam perilaku berisiko seperti penyalahgunaan zat atau kekerasan.
Data global menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa figur Ayah cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah dan kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Ketidakhadiran Ayah juga dapat berpengaruh pada perkembangan psikologis jangka panjang anak.
Berdasarkan penelitian, keterlibatan Ayah dalam kehidupan anak terbukti dapat memberikan stabilitas emosional yang penting dan berperan besar dalam mencegah perilaku kriminal atau masalah lainnya.
Fatherless: Teori Siapa?
Menurut Teori Keterikatan (Attachment Theory) dari John Bowlby, anak-anak membutuhkan ikatan emosional yang kuat dengan orang tua mereka, terutama Ayah, untuk tumbuh dengan rasa aman. Ketidakhadiran Ayah dapat menyebabkan gangguan dalam ikatan ini, yang berisiko menghambat perkembangan emosional dan sosial anak.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak memiliki figur Ayah lebih rentan mengalami masalah perilaku, kesulitan dalam hubungan sosial, dan bahkan gangguan kesehatan mental.
Studi internasional juga mengungkapkan bahwa anak tanpa Ayah cenderung menghadapi tantangan besar dalam hal prestasi akademik dan hubungan interpersonal. Anak laki-laki lebih sering terlibat dalam perilaku agresif, sementara anak perempuan mungkin kesulitan membangun hubungan sehat di masa depan.
Dampak Fatherless pada Anak dan Masyarakat
Fenomena fatherless bukan sekadar absennya sosok Ayah secara fisik, tapi juga hilangnya peran emosional dan pengasuhan. Fenomena ini berdampak besar pada tumbuh kembang anak dan kestabilan sosial secara luas.
Dampak Psikologis
Anak yang tumbuh tanpa Ayah cenderung mengalami depresi, kecemasan, rendah diri, dan krisis identitas, terutama pada masa remaja. Ketidakhadiran figur Ayah dapat menimbulkan luka batin atau emotional wound, yang jika tidak ditangani akan terbawa hingga dewasa.
Data dari Dadish Foundation menyebutkan bahwa anak-anak tanpa Ayah dua kali lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental dibanding mereka yang hidup dengan kedua orang tua.
Dampak Sosial
Anak fatherless seringkali kesulitan membentuk hubungan sosial yang sehat. Beberapa menjadi agresif, mengalami kesulitan mengelola emosi, atau malah menarik diri dari lingkungan sosial.
Hasil studi STAI Muttaqien menunjukkan bahwa anak-anak tanpa keterlibatan Ayah mengalami kesulitan dalam menginternalisasi nilai disiplin, tanggung jawab, dan etika sosial.
Ini bisa berdampak pada:
- Sulit beradaptasi di lingkungan sekolah
- Kurangnya rasa empati
- Tingkat kepercayaan diri rendah saat bersosialisasi
Dampak Kognitif dan Akademik
Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak dari keluarga tanpa Ayah mengalami kesulitan akademik. Mereka cenderung memiliki:
- Nilai lebih rendah di sekolah
- Konsentrasi yang buruk
- Motivasi belajar yang rendah
Sebuah studi dari National Institutes of Health menemukan bahwa anak-anak yang tidak tinggal dengan Ayahnya memiliki kontrol diri yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam mata pelajaran seperti matematika dan sains.
Dampak Perilaku
Ketidakhadiran Ayah meningkatkan risiko anak terlibat dalam:
- Tindakan kriminal
- Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
- Aktivitas geng atau kekerasan
Data dari Dads4Kids Australia menyebutkan bahwa anak-anak tanpa Ayah 20x lebih berisiko masuk penjara dan 10x lebih berpotensi menyalahgunakan zat adiktif dibanding anak-anak dari keluarga dengan Ayah aktif.
Solusi untuk Memutus Rantai Fatherless
Untuk memutus rantai fenomena fatherless ini, kita butuh solusi nyata yang bisa langsung diterapkan, baik oleh keluarga, komunitas, maupun pemerintah.
1. Menciptakan Sosok Pengganti Ayah
Jika anak tidak memiliki Ayah yang hadir, bukan berarti dia tidak bisa punya panutan. Peran Ayah bisa digantikan oleh:
- Kakek, paman, guru laki-laki, atau tetangga yang peduli.
- Program mentoring, seperti yang dilakukan organisasi internasional National Fatherhood Initiative dan Empowering the Fatherless di AS. Mereka melibatkan pria dewasa untuk jadi mentor dan pendukung emosional anak-anak fatherless.
2. Komunitas Peduli
Komunitas bisa jadi tempat aman untuk anak-anak tanpa figur Ayah. Misalnya:
- Di Indonesia, BKKBN punya program Generasi Berencana yang bantu remaja belajar soal peran orang tua, termasuk Ayah.
- Internasional, ada SOS Children’s Villages, yang memberikan pengasuhan alternatif layaknya keluarga lengkap bagi anak-anak yatim/piatu.
3. Edukasi dan Kampanye Sosial
Semakin banyak yang sadar tentang pentingnya kehadiran Ayah, makin besar peluang perubahan. Contohnya, mahasiswa UNS pernah membuat kampanye edukatif setelah tahu Indonesia termasuk negara dengan jumlah fatherless tertinggi ketiga di dunia. Kampanye ini penting agar masyarakat tidak lagi anggap pengasuhan cuma tugas ibu.
4. Dukungan Pemerintah dan Kebijakan Pro-Ayah
Pemerintah juga punya peran besar. Contohnya, Indonesia mulai mengatur lewat undang-undang bahwa pengasuhan adalah tanggung jawab Ayah dan Ibu. Tapi, implementasi masih lemah karena budaya patriarki masih kuat. Perlu edukasi terus-menerus agar Ayah juga terlibat aktif dalam membesarkan anak.
Pentingnya Peran Ayah dalam Keluarga
Peran Ayah sangat penting dalam membentuk karakter dan perkembangan anak. Studi internasional menunjukkan bahwa Ayah yang terlibat aktif dapat membantu anak tumbuh lebih percaya diri, cerdas secara emosional, dan berprestasi di sekolah.
Kehadiran Ayah juga mendukung kesehatan mental anak dan mengurangi risiko perilaku negatif. Ayah bukan hanya pencari nafkah, tapi juga sosok yang memberikan kasih sayang, arahan, dan teladan yang kuat dalam kehidupan anak.
Meski tantangan seperti kesibukan kerja sering jadi hambatan, Ayah tetap bisa hadir lewat hal-hal sederhana, menyempatkan waktu bermain, mendampingi belajar, atau sekadar mendengarkan cerita anak.
Sumber-sumber seperti fatherhood.org dan Zero to Three bisa jadi panduan praktis untuk Ayah yang ingin lebih dekat dengan anaknya. Keterlibatan Ayah secara konsisten bisa jadi kunci untuk memutus rantai fatherless dan menciptakan generasi yang lebih kuat secara emosional.
A Word From Navila
Fenomena fatherless bukan sekadar ketidakhadiran fisik seorang Ayah, tapi juga hilangnya dukungan emosional dan bimbingan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Dampaknya bisa terlihat dalam berbagai aspek kehidupan anak, mulai dari kesehatan mental hingga prestasi akademik. Meski begitu, kondisi ini bukan akhir dari segalanya, dengan kesadaran bersama, kita bisa turut memutus rantai ini dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Oleh karena itu, penting bagi Paps mengetahui peran Ayah lebih dalam di luar mencari nafkah. Cari tahu lebih lanjut di: Peran Ayah dalam Pengasuhan.
References
- Wae, R., & Chandra, Y. (2024, December). The Impact of Fatherless on Child Development. In INTERNASIONAL SEMINAR OF ISLAMIC COUNSELING AND EDUCATION SERIES (Vol. 1, No. 1, pp. 118-125). https://isices.uin-suska.ac.id/index.php/ISICES/article/view/18
- EDSA UNAIR. Patriarchy, Fatherlessness, and the Impact to Children’s Lives in Indonesia. Retrieved from https://www.edsa-unair.com/2023/10/patriarchy-fatherlessness-and-impact-to.html
- Faridy, F. (2024). Analysis of the Impact of Fatherlessness on Early Childhood Character Building in Gampong Tanjung Deah. Kiddie: Early Childhood Education and Care Journal, 2(1), 1-6. http://www.e-jurnal.staimuttaqien.ac.id/index.php/kiddie/article/view/2135
- Toxigon. The Impact of Father Absence on Child Development. Retrieved from https://toxigon.com/the-impact-of-father-absence-on-child-development
- Dads4Kids. Fathers Are Crucial to Healthy Outcomes for Kids, Studies Confirm. Retrieved from https://dads4kids.org.au/fathers-are-crucial-to-healthy-outcomes-for-kids-studies-confirm/
- HubSpot. Guide to Mentoring Fatherless Children. Retrieved from https://cdn2.hubspot.net/hubfs/135704/Offers/eBooks/Guide%20to%20Mentoring%20Fatherless%20Children/Guide%20to%20Mentoring%20Fatherless%20Children.pdf
- McLanahan, S., Tach, L., & Schneider, D. (2013). The causal effects of father absence. Annual review of sociology, 39(1), 399-427. https://www.annualreviews.org/content/journals/10.1146/annurev-soc-071312-145704
1 comment